13||Pergi?

1.2K 33 0
                                    

*****

"Habis dari mana kamu?" tanya Gibran yang tengah duduk di atas sofa.

Dirinya menatap tajam Raina yang baru saja datang.

"Taman," jawab Raina singkat.

"Dengan siapa? Selingkuhanmu?" celetuk Gibran.

Raina yang mendengar itu terkejut biaa-bisanya Gibran menuduh dirinya.

"Aku nggak pernah selingkuh!" tegas Raina.

"Terus? Kamu pikir saya percaya? Ck, saya lihat dengan mata kepala saya sendiri bahwa kamu berduaan dengan pria lain!" ucap Gibran.

"Hanya karena berdua bukan berarti selingkuh! Aku pergi ke taman untuk menenangkan diri, kamu sendiri yang membuat Aku jadi begini! Aku gak nyaman kalau terus-terusan begini!" lirih Raina dirinya menunduk dalam.

"Cih, brisik! Saya tidak akan terkecoh dengan air mata si4lanmu itu!" bentak Gibran.

"Berani-beraninya kamu menemui pria lain tanpa sepengetahuan saya! Dimana pikiran kamu?"

"Aku tidak sengaja bertemu dia di taman kami sama sekali tidak ada janji bertemu. Itu hanya kebetulan saja," jelas Raina.

"Kamu pikir saya akan percaya?" Gibran menaikan sebelah alisnya.

Raina menggedikan bahunya cuek, dirinya berjalan kearah ranjang untuk duduk.

"Aku tidak peduli mau kamu percaya atau tidak! Tapi yang Aku katakan itu kebenarannya. Kamu tidak bisa main memfitnah seperti itu! Aku memangnya punya bukti kalau Aku selingkuh?" tanya Raina.

Gibran terdiam, "Saya liat kamu berduaan dengan temanmu itu,"

"Hanya karena berduaan bukan berarti aku selingkuh mas, bukannya kamu yah? Yang selama ini selingkuh? Tapi aku sama sekali tidak mengusik,"

"Lalu mengapa kamu sekarang tiba-tiba mengusik urusan pribadiku? Bahkan sampai menuduhku selingkuh?" Raina menatap Gibran dengan berani.

Dirinya ingin terlihat kuat dan tidak lemah di hadapan Gibran. Raina juga memiliki hati, hatinya bosan selalu diperlakukan seperti itu oleh Gibran.

Raina tahu bahwa melawan suaminya itu dosa, namun dirinya benar-benar sudah lelah dengan semua yang terjadi dalam hidupnya ini.

Raina sama sekali tidak memiliki niat untuk melawan suaminya, namun karena rasa lelah dan sakit hati yang begitu dalam dirinya terpaksa harus seperti ini.

"Saya tidak pernah selingkuh! Karena sebelum denganmu pun, saya sudah menjalin hubungan dengan Zena!" tegas Gibran.

"Bangga? Menjalin hubungan yang menjerumuskan ke arah dosa?" Raina menaikan sebelah alisnya.

Tangan Gibran terkepal mendengar ucapan Raina, dirinya memegang kedua bahu Raina kuat membuat wanita itu meringis kesakitan.

"Jangan macan-macam! Saya bisa usir kamu kapanpun saya mau!" ancam Gibran.

"Yasudah, kalau begitu usir saja aku." tantang Raina.

Gibran melepaskan cengkraman tangannya dari kedua bahu Raina, dirinya meraup wajahnya kasar.

"Baik! Karena kamu juga sepertinya ingin keluar dari sini maka cepat keluar dari rumah ini! Bereskan semua barang-barangmu!" perintah Gibran.

"Tanpa kamu suruh pun, aku akan membereskan semua barang-barangku," desis Raina dirinya mulai berjalan kearah lemari.

Dirinya mengambil sebuah koper besar yang berada di samping lemari itu.

Tanpa berlama-lama Raina segera mengeluarkan baju-bajunya, dari dalam lemari. Dirinya memasukannya ke koper dengan rapi dan begitu hati-hati.

Tak butuh waktu lama Raina selesai menempatkan barang-barangnya kedalam koper, dirinya mengambil sebuah tas kecil miliknya yang berada di dekat meja rias.

Setelah selesai Raina pun, berjalan mendekat kearah Gibran.

"Tenang saja aku tidak akan menuntut apapun dari mu, Terima kasih karena sudah mengizinkan saya tinggal beberapa saat disini," ucap Raina.

"Pergi,"

𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠....

Istri Bercadar Ceo PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang