15||Pria baik

1.1K 35 2
                                    

*****

"Kamu sedang ada masalah sayang?" tanya Rheina yang merupakan ibu dari Raina.

"Ada, tapi Umi lebih baik nanti tanya langsung saja ke Gibran yah? Tanya saja padanya bagaimana cara dia memperlakukanku selama ini," ujar Raina.

"Gibran menyakiti kamu?" Raut wajah Rheina berubah menjadi khawatir.

"Mungkin," sahut Raina dirinya kali sudah benar-benar lelah dengan semua ini.

"Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang? Apa kamu masih mau mempertahankan rumah tanggamu?" tanya Rheina.

"Aku juga tidak yakin Umi, tapi setiap mengingat kejadian dimana dia menyakitiku. Aku selalu merasa ingin mengakhiri semua ini saja," jelas Raina dengan sorot tatapan mata senduh.

"Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Rheina lagi, dirinya masih belum terlalu paham tentang apa yang terjadi pada anaknya.

"Banyak hal tak terduga terjadi Umi," sahut Raina.

"Salah satunya adalah pacar Gibran yang selalu datang kerumah kami, dan mengacaukan semuanya."

Rheina yang mendengar itu sontak kaget, dirinya baru tahu ternyata Gibran memiliki wanita lain dibelakang Raina?

"Kamu tidak sedang bercandakan Raina?" ucap Rheina yang masih tak percaya dengan apa yang Raina ucapkan.

Raina menggeleng sebagai tanda bahwa apa yang dirinya katakan itu adalah sebuah kebenaran.

"Kenapa kamu selama ini tidak memberitahu Umi?" tanya Rheina.

"Karena Raina tidak mau mengecewakan Umi dan Abi," ujar Raina wanita itu tertunduk dalam.

"Justru dengan kamu diam seperti ini, itu membuat hati Umi sakit setelah mengetahui kebenarannya."

*****

"Jadi? Kita mau pergi kemana nih?" tanya seorang pria dengan nada yang amat antusias.

Raina tertawa kecil mendengar Keantusiasan pria yang ada di sampingnya.

"Kamu ini benar-benar antusias sekali yah?" ucap Raina menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tentu saja dong, karena semenjak pisah sekolah kita jadi jarang bertemu," jelas pria itu.

"Tapi kita hampir bertemu setiap hari Ryan, kamu ini bicara apa? Jelas-jelas kita bertemu setiap hari dan bahkan kita sering berangkat bersama. Itu yang kamu namakan jarang bertemu?" ucap Raina.

"Tapikan bertemunya hanya sebentar saja, tidak lama." Lesu Ryan saat mengingat masa-masa dimana dirinya dan Raina bersekolah dulu.

"Lagian si kita pakai acara beda sekolah. Jadikan jarang bertemu dan jarang mengobrol," seloroh Ryan mencurahkan isi hatinya.

"Hanya berbeda SMA saja tidak masalah Ryan, kamu ini berlebihan sekali deh."

Ryan yang mendengar itu langsung cemberut dirinya benar-benar kesal pada Raina.

"Kamu ini, benar-benar pandai sekali menjawab semua nya. Tidak heran jika dulu kamu selalu mendapatkan nilai yang tinggi," ucap Ryan.

"Apa hubungannya pandai menjawab dengan mendapatkan nilai tinggi?" tanya Raina yang heran dengan apa yang Ryan ucapkan.

"Kamukan pintar, setiap guru bertanya pasti kamu selalu bisa menjawab semua pertanyaan atau pun soal yang guru berikan," jelas Ryan.

"Bahkan aku dengar-dengar kamu mendapatkan nilai paling tinggi seangkatan,"

"Kamu benar-benar keren Raina," ujar Ryan mengacungkan jempol.

"Tidak biasa saja kok," jawab Raina seraya tertawa kecil saat mendengar penjelasan dari Ryan.

"Tuhan aku ingin dia menjadi milikku, jika dia memang di takdirkan untukku."

*****

"Eh, kita naik itu saja yuk?" ajak Ryan dengan nada yang antusias.

Pria itu menunjuk kearah sebuah permainan halilintar.

Raina meneguk ludahnya susah payah, dirinya takut akan wahana permainan yang satu ini.

"Kamu saja, aku akan menunggu saja disini." tolak Raina.

"Jangan seperti itu dong, ayo kita naik halilintar pasti seru!" ujar Ryan.

"Ryan aku takut naik halilintar. Kamu saja bagaimana? Aku akan menunggu disini!" ucap Raina.

"Yasudah deh, kita naik yang lain saja. Bagaimana kalau kita naik ontang anting?" tawar Ryan.

"Kamu ini benar-benar mengerjaiku yah? Aku kan dari dulu phobia ketinggian Ryan!" jelas Raina.

"Eh, maaf aku lupa."

*****

"Ini untukmu, untukmu, dan untukmu." Ryan memberikan beberapa makanan dan boneka pada Raina.

"Ini terlalu banyak," ujar Raina dirinya merasa tak enak hati.

"Tidak malah menurutku segitu tuh, belum cukup! Kamu mau beli apa? Aku belikan?" tawar Ryan.

"Bentar aku beli harum manis dulu," ujar Ryan lalu segera berlari menuju pada seorang penjual harum manis.

Raina yang melihat itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tak butuh waktu lama Ryan langsung kembali. Dirinya membawa 2 harum manis berwarna pink.

Dirinya memberikan keduanya pada Raina, "Ini untukmu,"

"Ini ada dua bagaimana kalau satunya untukmu saja Ryan?"

Ryan menggeleng, "No, itu untukmu saja!"

"Terima kasih banyak, kamu benar-benar pria yang sangat baik dan perhatian,"

Ryan yang mendengar itu tersenyum hangat seraya menatap kearah Raina, yang tengah memegang sebuah boneka beruang berwarna coklat.

"Tuhan jaga kebahagiaannya. Bawa dia bahagia,"

𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠....
𝐀𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐮 𝐝𝐢𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚𝐢𝐧?
-𝐮𝐦𝐮𝐫 𝐑𝐚𝐢𝐧𝐚? 𝐆𝐢𝐛𝐫𝐚𝐧? 𝐑𝐲𝐚𝐧? 𝐍𝐚𝐦𝐢𝐫𝐚? 𝐙𝐞𝐧𝐚? 𝐆𝐢𝐨? 𝐃𝐚𝐯𝐢𝐝?
-𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐬𝐞𝐩𝐮𝐭𝐚𝐫 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚𝐚𝐧 𝐥𝐚𝐢𝐧𝐧𝐲𝐚?

Istri Bercadar Ceo PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang