"Cantik," satu kata terluncur dari bibir Gibran dirinya menatap Raina dari atas sampai bawah dengan mata yang berbinar.
Dirinya masih tidak menyangka bahwa Raina secantik ini, dirinya sempat merasa bersalah karena dulu pernah menyebut Raina dengan kata-kata yang tidak pantas.
Raina yang mendengar itu kedua pipinya tiba-tiba merasa panas, wajah gadis itu juga mulai memerah.
"Astaga, kamu sungguh cantik bagai bidadari maukah kamu menjadi permaisuriku?" ucap Gibran dramatis, dirinya memulai drama tidak jelasnya.
Raina yang mendengar ucapan Gibran itu bersweatdrop, dirinya tidak menyangka Gibran bisa dramatis seperti ini.
"Ini bukan zaman dulu yang masih banyak kerajaan-kerajaan, sekarang ini zaman modern tidak ada yang namanya permaisuri," celetuk Raina seraya memutar bola mata malasnya.
Kedua tangannya bersedekap di dada, seraya menatap jengah Gibran yang tengah mendrama.
"Sungguh jahat, kamu sungguh jahat mengapa kamu menyakitiku wahai adinda," kata Gibran memegang dadanya seolah-olah dirinya tengah tersakiti sekarang.
Raina yang melihat tingkah Gibran semakin menjadi-jadi itu, bergedik ngeri dirinya baru kali ini melihat Gibran seperti ini.
"Mas? Kamu sehatkan? Sadar istighfar," ucap Raina seraya mengguncangkan tubuh Gibran agar laki-laki itu segera sadar dan mengakhiri dramanya.
"Astagfirullah, tapi kamu sangat cantik itu membuatku g1la kamu tau? Aku seperti itu karena melihatmu sangat cantik seperti ini," sahut Gibran seraya menatap Raina.
"Terimakasih atas pujiannya, tapi aku merasa aku tidak secantik itu." balas Raina.
"Ngomong apasih kamu? Kamu itu sangat cantik, bahkan aku sampai tergila-gila." ucap Gibran dengan kedua tangan yang berkacak pinggang.
"Sudah deh jangan merendah untuk meroket, besok temanku akan datang kemari untuk makan siang bersama apakah boleh?" tanya Gibran.
"Boleh, dan apakah aku boleh melepas cadarku hanya untuk di dalam rumah?" pinta Raina.
"Tentu saja, tapi jika kamu akan pergi keluar kamu harus mengenakan cadarmu. Aku tidak ingin ada pria lain yang menyukaimu nanti cukup aku saja yang menyukaimu," jelas Gibran mengelus pucuk kepala Raina dengan lembut.
"Dulu padahal kamu ogah-ogahan banget, kok sekarang jadi posesif?" sindir Raina.
"Dulu mataku itu ketutupan panci jadi tidak bisa melihat kebaikanmu, ketulusanmu, dan kecantikanmu." sahut Gibran.
Raina yang mendengar itu terkekeh kecil, dirinya mengukir senyuman tipis.
"Memangnya mata kamu sebesar apa? Sampai panci itu muat di matamu?" tanya Raina.
"Ya segede ini, kan ada panci mini tuh. Aku pakai pancinya yang mini, mana mungkin aku pakai yang besar yang ada wajah tampanku akan ketutupan." sarkas Gibran, Raina mendengar itu semakin bersweatdrop karena tingkah absurd Gibran.
"Dulunya aku mengira bahwa kita akan bercerai karena kita tidak akur," ucap Raina mencurahkan isi hatinya.
"Mana ada, intinya tidak akan ada kata cerai!" tegas Gibran.
"Kamu yakin? Apa kamu tidak mau ngejar Zena lagi?" tanya Raina menggoda Gibran seraya mengangkat sebelah alisnya.
"Seratus persen tidak, aku hanya ingin denganmu. Mulai hari ini mulai detik hidupku hanya akan diisi olehmu tidak ada yang lain," kata Gibran tersenyum lebar.
"Bagaimana yah, aku tidak yakin nih." ucap Raina seraya mengelus dagunya.
"Akan aku buktikan," balas Gibran bersungguh-sungguh.
"Bukti itu akan aku tunggu, dan aku berharap itu bukan hanya bualan semata yang kamu buat. Aku juga berharap kamu bisa memegang kata-katamu,"
𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠.....
𝐇𝐚𝐢? 𝐊𝐚𝐧𝐠𝐞𝐧 𝐠𝐚𝐧𝐢𝐢𝐢 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐑𝐚𝐢𝐧𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐆𝐢𝐛𝐫𝐚𝐧? 𝐌𝐮𝐥𝐚𝐢 𝐩𝐚𝐫𝐭 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐮𝐧𝐠𝐤𝐢𝐧 𝐛𝐚𝐤𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐚𝐝𝐚 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐫𝐨𝐦𝐚𝐧𝐭𝐢𝐬𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐧𝐭𝐧𝐠 𝐡𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐑𝐚𝐢𝐧𝐚, 𝐝𝐚𝐧 𝐝𝐫𝐚𝐦𝐚 𝐚𝐛𝐬𝐮𝐫𝐝 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐆𝐢𝐛𝐫𝐚𝐧. 𝐉𝐝𝐢 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐬 𝐲𝐚!!
𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐧𝐞𝐱𝐭 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐤, "𝐍𝐚𝐝𝐢𝐧𝐞 𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐌𝐚𝐫𝐯𝐞𝐥"
𝐖𝐚𝐭𝐭𝐩𝐚𝐝:@Zyndinne3
𝐈𝐠:@Zyndinne3
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Bercadar Ceo Posesif
Teen FictionCerita ini menceritakan tentang perjalanan cinta wanita bercadar yang bernama Raina.