001.

1.7K 70 0
                                    

Aku membuka kembali kedua mataku. Suhu kamar terasa sedikit lebih hangat namun tetap terasa sejuk karena AC yang menyala di kamar. Aku kembali menoleh ke sisi kananku dan kini anak itu tertidur pulas di sampingku. Sepertinya waktu sudah berlalu cukup lama dari terakhir aku tertidur. 

"Ugh–" Aku kembali terbangun dan dengan hati-hati melangkah keluar dari kamar sambil berpegangan pada dinding karena kesadaranku yang belum stabil sepenuhnya. 

Dari ambang pintu, kulihat wanita tadi duduk di meja makan–membelakangiku dan sedang bicara di telepon. "Iya nitip dulu ya? Aku lagi nggak bisa ke sana mungkin selama satu minggu ini maksimal…something urgent happened.. eum..thanks ya!" 

Wanita itu menoleh ke belakang setelah selesai menelepon dan terkejut melihat kemunculanku, "Oh?? Hati-hati!" Ia lekas terbangun dan membimbingku berjalan ke ruang tamu lalu mendudukkanku di sofa dan Ia duduk di sampingku. 

"A-Anak itu…siapa namanya?"

"Anakku? Raynard. Kenapa? Dia bangunkah?"

Aku menggeleng pelan, "Aku cuma mau tahu aja. Masa aku nggak tahu nama anakku sendiri."

"S-Sorry??" Wanita itu terkejut mendengar ucapanku. "I-Itu anakku–"

"Ya…anak kamu, anakku juga kan?" ucapku dengan percaya diri.

"Oh wow! sebentar! sebentar! Kamu pikir aku istri kamu kah?!" 

"B-Bukan…kah?" 

Wanita itu menatapku tak percaya. Ia lalu menyibak rambut panjangnya dan terlihat frustasi, "Aku tahu…suasana pagi ini pasti absurd banget buat kamu–bangun tidur nemuin bayi di samping kamu–but that baby is my son and I'm a single mother…I don't have a husband–"

"J-Jadi aku masih perjaka kah?!" 

"Soal itu…aku nggak tahu…" ucap wanita itu ragu. "Karena aku nggak tahu kehidupan kamu sebelumnya gimana. Mungkin kita kenalan dulu aja kali ya? Namaku Ranti Isyana Paramita, Kamu bisa panggil aku Ranti aja."

"Oh..okay…aku–" Mendadak aku terdiam ketika aku sadar bahwa aku tak punya memori apapun tentang diriku, "A-Aku nggak tahu…" ucapku menatap Ranti dengan panik. 

"Nggak tahu?"

"Aku nggak tahu namaku siapa!" 

Terdapat keheningan di antara kami selama beberapa saat. Ranti terlihat memejamkan kedua matanya lalu tertunduk frustasi, "Harusnya aku bawa aja kamu ke rumah sakit semalem–" 

"A-Apa aku kecelakaan?" 

"Jujur…aku nggak tahu…" ucap Ranti tak kalah bingungnya denganku. "Aku pulang kerja malem dan aku baru bisa bebenah rumah saat menjelang tengah malam. Aku turun ke bawah untuk buang sampah ke tempat sampah di samping gedung apartemen, and I found you there–udah berdarah-darah. Aku pikir kamu mati tapi ternyata kamu masih nafas jadi aku bawa kamu ke sini…saat itu udah menjelang tengah malam dan udah sepi banget di sini." 

"Aku nggak bisa bawa kamu ke rumah sakit karena aku juga nggak bisa ninggalin anakku. Jadi aku obatin kamu dulu sendiri dan berencana untuk bawa kamu cek up hari ini." 

"A-Apa ada sesuatu kayak–mungkin KTP atau–" 

Ranti menggeleng pelan. "Aku udah periksa kamu semalem…aku terpaksa minta tolong security diem-diem untuk bantu gantiin baju kamu karena baju lama kamu udah bersimbah darah banget dan ada beberapa bagian yang terbakar…so, yea…mungkin kamu ngalamin kecelakaan tapi masih bisa selamat–biarpun aku nggak tahu gimana kamu bisa sampe di gedung apartemen ini." 

[COMPLETED] 7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang