26||Perasaan apa ini?

1K 33 0
                                    

Raina kini tengah duduk di meja riasnya, dirinya tengah bersiap untuk pergi keluar.

"Kamu mau kemana?" tanya Gibran saat melihat penampilan Raina yang begitu rapih.

"Keluar bersama temanku," sahut Raina, setelah dirinya selesai dirinya langsung mengambil tas hitam miliknya.

"Perlu aku antar?" tawar Gibran seraya tersenyum hangat.

Raina menggeleng pelan, "Tidak perlu aku bisa naik taxi,"

"Kalau begitu aku pamit, Assalamu'alaikum." Setelah mengatakan itu Raina langsung pergi keluar dari kamar.

"Apa aku ikuti saja ya?" gumam Gibran saat Raina sudah pergi dari sana.

"Hm, iyadeh ikutin aja." Gibran pun, lantas mengambil kunci mobil dan jaket kulit warna hitam miliknya.

Dirinya berlari menuruni tangga agar tidak kehilangan jejak Raina.

Gibran pun, sudah diluar rumah. Dirinya segera masuk ke garasi mobilnya. Dirinya sangat terburu-buru saat, melihat Raina sudah menaiki sebuah taxi.

*****

Dari kejauhan mobil Gibran mengikuti taxi yang ditumpangi oleh Raina.

Tak lama setelah itu Raina turun di sebuah danau yang cukup ramai pengunjungnya.

Melihat Raina yang sudah turun Gibran pun, terburu-buru untuk keluar dari dalam mobilnya.

Dirinya mengikuti Raina diam-diam, dan sampai ditempat dimana seseorang menunggu Raina.

"Tu-tunggu, di-dia Ryan?" gumam Gibran seraya menutup mulutnya tak percaya.

Dihadapan matanya sendiri Raina bertemu dengan Ryan, keduanya kini tengah duduk di rumput hijau seraya melihat pemandangan danau yang sangat indah.

Disisi lain/tempat Raina.

"Terimakasih sudah menemaniku dan mau mendengar ceritaku Ryan, maaf jika aku menganggu kesibukanmu," ucap Raina yang merasa tak enak hati.

"Tidak apa-apa lagipula aku juga tidak sedang sibuk kok," sahut Ryan diiringi senyuman sekilas.

"Apa yang ingin kamu ceritakan Raina?" tanya Ryan yang tampak penasaran.

Raina dan Ryan pun, mulai berbincang-bincang dan Ryan pun memberi Raina beberapa motivasi dan semangat.

||Kembali ditempat Gibran||

Gibran memandang Raina dan Ryan dari balik pohon besar, dirinya bersembunyi di pohon itu agar tidak ketahuan oleh Raina.

Gibran menatap sendu kearah Raina yang tampak asik mengobrol bersama dengan Ryan.

Hati Gibran yang melihat itu seakan panas dan terasa tercabik-cabik.

"Ck, mengapa aku kesal melihat mereka berdua?" decak Gibran seraya mengontrol emosinya.

"Aku kan tidak suka Raina, tapi mengapa aku merasa kesal melihatnya berduaan dengan pria lain?" Gibran terus merutuki dirinya.

Dan beberapa kali juga Gibran mengumpati Ryan dengan kata-kata Mutiara miliknya.

Wajah Gibran kini memerah dirinya kesal bukan main saat melihat Raina tertawa lepas bersama Ryan.

Se-spesial itukah Ryan? Sampai Raina begitu bahagia jika ada di dekatnya? batin Gibran berkecamuk.

"Perasaan macam apa ini?" gumam Gibran yang kesal.

"Dasar pria penggoda, apa dia tidak punya wanita lain sampai-sampai menggoda Raina?" celoteh Gibran.

"Awas saja,"

"Siapa sih dia? Mengapa Raina begitu dekat dengan Ryan? Memang apa yang spesial dari dia? Gantengan juga saya," ucap Gibran dengan pedenya.

"Lihatlah bahkan dia jauh di bawahku, huh selera Raina memang rendahan sepertinya," lanjutnya dengan tatapan mata yang masih mengarah kearah Raina dan Ryan.

"Dia bisa tertawa dengan orang lain tapi, dia tidak bisa tertawa denganku! Huh! Sangat menyebalkan!" Gibran menatap sinis punggung Ryan, dirinya benar-benar kesal pada pria itu.

"Perasaan apa ini? Mengapa hatiku sangat sakit dan panas saat melihat Raina tertawa bersama pria lain?"

𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠....
𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐧𝐞𝐱𝐭 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐤 "𝐍𝐚𝐝𝐢𝐧𝐞 𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐌𝐚𝐫𝐯𝐞𝐥"

Istri Bercadar Ceo PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang