*****
Plak!
Pipi Gibran tertoleh kesamping saat Galen menampar pipinya dengan raut wajah penuh amarah.
Wajah Galen memerah padam saat melihat Gibran pulang dengan raut wajah senang setelah apa yang dirinya perbuat pada Raina.
"Anak si4lan! Beraninya kamu menyakiti istrimu sendiri!" bentak Galen yang tersulut emosi.
Deg!
Hati Gibran seketika diremukan saat mendengar ucapan menyakitkan yang terlontar dari mulut Ayahnya sendiri.
"Perset4nan soal Zena! Kamu lebih memilih wanita itu dibandingkan istrimu sendiri? Dimana otak kamu!" sentak Gibran.
"Ayah sudah bilang waktu itu sama kamu untuk menyudahi hubunganmu dengar Zena! Mengapa kamu masih melanjutkannya hah? Dimana otak kamu? Ini yang kamu sebut Ceo? CEO tak bertanggung jawab!"
"Untuk apa kamu mengurung Raina di balkon semalaman? Kamu pikir Raina itu apa? Lihat! Karena ulahmu sekarang Raina menjadi sakit!"
"Ta-tapi ayah Raina yang mulai duluan," ucap Gibran mencoba membela.
"Raina melakukan apa memangnya? Ayah dengar dari para pelayan disini Raina hanya diam saja, lalu mengapa kamu mengurungnya di balkon?"
"Jangan karena ayah sedang di luar kota kamu menjadi semenah-menah pada Raina! Ayah mendidik kamu untuk menjadi orang yang baik dan ayah juga mendidik kamu untuk menghargai wanita! Sama halnya saat ayah menghargai bunda kamu!"
"Ayah tidak pernah sedikit pun, mengajarkan kamu seperti ini! Lalu mengapa kamu menjadi seperti ini?"
"Permintaan ayah tidak begitu sulit! Ayah hanya minta kamu menjaga Raina, bukan malah menyakitinya!" bentak Galen dengan dada yang naik turun.
"Kamu kira ayah belum mendengar soal yang terjadi di rumahmu berberapa hari yang lalu?"
"Ayah tahu semuanya Gibran! Jangan kamu pikir karna ayah sedang tidak ada disini kamu bisa semenah-menah seperti itu!"
Galen berdecih, "Ayah heran, apa yang kamu lihat dari Zena? Jika dibandingkan dengan Raina. Zena sama sekali tidak ada apa-apanya,"
"Ayah tidak mau tahu kamu putuskan Zena atau mulai detik ini hubungan kita sebagai ayah dan anak putus begitu saja,"
"Ayah beri waktu kamu beberapa hari untuk itu, ayah harap kamu bisa menyadarinya,"
*****
Raina mengerjap-ngerjapkan matanya, membuat Kania sontak tersenyum senang karena Raina sudah sadar.
"Bu-bunda?" panggil Raina dengan suara yang terdengar parau.
"Iyah sayang?" Kania langsung meraih tangan kanan Raina dan menempelkannya di pipinya.
"Bunda minta maaf yah? Atas kelakuan Gibran ke kamu? Mungkin ini gak sebanding sama apa yang Gibran lakuin selama ini. Tapi bunda sungguh-sungguh minta maaf," ujar Kania.
"Nggak papa bunda, Raina baik-baik aja kok. Cuma Raina sekarang agak demam aja besok juga palingan udah sembuh," sahut Raina kedua matanya menyipit.
"Kerumah sakit aja yah?" tawar Kania yang merasa khawatir dengan kondisi Raina yang demamnya semakin tinggi.
"Nggak usah bunda, sebentar lagi juga Raina sembuh." tolak Raina.
"Maafin Gibran yah sayang? Kalau Gibran sampai kayak gitu lagi kamu langsung hubungin bunda,"
*****
Malam pun, tiba kini Kania dan juga Galen sudah pulang kerumah mereka.
Demam Raina pun, sudah sedikit turun namun rasa pusing dikepalanya masih terus ada.
Clek!
Gibran membuka pintu kamarnya, raut wajah pria itu terlihat murung. Dirinya menatap tajam Raina yang tengah berbaring di ranjang.
Gibran melangkah mendekatkan dirinya pada Raina yang tengah terbaring itu.
Sret!
Dengan gerakan kasar Gibran langsung menarik tangan Raina, membuat gadis yang tadi tengah tertidur itu sontak terkejut.
Raina langsung bangkit dari tidurnya karena Gibran menariknya dengan kuat.
"Heh? J4lang apa maumu? Kenapa kamu mengadu?" bentak Gibran.
Raina merasakan pusing dikepalanya karena Gibran menariknya begitu saja.
"Jangan pura-pura sakit!" bentaknya lagi Gibran mencengkram lengan Raina dengan kasar.
Raina meringis mendengar bentakan Gibran, selain itu dirinya merasakan sakit yang luar biasa dibagian kepalanya begitu pun dibagian lengannya yang ditarik paksa oleh Gibran.
Raina melepaskan cengkraman tangan Gibran, dirinya menatap nanar pria itu.
"Sebenarnya apa maumu?" tanya Raina dengan nada yang gemetar.
"Apa mauku? Aku mau kamu enyah dari dunia ini!"
Bugh!
Gibran mendorong kasar tubuh Raina, untung saja Raina jatuh keatas ranjang jadi tidak begitu sakit.
"Bvnuh saja aku! Tidak perlu menyiksaku! Langsung bunvh saja diriku!"
𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠....
Maaf kalau ada yang typo!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Bercadar Ceo Posesif
Teen FictionCerita ini menceritakan tentang perjalanan cinta wanita bercadar yang bernama Raina.