015.

617 48 2
                                    

Tepuk tangan senang terdengar dari tangan mungil Ray ketika Ia sedang menghabiskan malam bersama Sang Ayah di balkon apartemen. Karena gadgetsnya yang sudah kembali, Bimo pun memiliki akses yang lebih mudah untuk berkomunikasi. 

Lesung pipi tergambar di pipi Bimo ketika menatap Ray terlihat bersenang-senang dengan lagu anak-anak yang Ia putarkan di tabletnya. 

"Eum…besok kayaknya aku ke kafe…kenapa?" 

Bimo menoleh dan Ranti muncul di ambang pintu balkon sambil berbicara di telepon dengan seseorang. 

"Hah?? Tessa?? Gimana ceritanya??....Oh, oke…tapi dia nggak apa-apa kan? Syukurlah…ada-ada aja sih tuh anak. Eum, yaudah…iya Ga, sama-sama."

"Dirga?" 

"Eum…ngabarin kalo besok Tessa izin nggak dateng," ujar Ranti duduk di kursi di samping Bimo.

"Kenapa? sakit?" 

"Eum…Dia abis ngedate sama orang lain, pulang-pulang ternyata dibius dan hampir aja jadi korban revenge porn."

"Hah?? Kok bisa?" 

"Nggak tahu…Dirga belum cerita detail. But He's with him right now," ujar Ranti lalu melihat Ray yang terlihat fokus menonton lagu anak-anak. "Nanti kalo kecanduan gadget–"

"It's just a kid's song…" sambar Bimo menenangkan Ranti yang mudah khawatir. "Let him have fun…nanti juga lama-lama ngantuk…"

Merasa dibicarakan, Ray mendongak menatap Sang Ayah, "Next time kamu cuma boleh nonton Youtube sama Papa aja ya?" ucapnya sementara anak itu tertawa dan bersandar santai di lengan sang Ayah hingga perlahan matanya terasa berat dan Ia pun tertidur. 

"See? He's sleeping," ujar Bimo menutup tabletnya dan menyerahkannya pada Ranti, "Aku titip sebentar…mau nidurin dia dulu," ujarnya lalu menggendong Ray masuk ke dalam.

Ranti iseng melihat-lihat tablet pria itu dan tak sengaja melihat fitur WhatsApp di sana. Ia berjibaku dengan dirinya sendiri apakah Ia harus membukanya atau tidak.

"Kalo mau dibuka, buka aja."

"Huh?" Ranti menoleh dan Bimo sudah kembali ke balkon dan duduk di sampingnya. Tangan kanan pria itu secara alamiah merangkulnya sementara tangan kirinya membuka aplikasi WhatsApp untuk Ranti. Hampir sebagian besar adalah chat dari client dan Maura namun kemudian Bimo menunjukkan sebuah chat antara Ia dan ibunya. 

Ranti menoleh menatap Bimo bingung, "Ini chat terakhir sama Mamaku sebelum kecelakaan itu kejadian. Aku bilang ke dia bahwa bayi yang kamu kandung itu anak aku…but she refused to believe me karena saat itu aku dan Maura udah direncanakan akan menikah. And it will be chaos if Gian knows about it…She asked me to shut up and acted like nothing happened. Tapi aku nggak bisa…" 

"So I told her that I was going to tell you about this. Kayaknya Mamaku coba stop aku…"

"Dengan celakain anaknya sendiri?" 

"Kalau dia bisa ngehukum aku dengan nampar aku berkali-kali kalau aku dapet nilai jelek saat sekolah dulu, She can do that too."

"Kamu inget semuanya?" 

"Nggak juga…I was just sitting here dari tadi sambil ngecek tabku. Beberapa memori balik ke aku…Aku deket sama Dirga karena aku juga cocok sama orang tuanya. I spent most of my time with them like my own parents instead of my own mom. That's why aku lega karena kamu ibunya Ray. Aku nggak mau Ray ngelewatin hal yang sama kayak aku." 

"Tapi….gimana kamu tiba-tiba ke-trigger soal Ray? Maksud aku, gimana kamu bisa tiba-tiba sadar kalo Ray itu anak kamu?" 

Bimo terdiam selama beberapa saat. Ia mengutak-atik tabletnya dan membuka sebuah file suara.

[COMPLETED] 7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang