24||Berubah?

1K 29 0
                                    

Raina duduk melamun diatas ayunan, yang berada di halaman belakang rumah.

Dirinya menatap kosong kearah depan dengan satu tangan yang digunakan untuk menumpu dagunya.

Dirinya menghela nafas berat dirinya benar-benar sudah lelah kali ini.

"Harus dengan cara apalagi Tuhan...," lirih Raina seraya menatap kearah langit yang terlihat cerah.

"Raina cape, Tuhan boleh bantu Raina?" Raina terus memandang sendu kearah langit.

"Kalau terus-menerus seperti ini lama-kelamaan Raina akan lelah dengan sikapnya, Raina ingin mengubahnya. Namun, Mas Gibran sepertinya tidak mau." kata Raina.

"Tuhan ngasih nasib yang beragam yah ke setiap orang? Mungkin Tuhan menghadirkan Mas Gibran dalam hidupku. Agar aku bisa menjadi lebih kuat dari sebelumnya," Raina mencoba berfikir positif akan takdir yang Tuhan berikan padanya.

"Raina malu karena terus ngeluh. Padahal disana ada orang yang nasibnya tidak seberuntung aku," lirih Raina.

Gadis itu menunduk dalam dirinya mulai merenungi kesalahannya, dirinya terlalu banyak meminta pada Tuhan.

"Bismillah," Raina kembali mengangkat pandangannya, dibalik cadarnya dirinya mengukir senyum yang amat tipis.

'Raina bisa, pasti bisa. Masa cuma karena seperti ini kamu nyerah?' batin Raina terus menyemangati dirinya.

"Aku tidak berharap Mas Gibran akan mencintaiku nantinya, namun aku hanya ingin dirinya bisa menerimaku sepenuhnya tanpa adanya paksaan sedikitpun,"

*****

Dari atas balkon belakang Gibran melihat semua yang dilakukan oleh Raina, bahkan dirinya juga mendengar apa yang Raina katakan.

"Maaf," lirih Gibran memandang sendu Raina yang masih duduk diatas ayunan seraya bersholawat dengan merdu.

*****

"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Gibran yang melihat Raina sedang duduk ditemani dengan beberapa buku di sampingnya.

Raina yang mendengar itu hanya menoleh sebentar lalu fokus kembali pada bukunya.

"Hei? Kamu tidak mendengarku Raina?" tanya Gibran sedikit kesal pasalnya Raina hanya diam saja.

"Aku sibuk. Tolong jangan berisik aku sedang membaca buku sekarang," cetus Raina.

"Jadi? Aku menganggumu?" tanya Gibran seraya menundukkan kepalanya.

Raina berdeham,"Kurasa itu tidak perlu diperjelas lagi,"

Gibran yang mendengar itu seketika terkejut, dirinya baru pertama kali melihat Raina seperti ini.

Di dalam lubuk hatinya dirinya merasakan rasa sakit saat Raina mengatakan kata-kata itu.

"Eh, baiklah aku minta maaf karena sudah menganggumu," kata Gibran, Raina yang mendengar itu hanya diam.

"Kamu berubah ya Na," gumam Gibran yang masih dapat di dengar oleh Raina.

Raina mengangkat pandangannya kini dirinya menatap Gibran lekat, "Lalu?"

"Kembali seperti dulu kumohon," pinta Gibran seraya duduk di depan Raina.

"Kembali? Kamu yang membuatku menjadi seperti ini,"

"Kamu bilang aku berubah? Yah, aku akui memang aku berubah. Tapi aku berubah bukan tanpa alasan tapi ini karena dirimu," ucap Raina penuh penekanan.

"Kamu tahu? Betapa lelahnya aku menghadapi sikapmu? Apalagi saat kamu terus mengatakan tentang Zena yang sudah jelas-jelas menyakitimu!"

"Yang istrimu itu siapa? Aku atau Zena? Jika memang Zena kejar dia tidak perlu memintaku untuk kembali bersamamu,"

Gibran yang mendengar itu diam membisu, pertama kalinya dia melihat Raina seperti ini.

"Ma-maaf," lirih Gibran.

"Hari ini ngomong maaf pasti besok diulangin lagi," cetus Raina karena memang benar begitulah yang terjadi.

Setiap Gibran membuat kesalahan dirinya pasti akan mengulanginya terus menerus.

Raina bangkit dari duduknya seraya merapikan buku-buku miliknya.

"Untuk beberapa hari kedepan, mari jangan saling berbicara."

"Anggaplah aku orang asing,"

𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠.....
𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐧𝐞𝐱𝐭 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐤 "𝐍𝐚𝐝𝐢𝐧𝐞 𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐌𝐚𝐫𝐯𝐞𝐥"
𝐊𝐥𝐨 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐭𝐚² 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐲𝐩𝐨 𝐦𝐚𝐚𝐩² 𝐧𝐢𝐡.

Istri Bercadar Ceo PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang