25 - MOM, I NEED YOU

5.2K 646 533
                                    

Warning: Mohon menghargai penulis dengan vote dan komen. Komen di setiap paragraf akan semakin cepat membuat aku update chapter terbaru!

૮꒰ ˶• ༝ •˶꒱ა ♡

Melajukan mobil dengan kecepatan maksimal. Azgar bahkan tak mengidahkan beberapa kendaraan yang memberikannya protes melalui klakson. Lelaki itu dilanda amarah yang tinggi. Wajahnya kini memerah padam. Oh sial, pertemuan Amora dengannya malam ini hanyalah sebuah kesialan tambahan.

Mobil lelaki itu kini telah memasuki kediamannya. Ia memarkirkan mobilnya secara asal. Membuka pintu dan menutupnya kencang. Membanting kunci mobilnya dengan keras ke arah lantai. Beberapa penjaga rumah dan supir pribadinya bahkan terkejut bukan main.

Matanya menangkap mobil merah milik sang ibu. Helaan napas itu kembali terdengar. Beberapa kali ibunya berusaha untuk kembali mendekatkan diri dengan anak bungsunya. Azgar melangkah lebar. Tak peduli dengan itu semua.

Memasuki pintu utama, telinganya telah mendengar suara yang ia kenali. Mata tajam dengan wajah datar yang masih menahan gejolak amarah kini terpandang oleh Winny. Ibunda dari Azgar.

"Azgara, sudah pulang nak? Mamah masak–"

Menyela ucapan sang ibu dengan melewatinya begitu saja. Lelaki ini masih tak dapat memaafkan sang ibu 100%. Meskipun rumahnya kini terbuka untuk Winny. Namun dirinya masih belum kunjung terbuka. Rupanya Winny kini bersama dengan Ale. Mata Azgar menangkap Ale yang terduduk di sofa ruang tengah seraya menonton televisi dengan santai.

Kakinya terus melangkah untuk mencapai tangga menuju kamarnya. Namun suara Winnya kembali terdengar. "Azgara, beri Om Hendra kesempatan. Dia bukan orang yang jahat," tutur Winny dengan lembut. Ale yang kembali mendengar sang ibu memohon kepada Azgar. Lelaki itu menoleh menatap Azgar dan Winny secara bergantian.

Azgar menghentikan langkah. Ia menghela napas dengan kasar. Memejamkan matanya untuk sekadar menahan amarah yang kian membuncah.

Layaknya tak ingin berhenti. Winny kembali berbicara. "Om Hendra sama kedudukannya sama Papah kam–"

"SHUT UP!" bentak Azgar kencang. Lelaki itu memutar tubuh menatap Winny dengan mata memerah yang kian tajam. Rahangnya terlihat mengeras dengan kepalan tangan yang begitu kencang.

Lelaki itu melangkah mendekati Winny dengan perasaan marah. Jemarinya menunjuk Winny, oh sialan Azgar. "Jangan pernah sama-samain Papah sama si bajingan Hendra!!" tekannya dengan diakhiri sentakan kencang.

Bugh!

Satu pukulan kencang kini Azgar dapatkan. Ale memberinya pukulan pada Azgar yang kini terkekeh remeh. Meski pinggiran bibirnya kini robek, lelaki itu menatap Ale dengan tatapan menantang. Sementara Ale, lelaki itu menarik kerah kaos yang Azgar gunakan. Lelaki itu sama marahnya.

"Apa maksud lo nunjuk-nunjuk Mamah kayak gitu, hah?!!" sentak Ale yang kian menunjukan kemarahannya.

Winny bahkan menarik Ale dan Azgar. Wanita paruh baya itu meringis menahan tangis. Dengan sekuat tenaga berusaha memisahkan kedua anak lelakinya. "Alenzo, Azgara tolong stop!!" seru Winny di antara kedua anak lelakinya yang kini beradu tatap dengan berani.

Azgar terkekeh remeh. Satu alis lelaki itu terangkat. "Lo gak cape, Bang? Pura-pura terima Hendra bangsat di hidup lo. LO GAK CAPE BANG?!!" teriak Azgar yang berhasil membuat Ale kini bungkam.

"Hahaha!!!" tawa hambar yang menggelagar Azgar lontarkan. Lelaki itu menepis dengan kekuatannya cengkraman yang Ale berikan. Jemarinya kini menunjuk tepat di hadapan wajah Ale. "Sekali gue benci. Gue akan benci selamanya!" tekan Azgar yang, oh lelaki itu menangis.

AZGARAMORA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang