018.

509 47 0
                                    

Tessa keluar dari kamar mandi dan bersiap untuk beraktivitas. Namun perhatiannya teralihkan oleh Dirga yng sudah sibuk di depan laptopnya, "Kamu nggak ngantor?"

"Huh?" Pria itu menoleh ke belakang, "Ah aku belum kasih tau kamu ya kalo aku resign?"

"Hah? Kenapa?"

"Aku mau ngelamar di kantor Papa sama Mas Bimo juga." ujar Dirga kembali mengecek kembali CVnya.

"Seburuk itu kah situasi di sana?" ucap Tessa memeluk leher pria itu.

"Nggak sih...cuma itu kayak nggak ada masa depannya dipegang Mas Gian dan aku milih buat cabut duluan sebelum diiming-imingin macem-macem. Sekalipun ditawarin jabatan tertinggi juga aku nggak akan mau. Mas Gian udah pasti bakal nge-dump semua tanggung jawabnya ke aku. Nggak deh makasih..."

"Iya sih...at least di kantor Papa lebih aman kan? Lebih terkendali kerjaannya biarpun nggak sebesar perusahaannya Mas Gian." ujar Tessa melepaskan pelukannya lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Yup..." gumam Dirga terdiam sejenak lalu memutar kursinya menghadap Tessa, "Please wait a bit more..."

Tessa berhenti sejenak lalu menatap Dirga, "For what?"

"Just wait a bit more," ujar Dirga tersenyum penuh arti.

-

Ranti terdiam menatap tangannya yang digenggam Bimo sementara pria itu menyetir dengan satu tangan. Ia menoleh menatapnya yang menyetir santai sambil bersiul mengikuti lantunan lagu yang mengalun dari dashboard mobil hingga lampu merah menahan sejenak perjalanan mereka dan Bimo memergoki Ranti menatapnya lekat. "Kenapa kamu liat aku begitu?"

"Nggak apa-apa..." ucap wanita itu tersenyum tipis, "It's just a week but you've already looked like a different person."

"Iyakah?" ucap pria itu sambil mengacak-acak rambutnya sendiri sebelum meraih beanie dan memakainya, "Tapi mana yang kamu lebih suka? Bimo seminggu yang lalu atau hari ini?"

"Hari ini dan seterusnya," ucap Ranti dan pria itu pun tersenyum puas mendengarnya.

"I am just enjoying my life lately," ujarnya kembali menyetir santai, "Stay di rumah...main sama anak...nganter jemput is-calon istri maksud aku!" ralatnya cepat, "It feels nice...nggak ada ambisi menggebu-gebu..."

"Tapi kalo kamu keterima kerja di tempat Papanya Dirga juga bakal sibuk lagi."

"Bener juga...apa mendingan bisnis aja ya? Biar aku bisa di rumah terus."

"Bisnis apa?"

"Kita bisa gedein kafe kamu dan nambahin beberapa hal buat attract customer. Kurasa kafe kamu punya potensi,We just need to fix it a bit. Siapa tahu makin besar dan kamu bisa buka cabang nanti."

"Are you sure about that?"

"Yup! Nanti kita omongin lagi ya..." ujar Bimo menghentikan mobilnya di depan kafe. Ia memakai kacamata hitamnya dan turun lalu menggendong Ray untuk berpamitan pada ibunya, "Aku ke apartemen kamu ya, beresin barang-barangnya Ray.." ucapnya mengecup pipi Ranti sebelum membiarkan Ray memeluk Ibunya.

"Eum...udah bawa kuncinya?"

Bimo mengangguk pelan, "See you later, sayang-" ucapnya berpamitan pada Ranti dan bergegas pergi dari hadapan wanita itu.

"That's your new boyfriend?" Ranti sontak membeku di tempatnya ketika mendengar suara familiar itu. "G-Gian?? Kamu ngapain di sini?!"

"Wow! Calm down! I was just asking! dan aku ke sini karena mau beli kopi dan cemilan," seru pria itu, "Aku seneng kok kalo akhirnya kamu nemu pengganti aku yang juga bisa deket sama Ray."

[COMPLETED] 7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang