12||Ryan

1.1K 33 0
                                    

*****

Raina duduk disebuah kursi yang berada di taman, dirinya menatap kosong setelah pertengkarannya dengan Gibran tadi dia memutuskan untuk pergi sejenak.

Air mata mulai membasahi mata indah milik Raina.

Malam ini kondisi taman itu sedikit sepi, itu membuat Raina leluasa untuk meluapkan rasa sakitnya.

Tubuh Raina bergetar hebat, dirinya menangis sejadi-jadinya. Mengapa dirinya harus mendapatkan suami seperti Gibran?

"Raina cape," lirih wanita itu seraya menghapus jejak air mata.

Cadarnya sedikit basah karena Raina menangis lumayan lama tadi.

"Raina?" panggil seseorang dari belakang.

Raina menoleh kebelakang saat ada yang memanggil namanya, terlihat seorang pria yang menatapnya dengan tatapan khawatir.

"Ryan?"

*****

"Bagaimana? Sudah merasa tenang?" tanya Ryan.

"Sedikit," jawab Raina

"Mau cerita?" tawar Ryan seperti pria itu bersedia menjadi pendengar yang baik untuk Raina.

"Memangnya boleh? Aku takut pacarmu akan cemburu," ujar Raina.

"Aku tidak punya pacar Raina!" ucap Ryan.

"Lho? Belum? Kenapa?"

"Aku masih menunggumu, aku akan menunggu sampai kamu sadar bahwa aku benar-benar mencintaimu," batin Ryan menatap senduh Raina.

"Kamu kenapa?" tanya Raina bingung.

"Tidak, kenapa menangis? Kamu sedang ada masalah yah? Kenapa tidak menghubungiku?" sahut Ryan mengalihkan pembicaraan.

"Takut tidak sopan, dan pastinya kamu sibuk Ryan. Jadi aku tidak ingin merepotkanmu," gumam Raina menundukan kepalanya.

"Sejak kapan merepotkan? Tentu tidak! Aku malah senang jika kamu meminta bantuanku!" seru Ryan.

Raina tertawa kecil mendengar itu, "Terima kasih kamu baik banget,"

"Kamu cantik Raina," puji Ryan.

"Kamu bahkan belum melihat wajahku, tapi kamu sudah berani memujiku," cetus Raina.

"Walaupun aku belum pernah melihatnya, kamu tetap cantik bahkan semua wanita di dunia ini pun kalah dengan kecantikan seorang Raina," ucap Ryan.

"Kamu ini ngomong apa? Aku nggak secantik itu Ryan," kata Raina.

"Kata siapa? Kamu cantik, cantik banget. Kamu orang tercantik setelah mamahku," gombal Ryan.

"Sejak kapan kamu menjadi genit seperti ini Ryan?" tanya Raina dirinya bergedik ngeri melihat Ryan yang saat ini.

"Aku tidak genit yang aku bicarakan itu kenyataan lho! Kamu ini gimana!" ucap Ryan.

Raina yang mendengar itu tertawa hingga matanya menyipit, seperti bulan sabit.

"Senyuman dan tawanya jangan pernah hilang yah? Aku suka ngeliat kamu begitu," ucap Ryan.

"Pasti,"

"Dimana pun, kamu berada kamu harus selalu senyum. Gak boleh nangis terus! Kalau nangis terus ntar di gigit gajah. Emangnya kamu mau di gigit gajah?" gurau Ryan.

"Memangnya gajah bisa ngegigit yah?" tanya Raina.

"Bisa nanti kalau kamu nangis gajah itu bakalan ngegigit kamu," sahut Ryan seraya tertawa kecil.

"Kamu ini aneh-aneh saja!" celetuk Raina dirinya merasa heran dengan tingkah Ryan yang selalu bisa membuatnya kembali tertawa.

"Raina diapain sama Gibran?" tanya Ryan mengalihkan topik pembicaraan.

Raina sedikit gugup untuk menjawab pertanyaan dari Ryan, "Cuma masalah kecil kok, nggak ada yang perlu di khawatirkan!"

"Kamu berbohong?" tebak Ryan.

"Ti-tidak kok! Aku tidak bohong Ryan!" elak Raina.

"Bohong, tapi kalau kamu tidak mau cerita ya sudah aku tidak akan memaksa itu," kata Ryan dengan raut wajah sedih.

"Kalau nanti ada apa-apa kamu jangan sungkan buat hubungin aku,"

"Aku bakalan jagain kamu dari jarak jauh hehe,"

"Kamu orang tercantik setelah mamahku Raina,"

"Kalau Tuhan memang ngizinin aku buat bahagiain kamu, pasti bakalan aku lakuin!"

"Kamu cinta kedua aku setelah mamah Raina, dan aku mau kamu tahu bahwa kamu adalah orang yang mengisi hatiku saat ini,"

"I love you Raina!"

𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠...

Istri Bercadar Ceo PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang