21 - YES, IT'S OVER

5.2K 670 809
                                    

Warning: Mohon menghargai penulis dengan vote dan komen. Komen di setiap paragraf akan semakin cepat membuat aku update chapter terbaru!

૮꒰ ˶• ༝ •˶꒱ა ♡

Setelah memutuskan untuk berbincang secara empat mata. Azgar dan Amora kini tengah terduduk di tengah hamparan rumput hijau. Ya, keduanya kini memandang luasnya danau buatan di dekat kediaman Amora.

Gadis cantik itu sibuk meremas beberapa rumput yang ia petik dengan sengaja. Wajahnya menoleh menatap sang kekasih yang tak lepas pandang darinya sejak keduanya mendudukan tubuh di hamparan rumput hijau.

"I had a nightmare," tutur Amora begitu pelan. Bahkan hampir seperti bisikan.

Azgar terdiam mendengarkan dengan seksama. Jemari lelaki itu menyampirkan beberapa anakan rambut milik gadisnya yang berterbangan akibat angin siang ini. "What a nightmare, Amor?" tanyanya pelan. Lelaki itu semakin mendekatkan tubuhnya dengan tubuh gadisnya.

Amora menghela napas pelan. Matanya tak lepas dari mata tajam milik Azgar yang kini tampak kecokelatan karena sinaran mentari. "Aku benci semua hal di mimpi itu, Azgar. I woke up then I cried cause of that," jawab Amora yang kini meraih jemari milik Azgar. Menggenggamnya erat.

Mendengar pernyataan gadisnya perihal menangis. Lelaki itu mengerutkan keningnya dalam. Wajahnya tak terima. "Siapa yang buat kamu nangis, Amor?" tanyanya tak santai. Oh, jangan lupakan bagaimana Azgar jika itu tentang Amora.

"Kamu," jawaban pendek yang Amora berikan berhasil membuat wajah Azgar semula menunjukan ketidak terimaannya kini berubah menjadi wajah bingung.

"Kamu paksa diri kamu buat lawan 5 orang di ring neraka. Gak ada yang dengerin aku buat turunin kamu dari ring neraka. Bang Berto, Ragnar, semuanya! God! Aku marah, Azgar. Aku benci liat kamu yang masih berhubungan sama pertarungan ilegal itu. Aku-"

Terhenti. Kalimat panjang yang belum sempat Amora tuntaskan itu terhenti. Tatkala bibir tebal lelakinya kini mendarat tepat di bibirnya. Azgar mengecup bibir ranum milik Amora. Tak lama, perlahan lelaki itu melepaskan tautan bibir keduanya.

Matanya tak lepas dari bibir gadisnya. Kesalah fokusan lelaki itu selalu terjadi jika berada di dekat sang kekasih.

"Gak ada yang perlu kamu khawatirin, Amor. Trust me," tutur Azgar yang menekan dua kata di akhir kalimatnya. Lelaki itu bahkan kembali menepis jarak dari wajah keduanya. Hidung mancungnya menyentuh hidung milik Amora.

Senyum manis itu tercipta tatkala Amora mengalungkan kedua tangan mungilnya di leher milik Azgar. "Trust me, Amor," bisik Azgar yang dihadiahi anggukan penuh keyakinan dari gadisnya.

Keduanya kini saling mendekap. Menyalurkan betapa besarnya rindu dan cinta yang menjadi satu. Azgar mengusap dengan teratur punggung milik Amora. Lelaki itu sesekali memberikan kecupan-kecupan kecil di bahu milik gadisnya.

Amora menopang dagunya pada bahu kekar milik Azgar. Jemari gadis itu memainkan telinga lelakinya yang kini memerah. "Mimpi buruk itu gak selesai cuma di situ, Azgar," lirih Amora. Gadis itu menghela napas dan memilih untuk menenggelamkan wajahnya di cerukan leher milik Azgar.

"Aku mulai benci mimpi buruk kamu, Amor," tutur Azgar dengan decakan kesalnya.

Mendengar pernyataan penuh kejujuran yang Azgar lontarkan. Amora terkekeh kecil. Gadis itu memberikan satu kecupan ringan di leher milik lelakinya. "Kenapa? Hahaha," tuturnya yang tak henti cekikikan.

Azgar menghela napas dengan kasar. "They act like a shit. Kamu bahkan nangis karna mimpi sialan itu. God, Amor! Kalau dia manusia aku berani sumpah, I'll kill them. Whoever make you cry," tutur Azgar menggebu-gebu. Ah sialan, tidak bisa kah ia santai sedikit jika ini tentang gadisnya?

AZGARAMORA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang