08||Kemarahan

1.2K 41 0
                                    

*****

Plak!

Pipi Gibran tertoleh kesamping saat dirinya mendapatkan satu tamparan dari seorang wanita parubaya.

Wanita itu menatap nyalang kearah Gibran, sorot matanya menunjukan bahwa dirinya tidak suka pada sikap Gibran.

"Bun--"

"Cukup!" tegas wanita itu saat Gibran akan mengucapkan sesuatu padanya.

"Mengapa kamu berbuat seperti itu pada Raina? Dia istrimu! Dimana otak kamu Gibran!" bentak wanita itu dengan emosi yang bergejolak.

Rasa sesak menyeruak di dadanya saat mendengar tentang Raina dari Namira.

"Bunda sudah bilang padamu! Untuk memutuskan hubunganmu dengan wanita itu! Kenapa kamu masih belum memutuskannya? Kamu ini benar-benar membuat malu!" sentak wanita itu dengan nada tinggi.

Kania Clarissa wanita paruh baya dengan rambut sebahu itu menatap nyalang kearah putranya.

"Berani-beraninya wanita tidak tahu diri itu menyiram menantuku!"

"Maaf Bunda," lirih Gibran dirinya menunduk tak berani menatap Kania.

"Kenapa kamu belum memutuskan hubunganmu dengan Zena? Dimana otak kamu? Kamu sudah memiliki istri mengapa masih berani berhubungan dengan wanita lain?"

"Dan wanita itu bukan wanita yang terhormat! Kamu seharusnya malu! Beraninya kamu memarahi Raina seperti itu hanya karena membela wanita itu?"

"Bunda tidak habis pikir dengan apa yang ada dipikiran kamu Gibran! Kalau Ayah kamu sampai tahu tentang hal ini dia tidak akan segan-segan!" tutur Kania.

Dirinya tidak bisa membayangkan semarah apa suaminya nanti saat tahu bahwa Gibran memperlakukan Raina seperti itu.

"Kamu memang benar-benar tidak tahu diri! Sudah dikasih wanita yang sholehah kamu malah memilih wanita seperti Zena! Yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Raina!" cetus Kania.

"Kalau saja Namira tidak memberitahukan ini pada Bunda mungkin Bunda tidak tahu!"

"Kamu seharusnya bersyukur mendapatkan istri seperti Raina! Dan seharusnya kamu jangan menyia-nyiakan wanita seperti Raina!" tegas Kania.

"Ayah dan Bunda menjodohkan kamu dengan Raina karena Raina gadis yang baik! Tidak seperti pacarmu itu! Dia sangat tidak punya rasa malu sedikit pun,"

"Ta-tapi Bunda Zena itu lebih baik dari Raina!" bantah Gibran.

Kania tersenyum kecut, "Lebih baik? Dari segi mananya? Bisa kamu jelaskan Zena lebih baik dari Raina dari segi mana?"

Gibran terdiam sejenak mencerna semua ucapan yang Kania lontarkan padanya.

"Kamu bod0h sudah di selingkuhi tapi kamu masih tetap mau," sindir Kania blak-blakan.

Yang diucapkan Kania memang benar sekitar satu tahun lalu, saat mereka sengaja bertemu Zena di sebuah cafe.

Awalnya Gibran mengira itu bukanlah Zena, namun Kania memintanya untuk mengikuti wanita yang mirip dengan Zena itu.

Tepat di depan matanya Gibran melihat Zena yang menggandeng seorang pria yang seumuran dengan gaya yang sangat manja.

Gibran awalnya hanya mengira bahwa itu adalah teman Zena, namun dirinya beberapa kali memergoki Zena dengan pria itu.

Sampai akhirnya dirinya memutuskan hubungannya dengan Zena, tak lama setelah putus dari Zena beberapa bulan kemudian Zena datang kembali padanya.

Dan dengan bod0h Gibran menerimanya kembali, dirinya mempercayai semua ucapan manis dari Zena.

"Bagaimana? Apa kamu memang benar-benar bod0h. Kamu masih mau bersama wanita seperti Zena yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Raina," jelas Kania.

"Bunda, tapi Zena sudah tidak berhubungan dengan pria itu lagi! Dan Zena sudah berubah jadi tolong Bunda jangan menjelek-jelekan Zena seperti itu!" tegas Gibran yang tak suka dengan ucapan Kania.

Kania tersenyum miring, "Kamu yakin?"

"Tentu saja! Zena sudah berubah!"

"Kamu lebih baik cari tahu lebih dalam tentang kehidupan Zena, kalau Bunda pribadi tidak yakin," ujar Kania mengeluarkan unek-uneknya yang ada di dalam dirinya.

"Bunda jangan menuduh Zena seperti itu!"

"Bunda tidak menuduh Bunda hanya memperingatkanmu karena Zena itu seperti ular yang berbisa,"

"Kamu jauhi Zena! Putuskan hubunganmu dengan Zena atau Bunda dan Ayah yang akan turun tangan untuk menyelesaikan hubungan kamu dengan Zena!"

"Gibran ingat, ucapan Bunda tidak main-main dan secepatnya Bunda akan memberitahukan semua hal ini pada Ayahmu nanti,"

𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠....

Istri Bercadar Ceo PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang