14||Bantuan namira

1.1K 35 0
                                    

*****

Raina berjalan seorang diri menyusuri jalanan yang sepi seraya membawa kopernya.

Jalanan itu begitu senyap mungkin, karena sudah mau memasuki tengah malam.

"Nggak ada taxi lewat yah?" gumam Raina seraya melihat sekeliling.

"Rumahnya Umi sama Abi pun, masih jauh."

Raina terus menarik kopernya, dirinya sedikit mempercepat langkahnya agar bisa cepat sampai.

Tiba-tiba ada sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti di sampingnya.

Seorang wanita dengan rambut yang diikat kuncir kuda itu keluar dari dalam mobil.

"Raina?" panggil wanita itu.

Mendengar ada yang memanggilnya Raina pun, menoleh kesamping.

"Namira?"

Namira pun, berjalan mendekat kearah Raina dengan raut wajah yang khawatir.

"Kamu mau kemana?" tanya Namira.

"Aku mau kerumah orang tuaku," sahut Raina.

"Di waktu yang hampir tengah malam seperti ini? Dimana Gibran? Apakah dia sudah gila membiarkanmu pergi larut malam seperti ini?" tanya Namira karena dirinya sama sekali tidak mendapati keberadaan Gibran.

"Eum, Mas Gibran menyuruhku untuk keluar dari rumah, jadi aku menurutinya," ujar Raina dengan tatapan mata senduhnya.

Namira yang mendengar itu terkejut, "Hah? Kenapa bisa begitu? Ada masalah besar yang terjadi?"

Raina menggeleng pelan, "Tidak ada aku juga sudah lelah seperti ini terus, jadi aku lebih baik pulang ke rumah kedua orang tuaku saja. Karena disana pasti aku akan selalu mendapatkan kasih sayang dari mereka,"

Namira memegang kedua bahu Raina, dirinya menatap lekat Raina.

"Dengar yah, kamu itu adalah temanku jadi kalau kamu sedang ada masalah. Jangan sungkan untuk menghubungiku," ujar Namira.

"Nanti urusan Gibran biar aku saja yang mengurusnya,"

"Tidak usah Namira, aku tidak ingin melibatkanmu dalam urusanku dengan Mas Gibran."

"Tapi dia sudah keterlaluan Raina, aku tidak bisa melihat kamu terus di sakiti olehnya seperti ini."

"Pasti ini karena ulah Zenakan? Memang j4lang tidak tahu diri itu selalu membuat honar!" tuduh Namira.

"Mungkin. tapi sepertinya bukan," sahut Raina.

"Ini sudah malam aku harus segera kerumah kedua orang tuaku," ucap Raina.

"Biar aku antar aku takut terjadi sesuatu yang buruk. Karena sekarang sudah malam! Ayo masuk ke mobilku! Biar aku antar sampai kerumah kedua orang tuamu," tawar Namira.

"Benarkah? Apa tidak merepotkan?" tanya Raina yang merasa tidak enak.

"Tentu saja tidak! Ayo masuk,"

*****

Diperjalanan kedua wanita itu saling berbagi cerita, mereka sesekali tertawa lepas melepaskan beban dalam diri mereka.

"Kalau boleh tau, kenapa yah kamu sepertinya sangat tidak suka pada Zena?" tanya Raina.

"Karena dia itu penghancur persahabatanku!" sahut Namira.

Kening Raina berkerut, menandakan bahwa dirinya tak paham.

"Maksudmu penghancur persahabatan itu bagaimana?" tanya Raina.

Namira menarik nafas perlahan, "Dulu dia pernah menuduhku yang macam-macam bahkan sampai mengadu dombaku dengan yang lain. Disitu persahabatan kami diambang kehancuran karenanya."

"Dia menuduhku dengan tuduhan sampahnya! Sampai-sampai Gibran dan yang lain menjauhiku,"

"Tapi sekarang sudah tidak kok. Kami sudah berbaikan tapi aku tetap benci pada Zena karena dia selalu memanfaatkan Gibran,"

"Dan Gibran selalu menuruti keinginannya, aku heran mengapa Gibran bisa secinta itu pada wanita tidak tahu malu seperti dia,"

"Dan waktu itu saat aku mendengar Gibran akan menikah aku senang sekali apalagi pasangannya itu bukan Zena. Melainkan kamu,"

"Sebenarnya kedua orang tua Gibran juga tidak setuju Gibran menjalin hubungan dengan Zena, karena Zena pernah kepergok selingkuh oleh bunda kania," jelas Namira panjang lebar.

"Oh begitu yah?" Raina mengangguk-angguk paham mendengar cerita Namira.

"Untuk itulah aku ingin kamu selalu ada di dekat Gibran karena suatu saat nanti Gibran pasti akan mencintaimu,"

*****

"Namira lebih baik kamu menginap saja disini! Karena sudah malam," ujar Raina.

Mereka kini sudah sampai di rumah kedua orang tua Raina, rumah itu juga terbilang cukup mewah dan besar.

"Tidak usah itu merepotkan," tolak Namira yang merasa tidak enak.

"Tidak sama sekali tidak. Bahaya kamu pulang jam segini, lebih baik kamu menginap saja dirumahku," ucap Raina.

"Baiklah, Terima kasih."

𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠...
𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 vote 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐚𝐜𝐤 𝐛𝐢𝐚𝐫 𝐧𝐚𝐦𝐛𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭!!

Istri Bercadar Ceo PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang