008.

582 50 1
                                    

Tok….

Tok….

Dirga mengetuk-ngetukkan bolpoin di mejanya sambil berpikir keras. Ia begitu penasaran dengan pria yang mengantar Tessa pagi tadi. Ia menahan diri untuk tak menghubungi wanita itu karena ingin mendengarnya langsung dari Tessa. Lagipula Ia merasa percuma menghubunginya karena saat di kafe, Tessa jarang mengecek ponselnya.

Drrt! Dirga refleks terbangun ketika ponselnya berdering namun Ia lalu menghela nafas pelan ketika  kontak milik Ranti tertera di layar, "Ya, Halo Mbak?"

"Ga, ini gue, Bimo."

"Oh?? Mas Bim–" Dirga refleks menutup mulutnya dengan telapak tangan agar tak ada yang mendengarnya.

"Lo sibuk kah?" 

"Gue balik sih bentar lagi. Kenapa?"

"Bisa kita ketemu?"

"Di kafe Mbak Ranti?" 

"Di apartemen Ranti–Gue takut ada yang liat gue kalo kita ketemu di publik."

"Apa gue boleh ngajak Tessa?"

"Tessa udah mau jalan ke sini. She wants to play with Ray."

"OKE! Kelar kerja gue ke sana langsung! Tolong kirimin gue alamatnya!" 

"Oke. Nanti Ranti bakal kirim alamatnya. Thanks ya Ga." 

— 

Lewat petang, Tessa sudah berada di apartemen Ranti. Lepas makan malam bersama Bimo dan Ranti, Tessa bermain bersama Ray di ruang tamu lalu Bimo muncul di ruang tamu, terlihat sedikit canggung.

"Duduk Mas! Santai aja! Aku sering ke sini kok nemenin Mbak Ranti dan kalo lagi kangen sama Ray," ucap Tessa ramah. Bimo tersenyum tipis lalu duduk di sofa sementara Tessa dan Ray bermain di baby mat yang digelar di ruang tamu. "You two look like a couple already," bisik Tessa tersenyum penuh arti.

"Ya??"

"Tadi aku nggak sengaja liat Mas Bimo beresin meja makan dan bantuin Mbak Ranti cuci piring. Kalian berdua keliatan kayak pasutri…hihi," bisik Tessa agar tak terdengar oleh Ranti.

"Ehm! T–That's because…ya karena aku numpang di sini. Aku cukup tau diri," ucap Bimo salah tingkah sementara Tessa tersenyum ketika melihat telinga pria itu yang memerah. "Ah, ngomong-ngomong, Dirga–"

"Udah di jalan! Tadi dia ada rapat sore dadakan jadi agak telat. Terus tadi dia beli makan dan cemilan malem buat kita makan bareng." 

"Tes, titip ya! Aku mau buang sampah dulu ke belakang," ujar Ranti tiba-tiba.

"Eum!" balas Tessa sebelum lanjut berbincang dengan Bimo sambil bermain dengan Ray. 

"Kamu udah lama kenal sama Ranti?"

"Lumayan. Mbak Ranti itu dulu senior aku di kampus. She offered me the job as her cafe manager, ketika aku lagi putus asa nyari kerjaan."

"Udah lama juga ya…"

"She went through a lot, Mas…" ucap Tessa. "Gian is a fucking jerk. Kalo kamu nggak amnesia kayak gini, Aku mungkin udah pengaruhin Mbak Ranti buat balikin kamu ke keluarga kamu…tapi karena kamu deket sama Dirga, Jadi aku masih bisa liat sisi baik kamu."  

"Keluargaku sejahat itu kah?"

"Mungkin kamu bisa tanya Dirga nanti. Bahkan keluarganya Dirga aja nggak mau berurusan sama Papa kamu. Padahal itu adiknya." 

"Apa yang kamu tau dari aku? Something that you heard from Dirga, maybe.."

"Eum…Dirga deket sama Mas karena dia ngerasa aman sama Mas di tengah persaingan orang kantor. Mas banyak bantu dia berkembang di karirnya that's why dia loyal banget sama kamu. Dia yakin banget kamu bakal jadi penerus papa tiri kamu sampai kecelakaan itu terjadi dan menurut Dirga, Mas Gian manfaatin celah itu buat ngerebut semuanya… termasuk dia mau Dirga kerja untuk dia." 

[COMPLETED] 7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang