23 - HER EYES

4.2K 555 612
                                    

Warning: Mohon menghargai penulis dengan vote dan komen. Komen di setiap paragraf akan semakin cepat membuat aku update chapter terbaru!

૮꒰ ˶• ༝ •˶꒱ა ♡

Hanya dapat terduduk sembari menyesap wine kesukaannya. Azgar menghabiskan setiap malam di balkon kamar. Lelaki itu begitu terlihat lemah dan sedikit tak terawat. Lihatlah jambang yang berada di sekitaran rahang, ia bahkan lupa untuk mencukur.

Menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Azgar kini menyandarkan tubuh pada punggung kursi. Lelaki itu mendongak menatap hamparan bintang. Dua minggu setelah berpisah dengan Amora adalah waktu yang teramat berat baginya.

"Damn, I miss you–so fucking bad, Amor."

Satu lirihan kalimat yang ia lontarkan begitu terdengar menyakitkan. Ia bahkan menarik rambutnya kencang. Menyalurkan rasa sesaknya dada.

Ia begitu urakan terlebih dirinya hanya menghabisi waktu di kediamannya. Sesekali menuju markas hanya untuk memantau keadaan dan bagaimana jalannya misi yang ia dan kawan-kawannya kini kerjakan.

Meraih ponsel hitam miliknya yang baru, jemarinya mengusap dengan lembut wajah sosok gadis cantik di layar ponselnya. Senyum manis dan cerah itu membuat lelaki kekar ini kini terkekeh menyedihkan.

Satu tetesan air, oh ini bukan hujan karena langit malam ini begitu cerah. Itu air mata. Lelaki itu kembali menangis merindukan gadisnya. Sesak rasanya ia bahkan tak tahu apa yang gadisnya lakukan kini. Obsesinya besar, namun ia tak ingin membuat Amora merasa risih dengan terus menerus menghubungi kedua orang tua gadis itu.

Satu minggu bagai satu tahun lamanya. Lelaki itu merasa hidupnya hampa dan menjenuhkan. Kembali banyak diam dan bersumbu pendek perihal emosi. Azgar tak lagi hangat, bahkan pada kawan-kawannya.

Sedang asik-asiknya menikmati rindu diiringi tetesan air mata. Dering ponsel kini menggema. Azgar menatap layar ponselnya. Menampakan nama salah satu kawan baiknya. Ragnar.

"Gar!"

"Kenapa?"

"Agam sama Nathasya berhasil nemuin alamatnya,"

"Gue ke markas sekarang,"

"Hati-hati, Gar!"

Tubuhnya kini bangkit dengan genggaman ponsel di jemari. Lelaki itu berjalan cepat meraih kunci mobil miliknya. Permasalahan seseorang yang dengan berani mengancam kekasihnya, oh ralat, mantan kekasihnya harus segera ia beri pelajaran. Ia tidak akan pernah mengampuni. Tidak akan.

Lelaki itu kini berada dalam perjalanan menuju markas menggunakan mobil miliknya. Cengkraman pada setir mobil begitu erat. Malam ini tak begitu dingin. Lagu yang terputar pada playlist saat ini merupakan lagu yang Amora sukai.

Azgar tersenyum kecil. Membayangkan jika gadisnya berada di dalam mobil saat ini, bersamanya, berdua. Ia akan pastikan tujuannya tak akan menjadi markas. Ia akan membawa Amora menuju tempat tinggi untuk memberinya pemandangan lampu-lampu kota malam dari atas dataran. Memberi Amora jaket miliknya. Mendekapnya. Menciumnya. Membayangkannya saja membuat dada Azgar kini kembali sesak.

Lelaki itu menghela napas dengan kasar. Membasahi bibirnya yang kering. Karena kecepatan laju mobil yang ia kendarai begitu tinggi, kini Azgar telah memasuki area markas. Memarkirkan mobilnya tepat di pekarangan markas.

Azgar kini telah turun dari mobilnya. Ia melangkah lebar. Ia urakan, namun ketampanannya tak pernah hilang. Kaos hitam yang pas dengan tubuhnya dengan celana jeans pendek santai. Tak lupa topi hitam untuk menutupi rambut yang kini sialnya semakin panjang.

AZGARAMORA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang