9 - BIG LOVE FOR HIS TINY GIRL

6.6K 664 686
                                    

Warning: Mohon menghargai penulis dengan vote dan komen. Komen di setiap paragraf akan semakin cepat membuat aku update chapter terbaru!

૮꒰ ˶• ༝ •˶꒱ა ♡

Amora kini tengah berada di balkon kamar milik lelakinya. Gadis itu menatap hamparan bintang yang berkelip di langit luas. Pikirannya masih berada pada gadis yang kemarin malam begitu akrab dan berbincang hangat dengan kekasihnya.

Ia tak ditemani sang kekasih kini, Azgar tengah berlatih di sasana milik Pirto. Amora memilih untuk tak ikut, daripada harus melihat kembali keakraban sang kekasih dengan gadis lain. Lagi dan lagi helaan napas itu keluar dari mulut mungil gadis yang kini memilih untuk duduk meringkuk akibat terpaan angin malam.

Jemari kecilnya kini meraih ponsel yang sejak tadi tergeletak di atas meja. Matanya kini menangkap nama sang kekasih yang menghubunginya. Rupanya akibat dari melamun, ia tak mengangkat 15 panggilan dari Azgar.

Hingga suara raungan knalpot motor yang Amora kenali dengan sangat, begitu memanjakan telinga. Gadis itu menatap pagar yang kini terbuka secara otomatis. Menampakan lelakinya yang memarkirkan motornya secara sembarang di area garasi depan. Membiarkan para penjaga rumah untuk mengatasinya.

Amora tersenyum kecil, tatkala matanya menatap Azgar yang terburu memasuki pintu utama. Lelaki itu bahkan tak menatap lebih dahulu balkon kamar yang menampakan dirinya. Azgar terlihat begitu panik dan terburu.

Azgar kini melangkah menaiki tangga dengan kecepatan yang tak biasa. Lelaki itu khawatir karena gadisnya tak mengabari sejak sore tadi ia memilih untuk berlatih harian di sasana milik Pirto. Matanya kini menangkap sang pengganti Mak Jum, Mbak Nani, anak kandung dari Mak Jum.

"Amora...?" tutur Azgar bertanya pada Mbak Nani dengan raut wajah paniknya. Jemari lelaki itu menunjuk arah pintu kamarnya.

Mbak Nani tersenyum kecil. Kepalanya mengangguk pelan. "Di dalam, Mas. Belum keluar dari Mas Azgara pergi," jawab Mbak Nani berhati-hati. Wanita paruh baya itu sudah tahu sifat dan sikap Azgar, tentu diberitahu sang ibu, Mak Jum.

Azgar kini dapat bernapas dengan lega. Lelaki itu melangkah untuk kembali menuju kamarnya. Ia takut gadisnya pergi tanpa sepengetahuannya.

Pintu kamarnya kini dibukanya oleh Azgar. Kamarnya kini menggelap, menyisakan lampu tidur yang temaram. Azgar menatap balkon kamarnya yang pintunya kini sedikit terbuka. Azgar dengan cepat membuka pintu balkon. Mendapati gadisnya yang kini terduduk dan menatapnya.

Senyuman manis Amora berikan pada sang kekasih yang kini menghela napas dengan kasar. Azgar berjalan cepat menghampiri Amora. Begitupula Amora yang kini membangkitkan tubuh untuk mendekati Azgar.

"God, Amor. Kenapa kamu selalu buat aku khawatir?" lirih Azgar yang sedetik kemudian tubuhnya kini telah berdekapan dengan kencang bersama Amora.

Kedua sejoli itu saling mendekap satu sama lain. Azgar dan Amora saling mendekap bagai tak ingin dilepaskan satu sama lain. Wajah Azgar kini terbenam di cerukan leher milik Amora. Lelaki itu memberikan kecupan-kecupan ringannya di sana.

Amora tahu Azgar menahan gejolak emosinya. Ia sadar napas Azgar kini tersenggal-senggal. Amora mengusap-usap lembut punggung lebar milik Azgar. Sesekali Amora bahkan mendaratkan ciuman hangat di bahu milik Azgar.

"Gimana latihan hari ini? Gak ada yang sakit, kan?" tanya Amora mengalihkan rasa khawatir dari Azgar.

Azgar menggeleng kecil. Lelaki itu masih begitu betah di cerukan leher Amora. Menghirup wangi vanilla yang Amora miliki. Azgar begitu menyukai aroma ini. Begitu menenangkan.

Amora tersenyum kecil. Gadis itu meregangkan dekapan antara dirinya dan sang kekasih. Wajahnya kini bersejajar dengan wajah Azgar, karena lelakinya yang menunduk untuk mensejajarkan tingginya. Kedua tangannya kini menangkup wajah Azgar.

AZGARAMORA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang