013. ⚠️ CW: KISSING⚠️

719 49 0
                                    

Ranti keluar dari kamarnya setelah tersadar. Ia berpegangan pada ambang pintu sambil menyentuh keningnya sendiri mencoba menjaga keseimbangannya namun belum seutuhnya stabil.

"Ranti!"

"Huh?" 

"Kamu ngapain sih malah keluar?? Bukannya istirahat di dalem!" seru Bimo sigap menahan wanita itu agar tak kembali terjatuh.

"Ray lagi–"

"Tidur aja di dalem sama dia kenapa sih? Auwh–kamu ini!" sungut Bimo gusar sehingga Ia terpaksa harus menggendong Ranti ala bridal style dan mendudukkannya kembali ke tempat tidur. "Diem sini dulu…aku lagi nyiapin makan," ujarnya keluar sejenak lalu kembali dengan membawakan nampan berisi bubur dan segelas air putih. "Makan dulu–"

"Tapi aku–"

"Hissh–" Bimo mendesis sebal. "Sedikit aja," ujarnya lalu menyuapi wanita itu dan Ranti mau tak mau menurut padanya. 

"Dirga…"

"Udah pulang. Dia kuatir Tessa susah ditelponin dari tadi," ujar Bimo mengusap sudut bibir Ranti dari noda bubur sebelum menyuapi wanita itu lagi hingga Ranti tak lagi mau melanjutkan makan.

Bimo meletakkan bubur di atas nampan lalu membantu Ranti minum. Ia kemudian menggenggam kedua tangan Ranti ketika dirasa wanita itu mulai terlihat tenang, "Aku tahu situasi ini bener-bener absurd. I'm trying my best to recall everything…"

Ranti melamun mendengar ucapan Bimo, "Ranti." tegur Bimo dan wanita itu menatapnya, "Aku bakal tanggung jawab. Please trust me and give me a chance. Mulai sekarang, Kamu nggak lagi perlu nanggung semuanya sendirian. Mulai sekarang, giliran aku yang bergerak dan ngelindungin kamu sama Ray.  Let's get married…"

Ranti kembali menatap pria itu penuh tanya, "Let's just do it privately. Kalau kamu nggak mau diramein nggak apa-apa. I'll follow what you want…please think about it, will you? Ray butuh kita, Ranti. Dan aku beneran sayang sama kamu dan Ray, Aku nggak tahu harus gimana lagi buktiin itu semua ke kamu…but I'm not Gian."

Ranti tertunduk, berusaha berjibaku dengan emosinya yang naik turun saat ini. Hingga tak lama kemudian, Ia merasakan sentuhan lembut di pipinya. Bimo membuat Ranti kembali menatapnya, "Aku tahu ini–this is insensitive to tell you this…but I'm happy. I'm happy to know that Ray is my son. Aku seneng karena ibu dari anakku itu kamu, bukan Maura, bukan orang lain…kalau aja aku tahu saat itu bahwa itu anakku, Aku bakal putusin Maura di tempat, and I'll run to you. Aku nggak peduli sama status kamu sebagai istrinya Gian atau Gian dan Maura selingkuh di belakangku."

"Aku bakal keluar dari sini dan balik sementara untuk ngurusin semuanya termasuk akta kelahiran baru Ray. Kalau kamu mau  balik kerja ke kafe, silahkan…kamu bisa titip Ray sama aku…We'll take care of him together. Kamu nggak perlu ngapa-ngapain lagi…I'll take care of everything, Hm?"

Ranti terdiam menatap dalam mata Bimo, yang baru Ia sadari, jika Ray memiliki mata besar yang mirip dengan pria itu. Kini Bimo menatapnya penuh harap. Ranti bisa melihat adanya penyesalan dan kejujuran di mata pria itu. Ia pun akhirnya mengangguk pelan dan Bimo pun tersenyum senang lalu refleks memeluknya erat. 

Ranti terdiam dalam kehangatan pelukan Bimo, sebuah afeksi yang sudah lama tak Ia rasakan. Ranti  memejamkan kedua matanya  sejenak ketika merasakan Bimo mengecup lembut pipinya. Ia membuka matanya dan menoleh hingga perlahan pandangannya bertemu dengan Bimo yang sudah menatapnya lebih dulu hingga akhirnya pria itu mencium sambil memeluknya.

Ranti memejamkan kedua matanya dan mencengkram sejenak punggung baju Bimo seraya bibir mereka bertaut selama beberapa saat. Ia pun melonggarkan cengkramannya dan mengusap lembut punggung pria itu hingga Bimo mengakhirinya lebih dulu. Keduanya masih saling memejamkan mata mereka mencoba meresapi momen ini baik-baik.

[COMPLETED] 7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang