Epilog

73 4 1
                                    

"Tolong beritahu aku tentang alasanmu, agar aku tidak menunggu kehadiranmu lagi."

Hampir satu tahun setengah. Namun, Ema tidak bisa melupakan Galen. Terlalu banyak momen bahagia yang mereka jalani.

Kini Ema sudah mewujudkan impiannya, ia telah menjadi orang sukses. Tapi, tidak ada Galen di sisinya. Setiap hari Ema hanya bisa memandangi foto Galen di handphonenya. Gambar itu momen di saat mereka berlima berfoto bersama.

Ema terus memandangi wajah Galen, sesekali ia tersenyum. Mengingat kejadian dulu, waktu di mana ia dan Galen kejar-kejaran karena masalah foto yang Ema ambil tanpa bilang.

"Gal, Lo ke mana sih? Gue kangen banget sama lo, bahkan gue gak nerima siapapun setelah lo pergi. Kenapa tiba-tiba sih? Hujan aja datang ngasih aba-aba, tapi lo malah pergi gitu aja. Tanpa penjelasan lagi, bahkan nih ya. Gue cuman nerima surat yang Roby kasihin ke gue, kenapa lo tega banget sih sama gue Gal?" Ema berbicara kepada foto Galen. Seakan-akan Galen ada di hadapannya.

Mengingat Roby, Ema jadi kepikiran untuk bertanya soal Galen. Karena, selama ini, Galen selalu cerita tentang apa pun kepada Roby. Tidak ada yang disembunyikan diantara mereka.

"Oh, iya, Roby yang ngasih surat titipan Galen, gue yakin dia tau. Waktu perpisahan dia bohong aja sama gue, karena waktu itu kondisi juga gak  memungkinkan. Sekarang gue harus cari dia." Ema mulai beranjak. Memasukan handphone dikantong celananya.

Dengan cepat Ema mengambil kunci mobil, dan berjalan menuju rumah Roby. Disepanjang perjalanan, Ema terus menaruh harapan. Berharap Roby tahu semuanya.

"By, lo harapan gue satu-satunya. Gue minta sama lo, untuk kali ini lo jujur tentang Galen," ucapnya seorang diri.

Dengan kecepatan di atas rata-rata. Akhirnya mobil berwarna hitam itu berhenti di depan rumah mewah nan indah. Ema lekas keluar, gadis itu memenceti bel rumah Roby. Namun, yang keluar bukan sang empu. Melainkan satpam rumahnya.

"Maaf, cari siapa ya?"

"Em ... itu Pak, Robynya ada?" tidak ingin berbasa-basi lagi. Ema langsung keintinya.

"Aduh, mas Roby lagi gak ada mbak. Dia masih kerja kalau jam segini, gimana ya mbak?" jelas sang satpam.

"Masih kerja ya Pak? Kalau boleh tau, Roby kerja di mana ya Pak?"

Tanpa membalas ucapan Ema. Satpam rumah  Roby masuk ke dalam. Mengambil sebuah kartu nama. "Ini mbak, kartu namanya mas Roby. Mbak bisa ketemu mas Roby di sana," ujarnya.

Ema tidak membalas lagi, gadis itu langsung pamit untuk pergi. "Makasih ya Pak, saya pulang dulu," pamitnya.

Mobil Ema pun menjauh dari perkarangan rumah Roby. Setelah mendapat alamat tempat kerja Roby, Ema langsung menuju ke sana.

Setelah lulus, Ema mengunci diri untuk dekat dengan mereka. Gadis itu terus memikirkan Galen. Sampai pada akhirnya, ketiga temannya pun menyerah memujuk Ema. Mereka membiarkan Ema tenang, dan mereka yakin. Bahwa Ema akan kembali seperti dulu lagi, dan Galen ....

***

Dengan waktu 10 menit, akhirnya Ema tiba di depan kantor Roby. Bangunan yang luas, besar, dan tinggi. Ema menatapi gedung itu terlebih dahulu sebelum ia memutuskan untuk masuk.

"Wah, gila keren banget. Sesukes ini Roby sekarang," ucapnya.

Saat ingin masuk, Ema dihalangi oleh penjaga di sana.

"Mbak mau ke mana?"

Ema menatap sang penjaga, terlihat keren. Namun, Ema tidak peduli, ia menyuruh penjaga itu untuk memberikannya jalan. "Maaf nih ya Pak, saya mau masuk. Saya ada kepentingan sama pak Roby," ucap Ema memberitahu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Semesta Kita Season 1 (End) Segera Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang