28 - ALL CLEAR, BUT...

6.1K 641 368
                                    

Warning: Mohon menghargai penulis dengan vote dan komen. Komen di setiap paragraf akan semakin cepat membuat aku update chapter terbaru!

૮꒰ ˶• ༝ •˶꒱ა ♡

Genggaman yang begitu erat oleh dua insan yang kini memasuki sasana. Amora menggigit bibir bawahnya pelan, suasana sasana malam ini sungguh mengingatkannya pada mimpi yang ia alami beberapa waktu lalu. Helaan napas penenang gadis itu terdengar. Suatu hal yang dapat Azgar rasakan.

Lelaki itu menoleh. Menghentikan langkah kakinya. Menatap Amora dengan khawatir. "What's wrong, Amor?" tanya Azgar dengan jemari yang kini meraih wajah Amora untuk menatapnya.

Amora mengerjapkan mata beberapa kali. Gadis itu menggeleng cepat. Menepis dan menghilangkan segala hal yang ia khawatirkan. "Nothing," lirih Amora dengan senyuman simpul yang ia berikan pada Azgar.

Satu alis terangkat dengan wajah tak yakin. "What happen?" Penekanan yang Azgar berikan semakin menyudutkan Amora. Lelaki ini terlalu mengerti dengan raut wajah Amora.

"Nothing. Aku cuma gak nyangka aja bakal ke sasana lagi," jawabnya mencari alasan. Senyuman itu manis. Jemari lentiknya bahkan mengusap jemari Azgar yang berada di genggaman.

"Ayo, mereka udah nunggu lama," lanjut Amora yang membuat Azgar mengangguk patuh. Lelaki itu sesekali memandang Amora. Nampak sekali bahwa ia mengerti Amora beralasan.

Mata keduanya telah saling berpandangan dengan beberapa kawan baik Azgar. Berto, Ragnar, Ale dan Nathasya terlihat bercengkrama dengan Agam dan Niko. Namun Azgar memilih untuk mencegah langkah Amora. Lelaki itu berdiam diri di hadapan Amora.

"Tell me, kenapa? Aku gak mau liat kamu gak nyaman kayak gini. Kenapa, Amor?" desak Azgar. Oh sial, lelaki ini tetap pada pendirian sifatnya. Berkuasa.

Amora menggeleng pelan dengan senyumnya. Gadis itu mengusap dengan lembut wajah Azgar yang kini menegang. "Gak apa-apa, Azgar. Aku cuma ngerasa gak nyangka aja aku bisa ke sasana lagi dan sama kamu," jelas Amora dengan alasan yang sama.

"You sure?" tanya Azgar yang matanya kini menandakan bahwa lelaki itu mengkhawatirkan Amora.

Amora mengangguk dengan senyum cerahnya. "Yes, ayo," ujarnya seraya menggenggam jemari Azgar.

Keduanya kembali melangkah untuk menemui kawan dari Azgar. Amora menatap sekitar sasana. Helaan napas itu hampir saja kembali keluar. Suasana yang sama layaknya dalam mimpi yang ia alami. Ring neraka dengan suara pukulan keras. Gemuruh para pendukung pertarungan ilegal. Genggaman pada jemari Azgar kian kencang.

Keduanya kini telah berada di antara kawan-kawan Azgar. Semuanya menyapa. Terutama Ragnar yang kini tersenyum cerah. Beruntunglah, tak seperti di dalam mimpinya.

"Gue minta tolong banget kumpul di sasana Bang Berto jam 5 sore," ejekan yang Ragnar lontarkan itu ia berikan kepada Azgar yang kini terkekeh. Ia menirukan perkataan yang Azgar perintah pada dirinya dan para kawannya.

Berto tertawa kecil. Meski jemari dan matanya sibuk dengan menghitung satu gepok uang. Telinganya mendengar dengan jelas. "Prettt!!" seru Berto dengan mata dan jemari yang masih sibuk dengan lembaran uang.

Azgar terkekeh. Jemarinya kini menggapai pinggang Amora. Erat. Matanya kini menatap Amora yang tersenyum manis. "Sorry. Sibuk ya, sayang?" ujarnya pada Amora yang diiringi dengan ejekan juga godaan para kawan-kawannya.

Amora terkekeh kecil mendengar penuturan Azgar. Ia tak menjawab. Hanya menunduk. Namun sesekali matanya menatap Nathasya yang kini terduduk seraya tersenyum lebar memandangi Azgar dan kawan-kawannya.

AZGARAMORA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang