005.

870 50 1
                                    

"A-Apa ada yang mau kamu tanyain?" Gumam Ranti ketika pandangannya bertemu dengan Bimo dan pria itu menatapnya intens.

"Eum," balas pria itu tak melepaskan tatapannya dari Ranti, "Why do I feel disappointed?"

"Huh? kecewa kenapa??" 

"Kenapa aku kecewa ketika kamu bilang kita bukan pasangan dan nggak ada apa-apa di antara kita?" 

"Y-Ya…karena itu fakta?"

"I know. I'm questioning myself right now," ucap Bimo menatap lekat Ranti lalu menggerakkan kedua bola matanya pada bibir wanita itu–bertarung dengan gejolak dalam dirinya sendiri. "But I feel like there is something between us…sesuatu yang kamu tahu dan aku nggak tahu."

Nafas Ranti perlahan terasa berat terutama ketika menyadari jika Bimo bergerak semakin mendekat padanya dan Ia tak bisa menghentikan pria itu hingga akhirnya bibir pria itu mendarat di bibirnya. Ranti membeku di tempatnya kala tangan Bimo menyentuh lehernya. Rasanya sudah begitu lama Ia tak lagi merasakan gejolak seperti ini.

Hidupnya hanya dihabiskan untuk mengurus Raynard dan kafenya. Ranti tak pernah punya waktu untuk memikirkan pria juga Ia merasa bahwa tak akan ada pria yang mau bersanding dengan single-mother sepertinya. 

Bimo berhenti sejenak lalu menatap Ranti. Menyadari jika wanita itu tak memberikan perlawanan, Ia pun menyentuh dagu Ranti dan kali ini, menciumnya lebih dalam. Kali ini, wanita itu memejamkan kedua mata dan membalas ciumannya. Hingga perlahan, tanpa Bimo sadari, Air mata menitik dari pelupuk mata wanita itu. 

— 

Februari, 2021 

Aku memasukkan barang terakhirku ke dalam kardus. Aku terdiam sejenak menatap cincin yang melingkar di jari manisku–Aku menikah dengan putra bosku sekitar dua bulan yang lalu. 

Mengikuti perintah suamiku saat itu, Aku menuruti keinginannya untuk berhenti kerja dan mendedikasikan diri sebagai ibu rumah tangga. Tapi jelas aku tahu bahwa itu hanyalah alasan untuk membungkam ku dan aku tak bisa berbuat banyak untuk menentangnya. Aku hanya putri semata wayang dari seorang pemilik kafe. Keluargaku datang dari kalangan menengah ke atas, tetap tak sebanding dengan keluarga suamiku yang berada dalam sirkel konglomerat.

Mungkin bagi banyak orang, Apa yang terjadi padaku adalah sebuah keberuntungan–disukai dan dinikahi oleh seorang putra konglomerat. Namun mereka hanya melihat apa yang suamiku ingin mereka lihat dari kami. Karena kenyataannya, hidupku tak seindah cerita fiksi CEO dan gadis biasa saja yang sering kalian baca di platform bacaan fiksi. 

Meski baru dua bulan menikah, nyatanya kehidupan rumah tanggaku tak semembara kelihatannya. Suamiku menikahiku karena terpaksa. Aku mengandung anaknya lebih dulu karena kesalahan yang kami perbuat. Baru belakangan ini kusadari bahwa itu salahnya bukan salahku. Namun tak ada yang bisa kuperbuat untuk itu–memperjuangkan suaraku. 

Tapi jika boleh memilih, lebih baik aku tidak dinikahi olehnya. Kalau bukan karena demi dokumen kelahiran anakku nanti, Aku tak pernah mau berurusan dengannya dan keluarganya. Ya, meski dulu kami sepasang kekasih yang pernah mesra, Namun semua kini kandas tak berbekas. Rasa cinta membara itu berubah menjadi kebencian yang tak tersalurkan setelah aku mengetahui seperti apa sifat asli suamiku. Ada kalanya aku ingin sekali membunuhnya setiap kali melihatnya tertidur namun kalau bukan karena teringat jabang bayi dalam kandunganku, Aku pasti sudah tak ragu melakukannya. 

Aku melangkah menyusuri lorong kantor yang sepi malam itu. Langkahku terhenti ketika kulihat seorang wanita cantik berpenampilan necis dengan berbagai brand mahal dari ujung rambut hingga ujung kaki. Aku refleks membungkuk ketika pandangan kami bertemu dan kulihat Ia melenggang masuk ke dalam ruangan yang masih menyala–ruangan milik Bimo. 

[COMPLETED] 7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang