19||Pantai

965 26 0
                                    

*****

"Cantik," pujian meluncur dari mulut Gibran kala melihat penampilan Raina yang begitu cantik dan anggun.

Raina memakai gamis berwarna putih bercorak bunga-bunga, dan tak lupa hijab pasmina putih yang dirinya kenakan.

Dan sepatu sneakers putih yang membalut kakinya, tak lupa dengan cadarnya yang berwarna putih.

"Apa ini terlihat bagus?" tanya Raina yang sedikit tidak percaya diri dengan penampilannya.

"Bagus, kamu terlihat sangat cantik." Puji Gibran.

Raina yang mendengar itu langsung memalingkan wajahnya, dirinya menahan malu dan rasa gugup yang tengah melanda dirinya sekarang.

"Aku biasa aja," kata Raina.

"Kamu ini bicara apa? Kamu ini sangat cantik! Bagaimana bisa kamu mengatakan biasa saja?" cetus Gibran tak suka.

"Tapi memang aku biasa aja mas, jangan berlebihan," ujar Raina.

"Aku tidak berlebihan yang aku bicarakan itu kenyataan kok! Kamu saja yang tidak pernah sadar," sahut Gibran.

Dibalik cadarnya, Raina merasakan bahwa kedua pipinya seakan panas saat mendengar pujian dari Gibran.

"Aku biasa saja, kamu jangan berlebihan deh."

"Kan sudah ku bilang! Kamu itu sangat cantik! Mengapa kamu tidak percaya ucapanku?" pekik Gibran dengan nada di buat sesedih mungkin.

"Karena kamu pasti berbohong dan tidak serius mengatakan itu," tuduh Raina yang tidak-tidak.

Gibran menggeleng kuat, "Nggak, kali ini betulan serius kok!"

"Terima kasih kalau begitu," ucap Raina.

Dirinya mengambil tas hitam yang sudah dirinya siapkan, tas itu di sampirkan di bahu kanannya.

"Kita berangkat sekarang?" tanya Gibran.

"Iyah ayo!" sahut Raina dengan semangat.

*****

"Kita akan pergi kemana? Kok di belakang banyak sekali barang?" tanya Raina heran saat melihat begitu banyak barang di bagasi mobil Gibran.

"Pantai," jawab Gibran.

Raina yang mendengar itu matanya langsung berbinar, "Beneran?"

"Iyah sayang," sahut Gibran satu tangan pria itu terangkat untuk mengelus pucuk kepala Raina.

Raina yang mendapatkan perlakuan itu tentu saja membuatnya salah tingkah, sedangkan Gibran yang melihat istrinya salah tingkah hanya tertawa.

Tak butuh waktu lama untuk Gibran dan Raina sampai di sebuah pantai.

*****

Setelah menurunkan semua barang yang mereka perlukan, Raina pun berjalan menghampiri lautan yang ada di depannya.

Gibran yang berada di belakang Raina itu langsung mengambil ponsel miliknya, pria itu mengambil gambar Raina yang tengah memandang lurus ke arah laut yang ada di hadapan mereka.

Dirinya mengambil beberapa gambar, bahkan gambar saat Raina tengah bermain dengan air laut.

Tak ingin melewatkan kesenangan Gibran pun, ikut bergabung bersama Raina yang tengah bermain pasar pantai.

Wanita itu sepertinya tengah membuat sebuah istana yang terbuat dari pasir, gamis yang dirinya kenakan nampak sedikit kotor karena terkena pasir.

"Apa yang ingin kamu buat?" tanya Gibran lalu berjongkok disebelah Raina.

"Aku ingin membuat sebuah istana dari pasir," sahut Raina dengan semangat.

Gibran yang mendengar itu tertawa kecil, melihat tingkah laku istrinya yang seperti anak kecil.

"Biar aku bantu," ujar Gibran kedua tangan pria itu mulai beranjak membantu Raina membangun istana pasir.

*****

Senja pun, mulai tiba kini Raina dan Gibran dengan bersantai seraya menikmati senja di pantai yang indah.

"Senja itu indah, sama sepertimu." ucap Gibran seraya menatap kearah Raina.

"Tidak aku dan senja itu sangat berbeda, hanya senjalah yang paling indah."

Gibran yang mendengar itu terkekeh dirinya menyenderkan kepalanya di pundak Raina.

"Cape," keluh Gibran.

"Yasudah kita pulang saja dan istirahat," ujar Raina.

"Nanti saja, aku masih ingin menikmati senja bersamamu."

Raina yang mendengar itu mengangguk dirinya mengelus kepala Gibran yang berada di bahunya dengan lembut.

"Pengen gini terus,"

𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠....

Istri Bercadar Ceo PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang