017. 🔞

865 42 0
                                    

Setelah makan malam dan mengecek Ray yang sudah terlelap di kamar barunya, Ranti memasuki kamar dan disaat bersamaan, Bimo baru keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya. Pria itu mengenakan piyama seragam dengannya.

"Rambut kamu makin panjang aja…" tegur Ranti seraya mendekat lalu duduk di ujung kasur.

"Should we cut it? Besok aku ke salon deh–"

"Aku bisa kok potongin…"

"Oh ya??"

"Eum! Aku sering motong rambutnya Ray…apa kamu ada kursi lipet or something?"

"Ah! Bentar aku siapin dulu!" Bimo bolak balik menyiapkan semuanya hingga akhirnya sesi potong rambut pun dimulai Ranti menutupi tubuh Bimo dengan kain lalu mulai memangkas rambut pria itu hati-hati. 

Dari cermin, mata Bimo bergerak memperhatikan pergerakan Ranti, "Aku jadi nggak sabar…"

"Nggak sabar kenapa?" balas Ranti sambil menyisir sisi kanan rambut pria itu dan memotongnya hati-hati.

"I want to marry you quickly." ucap Bimo melirik Ranti hingga wanita itu balas menatapnya. Wajah Ranti kembali merona merah dan Ia tak memberikan tanggapan apapun. Lama tak lagi membuka hati pada siapapun, membuatnya sulit untuk menanggapi hal-hal seperti ini. 

"I think it's done," ucap Ranti membersihkan leher Bimo dari sisa potongan rambut yang menempel lalu menarik kain yang digunakan untuk menutupi tubuh Bimo dan membersihkan sejenak dengan mengibas-ngibaskan agar sisa rambut itu berjatuhan. 

Bimo kemudian menyalakan robot pembersih lantai otomatis yang menyedot serpihan rambutnya di lantai. Ia tertawa menatap wanita itu yang takjub melihat robot pembersih lantai yang berputar membersihkan lantai kamar.

Sekiranya sudah bersih, Bimo mematikan alat itu dan menyingkirkannya. Ia melihat Ranti hendak beranjak tidur lalu Bimo menariknya pelan hingga Ranti berakhir di pelukannya, "Thank you," ucapnya karena wanita itu membantunya memotong rambut.

"Eum…" balas Ranti singkat. Wajahnya kembali memerah karena malu karena Bimo terus menatapnya.

"Dengan reaksi kamu yang kayak gini malah bikin aku jadi pengen godain kamu terus," ucap Bimo menatap lekat Ranti dan menyandarkan keningnya pada Ranti hingga ujung hidung mereka saling bersentuhan lembut.

Ranti terdiam menyentuh dada pria itu. Jantungnya berdebar cepat serta gelitik hebat Ia rasakan dalam perutnya, "A-Aku nggak tahu harus apa…" gumamnya tersentak kaget ketika Bimo mengecup lembut kening, membuat Ranti sontak memejamkan kedua matanya.

"You look so cute when you're shy," gumam Bimo dengan suara  beratnya lalu mengecup salah satu mata Ranti yang terpejam lalu pucuk hidung wanita itu dan Ia terhenti sejenak, "I want to make you blush all day…" gumam Bimo sebelum mendaratkan ciumannya di bibir Ranti.

Wanita itu memejamkan mata dan tangannya bergerak perlahan ke atas mengusap dada  Bimo sebelum melingkar di leher pria itu. Ia tertahan sejenak ketika kedua tangan Bimo menyusup masuk ke dalam pakaian dan memijat pelan pinggangnya. 

Bimo lalu mengangkat Ranti hingga kedua kaki wanita itu memeluk pinggangnya. Ia menggendong Ranti menuju tempat tidur tanpa mengakhiri apa yang mereka lakukan lalu membaringkan Ranti di tempat tidur.

Ranti mengakhirinya lebih dulu agar Ia bisa bernafas. Pucuk hidungnya memerah dan melihat itu ternyata mampu membangkitkan gejolak dalam diri Bimo. Pria itu kembali mendaratkan ciumannya dan di luar kesadaran, tangan Ranti membuka kancing piyama Bimo.

Pria itu berhenti sejenak dan menatap takjub apa yang dilakukan Ranti, "Ah! M-Maaf! Maaf!" ucap Ranti panik. Ia hendak mengancingi kembali piyama Bimo namun pria itu menahannya. 

[COMPLETED] 7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang