Menjelang siang, Bimo iseng mengintip kamar Ranti dimana Ray tengah tertidur pulas menikmati jam tidur siangnya. Membosankan rasanya ketika anak itu tidur, tak ada hal yang bisa ia lakukan. Seharian ini, Ranti tak banyak bicara padanya, mungkin karena masih merasa canggung atas apa yang mereka lakukan semalam.
Bimo melihat wanita itu tengah menjemur pakaian di balkon dan Ia pun memutuskan untuk membantunya. "Biar aku–" ucapnya merasa malu ketika Ranti membentangkan underwear-nya untuk dijemur.
"Ah…" Ranti pun menyerahkan pakaian itu pada Bimo, "Udah lama nggak ada baju cowok di rumah selain baju-bajunya Ray."
"Next time biar aku aja yang nyuci bajuku sendiri."
"Oke…thanks.." Keduanya pun bekerja dalam diam menjemur pakaian. Bimo meraih apapun yang bisa diambilnya di dalam ember. Ia kemudian terdiam menatap bra yang kini ada dalam genggamannya.
"Astaga!" seru Ranti panik dan lekas merebut benda itu dari tangan Bimo, "Haih emang next time harusnya dipisah aja pakaian kita," sungut wanita itu merasa malu namun pria di dekatnya diam-diam tertawa pelan. "Kenapa malah ketawa?!"
"Nggak apa-apa lucu aja–bukan soal bra-nya!" ralat Bimo cepat. "It's just…I feel like you're avoiding me today. Lucu aja kita bisa agak relaks sedikit hanya karena perkara underwear." ujar Bimo kembali lanjut menjemur pakaian. Ia melirik Ranti yang lanjut bekerja dalam diam tak mau berkomentar banyak.
"Aku minta maaf soal semalem," ujar Bimo menatap Ranti yang berdiri memunggunginya. "I just got too carried away with how I feel…I'm sorry."
Ranti terdiam sejenak sebelum akhirnya menoleh pada Bimo, "Eum…nggak apa-apa…mungkin aku juga…"
"Boleh aku tanya sesuatu?"
"Apa?"
"Why did you cry when we kissed? Apa aku ngingetin kamu sama Papanya Ray?"
Ranti terdiam sejenak lalu menggeleng pelan, "Nggak…mungkin aku mau pms jadi hormonku naik turun," ujarnya berbohong. "Anyway, ada sesuatu yang mau aku jelasin sama kamu tentang latar belakang kamu…tunggu aku di ruang tamu."
Bimo mengikuti wanita itu masuk ke dalam. Ia menunggu di ruang tamu, sementara Ranti ke dalam sejenak lalu muncul di ruang tamu dengan membawa laptop. Ia mengetikkan nama "Bimo Adhyaksa Gunawan" pada tab pencarian dan Bimo melihat dirinya terpampang di halaman pencarian. "Itu nama panjangku?"
"Eum…kamu anak tiri dari konglomerat Pramana Hermanto–" ucap Ranti terdiam sejenak lalu menghela nafas panjang, "Mantan Papa mertuaku."
Bimo refleks menoleh dan menatap Ranti penuh tanya, "Jadi–"
"Eum, Gian, Papanya Ray–dia anak semata wayang Om Pramana, Dia mantan suamiku. Gian itu saudara tiri kamu karena mama kamu dan Papanya Gian menikah lagi."
Bimo terperangah dengan fakta yang baru didengarnya. Ranti lalu membuka link portal lainnya dan menunjuk foto wanita cantik yang terlihat mesra dengan Bimo di gambar, "Itu Maura…She was your fiancee–"
"A-Aku mau menikah?"
Ranti mengangguk pelan, "Tapi karena kecelakaan yang kamu alami, Kemungkinan Gian yang akan gantiin kamu menikah sama dia."
"Wait, kamu bilang dia selingkuh?"
"Iya, sama Maura. Aku tahu dia udah ngincer Maura dari awal Papa kamu mau jodohin kalian berdua. But he couldn't do much since he was married to me. Maura ngabisin banyak waktu sama Gian di belakang kamu karena kamu sibuk sama pekerjaan kamu dan Gian sama sekali nggak berusaha nutupin itu dari aku karena emang rumah tangga kita cuma syarat aja untuk dokumen kelahiran dan hak asuh Ray."
Bimo terdiam selama beberapa saat lalu menoleh pada Ranti, "Kenapa kamu kasih tau aku ini semua?"
"Karena kamu berhak untuk balik ke keluarga kamu, Bim. Tunangan kamu direbut sama orang lain, Apa kamu akan diem aja??"
"Eum."
"Huh?"
"Kenapa aku harus memperjuangkan sesuatu yang…aku nggak ada feeling ke sana sama sekali. Okelah mungkin aku dan si Maura itu, kita pernah pacaran. But all of my memories are gone! Gimana bisa kamu berekspektasi aku masih ada perasaan sedangkan aku sama sekali nggak punya memori apapun tentang Maura."
Ranti menghela nafas panjang. Apa yang dikatakan Bimo tidaklah salah. "Tapi kamu nggak bisa selamanya sama aku bim….aku udah putus hubungan sama Gian dan keluarganya. Aku nggak mau lagi punya urusan sama mereka! Aku cuma mau hidup tenang…"
"Aku bakal balik ke mereka ketika siap nanti. I'll make sure to protect you and Ray. Aku janji."
"Tapi Maura–"
"Kalo mereka mau menikah then let them be. I don't care anymore…" ujar Bimo tegas. "Aku nggak punya memori apapun tentang Maura ataupun keluargaku…All I can think about are you and Ray."
Ranti terdiam menatap pria itu lalu tertunduk dan bersandar pasrah pada badan sofa, "Harusnya aku jelasin semuanya dari awal…"
"Itu nggak akan ngerubah apapun." ujar Bimo lalu dengan hati-hati meraih tangan Ranti dan menggenggamnya. Wanita itu mengangkat wajahnya lalu menatap Bimo, "Kalopun mereka mau nganggep aku matipun that's fine. Aku mau mulai semuanya lagi dari awal sama kamu dan Ray."
"Wow…wow…sebentar," ucap Ranti melepaskan genggaman tangan Bimo dan lekas berdiri, "I-I'm fine with myself and Ray only."
"Aku tahu kamu trauma sama hubungan…but at least, give me a chance."
"Apa yang mau kamu buktiin??"
"Tanggung jawab aku ke kamu dan Ray!"
"You don't have to! Kamu bukan papanya dan juga bukan siapa-siapa aku! Kamu nggak punya tanggung jawab apapun ke kita, Bim!"
"Kalo Gian bisa gantiin aku nikahin Maura, Berarti aku bisa gantiin dan ngisi peran Gian sebagai Papanya Ray!"
"Bim!"
Di tengah perdebatan mereka, suara tangis Ray terdengar dari kamar. Ranti segera menuju kamar dan menggendong putranya seraya menenangkan Ray. Namun mendadak, Anak itu terdiam dan mengalihkan wajahnya ke arah ambang pintu. Kedua tangan Ray terangkat ketika melihat sosok Bimo di pintu dan Ia tertawa senang ketika Bimo menghampiri dan menggendongnya. Anak itu lekas memeluk leher Bimo dan mengistirahatkan kepalanya di pundak pria itu. Sementara Ranti menatap pemandangan itu tak percaya.
"You might hate me but not your son."
Ranti mendengus sebal lalu mengalihkan wajahnya ke arah lain, terlalu keki untuk menatap Bimo. Namun kemudian tembok pertahanannya runtuh ketika pria itu menarik Ranti ke dalam pelukannya, bersama Ray. Air mata sebagai luapan emosi yang tertahan sejak tadi pun turun di wajahnya dan membasahi pundak Bimo.
"Maaf kalo keluargaku udah banyak neken kamu selama ini. Atas nama Gian dan semuanya, Aku bener-bener minta maaf. You've been struggling alone for all this time…bahkan disaat kamu punya pilihan untuk nggak nolongin aku, Kamu tetep milih buat nolongin aku. I'll make sure to return everything to you–ngembaliin hak yang seharusnya jadi milik kamu dan Ray." ucap Bimo mengusap lembut kepala Ranti yang menangis tersedu-sedu dalam pelukannya.
Bimo kemudian menatap Ray yang menatap bingung dirinya dan Ranti, tak mengerti apa yang terjadi. Ia tersenyum lalu mengecup pipi anak itu sebelum memeluk erat Ray dan Ranti secara bersamaan.
—
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] 7 Days
RomanceApa yang akan kamu lakukan jika suatu hari kamu membuka mata dan menemukan dirimu berada di sebuah tempat asing tanpa satupun memori tersisa dalam ingatanmu? --- "Huh?!" Aku membuka kedua mataku ketika suara dentuman besar terdengar berdebam di kep...