3 - MONSTEROX, PENGECUT!

5.1K 529 1K
                                    

Sedang asik-asiknya menikmati suasana sasana yang kini penuh dengan sorakan kencang dan segelas minuman beralkohol. Mata Arka kini menangkap sosok yang dikenalinya. Sosok yang beberapa bulan ini tak menampakan batang hidungnya pada Calextro.

"Brengsek! Monsterox ngapain di sini?!"

Seruan itu begitu lantang dan dililit oleh sumbu pendek emosi. Azgar yang mendengar, pun dengan cepat menoleh. Mencari tatapan tajam mata Arka menuju. Mendapati Giri dan Enrico yang kini memasuki sasana dengan tampang angkuh.

Putung rokok yang semula berada diapitan jemari kini berpindah di asbak. Azgar melangkah dengan tak gentar. Lelaki itu tak terima sarangnya dimasuki oleh sekumpulan musuh abadinya.

Ale yang mengerti situasi dari pergerakan Azgar, pun lelaki itu dengan cepat mencegah adik semata wayangnya. Mendorong dada Azgar untuk tak begitu meluapkan emosi.

"Santai," tutur Ale sembari menepuk-nepuk pelan dada Azgar.

Azgar terkekeh hambar. Lelaki itu menepis tangan Ale yang berada di dadanya. "Gak ada kata santai di kamus hidup gue, Bang," tekannya penuh dengan emosi.

Kembali melangkah. Giri tentu senang melihat Azgar dengan sumbu pendek begitu mudah terpancing oleh kehadirannya. Ini yang ia tunggu. Jemarinya memberikan sebuah kode. Dua lelaki di belakang tubuhnya dan tubuh Enrico kini melangkah maju. Bio dan Sadam, dua manusia yang pernah dibuat babak belur oleh Azgar.

Keduanya kini tertawa hambar. Di antara suara teriakan para penonton yang masih fokus dengan pertarungan. Bio dan Sadam kian mendekat ke arah Azgar.

Tentu tak ada perasaan gentar dari lelaki yang kini memyeringai dengan mata tajam elangnya. Ia bahkan tak sabar melayangkan satu bogeman kencang setidaknya mematahkan gigi depan dua lelaki pengecut yang kini kembali. Apakah keduanya akan membalas dendam perihal kisah lama?

Arka dan Ale yang tahu situasi akan mencekam. Atau bahkan hanya pancingan untuk membuat Azgar emosinya semakin membara. Kedua lelaki itu dengan cepat berdiri di antara Azgar.

"Mau cari apa lagi sih anjing-anjing liar ini?!" pertanyaan yang lebih tepatnya menjadi sebuah pernyataan menohok terlontar dari mulut Arka.

Lelaki itu menghisap rokok electric miliknya. Menyemburkan asap tebal tepat di depan wajah Sadam yang kini melotot tak terima. Bagai diinjak-injak! Batin Sadam.

Enrico terkekeh mengejek. Lelaki itu merangkul Bio yang kini menyeringai tajam ke arah Azgar. Enrico kini mengangkat dua tangannya. "Angkat tangan. Ini urusan antara Sadam, Bio, dan ketua pengecut lo," ucap Enrico yang menekan tiap kata inti dengan kekehan mengejeknya.

Azgar menyeringai mendengar ucapan Enrico. "Intinya apa bangsat?!" tukasnya tajam.

Ale menghela napas. Matanya menatap Giri yang memberikan senyum remehnya. Jemarinya menepuk bahu Azgar dengan pelan. "Udah lah." Sebagai kakak tentu ia tak ingin adiknya kembali masuk ke dalam jurang peperangan.

"Kalau lo berani sih, lawan gue sama Bio," ujar Sadam dengan tawa remeh. Lelaki itu meminta seruan dari para kawanan Monsterox yang kini telah masuk dalam sasana.

Arka dan Ale yang mendengarnya, pun mengerutkan kening tajam. Kepala keduanya menggeleng. Wajahnya begitu marah tak terima.

Sementara Azgar. Lelaki itu menanggapinya dengan begitu santai. Memberikan seringai dengan kekehan remeh. Kepalanya mengangguk pelan. "2 lawan 1?" tanya Azgar meremehkan. "Atur jadwalnya," tegasnya.

Mata tajam elang itu kini menyoroti sosok Bio. Sosok yang begitu membuatnya marah kala itu. Menyentuh gadisnya seujung jari saja ia dapat memberikan bogeman-bogeman mentahnya.

AZGARAMORA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang