15 - MISUNDERSTANDING

5.6K 676 615
                                    

Warning: Mohon menghargai penulis dengan vote dan komen. Komen di setiap paragraf akan semakin cepat membuat aku update chapter terbaru!

૮꒰ ˶• ༝ •˶꒱ა ♡

"Kamu pikir dengan kamu teriak-teriak kayak tadi itu, hal yang baik?"

Pertanyaan menohok dengan nada menekan itu terpaksa Agam keluarkan untuk Sinta. Kedua sejoli yang kini berada di dalam mobil demi kedamaian suasana di dalam sasana.

Sinta mendecak kecil. Gadis itu sama sekali tak berniat untuk membalas pertanyaan menusuk yang Agam lontarkan padanya. Wajahnya bahkan mengarah menuju jendela sampingnya.

Agam menghela napas pelan. Bahkan lelaki itu berbicara pertama kalinya dengan Sinta tanpa memanggil nama gadis itu. Hanya sebutan aku dan kamu.

"Baik gak? Kalau ditanya itu dijawab," tekan Agam yang kini menarik dengan pelan wajah milik kekasihnya.

"Liat Agam, jangan liat jendela. Jendela ajak kamu ngobrol?" Kembali menekan gadisnya. Agam terasa sangat dominan kini, sungguh.

Sinta memberikan wajah kesalnya. "Amora kan temen Sinta!" seru Sinta membela diri.

Gadis itu menatap Agam yang kini menunjukan wajah seriusnya. Lelaki di hadapannya tak main-main dengannya kini.

"Iya tau, Agam tau. Tapi wajib kah hukumnya buat teriak-teriak kayak tadi? Bagus gitu menurut Sinta hal kayak gitu dilakuin?" telak Agam yang kini membuat Sinta bungkam meski masih dengan raut wajah kesal.

Agam memejamkan mata guna meredakan emosi memuncaknya. "Dan Agam gak pernah ajarin Sinta buat tampar orang di depan publik kayak tadi. Agam gak akan kasih pujian dan apresiasi buat Sinta, kelakuan kasar tadi bener-bener buat Agam marah sekarang."

Oh lihatlah, lelaki dengan perawakan kekar itu bagai tengah mendidik dalam pendidikan militer. Sinta yang semula masih dengan gagah dan berani menatap mata tajam Agam. Pun gadis itu kini menunduk sembari memainkan jemari.

"Agam bukan takut Azgar balik marah. Bukan, Sinta. Agam takut pandangan orang lain ke Sinta jadi jelek," lanjut Agam dengan nada yang kini sedikit menurun. Meminta sebuah pengertian dari sang kekasih.

Sinta mengangguk kecil. Gadis itu masih menunduk dengan wajah memelasnya. "Kalau Azgar balas tamparan Sinta. Agam bisa pukul Azgar. Berantem pun Agam gak gentar," tuturnya kepada Sinta yang kini mendongak kembali menatap matanya. "Tapi kalau orang-orang buat omongan jelek tentang Sinta. Agam balasnya gimana? Agam harus apa? Karna Sinta emang sikapnya gak bagus tadi. Gak sopan, gak baik buat dilihat secara umum," tutur Agam yang kini menggenggam jemari Sinta.

Mendengar penjelasan panjang lelakinya, Sinta kini mengerjapkan mata berharap Agam tak semakin marah kepadanya. "Sinta kan cuma bela Amora. Sinta gak mau Amora digampangin gitu aja sama Azgar," tutur Sinta pelan yang dihadiahi anggukan oleh Agam.

"Agam kan tau sendiri Azgar tiap latihan selalu nyempetin waktu buat ngobrol sama Nathasya. Apalagi dari pandangan Sinta, Sinta yakin kalau Nathasya itu naksir sama Azgar," lanjutnya yang dibalas anggukan mengerti oleh Agam.

Agam meregangkan tangan, menanti sebuah pelukan dari sang kekasih. Tentu Sinta menerimanya dengan senang hati. Keduanya kini berdekapan meski Agam masih menggunakan setelah tinju. Lelaki itu bahkan belum sempat memakai atasan untuk menutupi tubuh bagian atasnya. Itu semua karena tindakan Sinta yang menurutnya tak pantas.

Agam mengusap kepala bagian belakang milik Sinta. "Karna Sinta lihat dari satu sisi. Sinta cuma lihat dan rasain dari sisi Amora tanpa tau gimana dari sisi Azgar," ujar Agam dengan lembut. Dan lihatlah, rupanya hujan kini kembali turun cukup deras.

AZGARAMORA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang