009.

517 51 0
                                    

"Ouwh…capeknya," ucap Tessa setelah turun dari mobil dan berjalan masuk menuju apartemennya dengan diikuti Dirga. 

"Hai Tes–" Dirga menghentikan langkahnya ketika pria yang Ia lihat tadi pagi muncul dan terlihat menyapa Tessa dan berbincang sejenak. Dirga mengepalkan tangannya lalu mendekati Tessa dan merangkulnya, "Ayo."

"Huh?? Kamu katanya mau pulang langsung?" 

Dirga bertukar pandang sejenak dengan pria itu, "Sekalian nganter ini–" ujarnya menunjukkan paperbag berisi makanan take-away. "Ayo–"

"Eh tapi! Agh bentar! Gas! Duluan!" pamit Tessa ketika Dirga menariknya pergi dari hadapan Bagas dan segera menuju unit tempat tinggal Tessa.

"Kamu tuh apaan sih?!" sungut Tessa ketika mereka tiba di unitnya dan Dirga melepaskannya lalu pria itu masuk lebih dulu lalu dengan santai mengeluarkan makanan take-away dari dalam tas dan meletakkannya di atas meja, "Jangan lupa makan. Aku pulang–" pamit pria itu mengambil jaketnya yang tertinggal dan berniat pergi.

"DIRGA!" Dirga menghentikan langkahnya ketika Tessa meneriakkan namanya, "Apaan sih kamu hari ini??" Pria itu menoleh dan menatapnya dengan tak biasa. Bahkan ketika mereka sedang dalam mood bercinta sekalipun, Dirga tak pernah menatapnya setajam ini. Pria itu mendekat lalu berdiri di hadapan Tessa dan tatapannya perlahan melunak.

"Dunia ini penuh orang jahat. You should be careful and take care of yourself."

"I can take care of myself and he's just my neighbor!" 

"I know. Tapi ini bukan komplek perumahan—setiap orang di balik pintu itu punya rahasia masing-masing sama kayak kamu dan aku."

"Kamu kenal Bagas kah? Sampai bisa se-pede itu menghakimi–"

"Aku nggak bilang dia jahat! I just want you to be careful of yourself! What's so hard to understand about that?!

Tessa menatap Dirga tak percaya, "Sumpah kamu aneh banget hari ini…just go home–"

"Aku bakal jemput kamu besok pagi."

"Aku bisa berangkat sendi–"

"Aku bakal jemput kamu besok pagi," sambar Dirga bertahan dengan ucapannya sebelum benar-benar pergi dari apartemen Tessa.

"Sumpah aneh banget dia…kenapa sih?" ucap Tessa tak mengerti dengan sikap Dirga hari ini. 

— 

Pagi berikutnya, di kediaman Ranti, suara tangis Ray memecah keheningan hari itu. Ranti tersentak kaget dan terbangun lalu mendapati dirinya tidur di ruang tamu. Tak lama kemudian, tangis Ray berhenti dan Ia muncul dengan digendong oleh Bimo ke ruang tamu, "Jadi semalem kamu tidur sama Ray?? Dan aku tidur di sini?!"

"No, I slept with you here, tapi terus tengah malem Ray nangis minta susu jadi aku nemenin dia sampe tidur lagi…dan aku ketiduran…hehe…sorry–" ucapnya terkekeh sambil memberikan Ray pada ibunya. "That's why….can we just, you know–" ujar Bimo menunjuk dirinya sendiri lalu Ray dan Ranti secara bergantian.

"Apa?"

"Sleep together?"

"Itu–" Belum sempat Ranti menjawab, terdengar ketukan di pintu. 

"Biar aku–"

"Bim!"

"Ya?"

"Tolong diintip dulu."

"Oke…" ujar Bimo mendekati pintu dan mengintip siapa tamu di pagi hari itu. Ia terdiam hingga akhirnya Ranti mendekatinya sambil menggendong Ray.

"Siapa?" bisik wanita itu.

[COMPLETED] 7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang