Gibran tengah duduk di sofa seraya memperhatikan Raina yang tengah duduk di atas ranjang, seraya membaca sebuah buku novel.
Dirinya langsung bangkit dari duduknya lalu berjalan keatas ranjang, dirinya duduk tepat di depan Raina yang tengah membaca novel.
"Hei? Ingin keluar untuk berjalan-jalan?" tawar Gibran seraya tersenyum lebar.
"Tidak, terimakasih atas tawarannya," tolak Raina lalu kembali fokus pada novelnya.
"Huh, ayolah kita jalan-jalan ke tempat yang kamu mau! Ayo aku turutin semuanya," ucap Gibran seraya memegang tangan kiri Raina.
"Aku sedang tidak ingin kemana-mana. Kamu bisa pergi sendiri saja," tolak Raina lagi, namun Gibran tak putus asa.
"Ayo, kamu mau apa? Mau mobil? Rumah? Apartement?" rengek Gibran seraya mengguncangkan tangan kiri Raina.
Raina yang melihat tingkah Gibran itu memejamkan matanya sejenak, dirinya benar-benar kesal pada pria yang ada di depannya saat ini.
"Sudah kubilang tidak," cetus Raina.
"Kenapa tidak pergi dengan Zena saja?" lanjut Raina membuat ekspresi wajah Gibran seketika berubah murung.
"Tidak! Aku hanya ingin denganmu saja Raina!" tegas Gibran.
"Ini bukan hari libur mengapa kamu tidak pergi ke kantor?" tanya Raina mengalihkan topik pembicaraan.
"Malas, Ceo juga butuh istirahat."
"Ayo! Aku mohon dan aku juga minta maaf," ucap Gibran.
"Maaf? Bahasa apa itu? Bahasa baru?" tanya Raina.
Gibran yang mendengar itu mendengus kesal, Raina memang sulit untuk dibujuk.
"Aku minta maaf, karena aku selalu menyakitimu. Tapi aku tidak mau kamu pergi dari sisiku," ucap Gibran seraya menunduk.
"Kenapa aku tidak boleh pergi? Bukankah yang kamu cintai adalah Zena? Seharusnya kamu kejar dia karena dia wanita yang kamu cintai," jelas Raina.
Gibran yang mendengar itu hanya diam, jauh dari lubuk hatinya dirinya juga masih mencintai Zena. Namun, disisi lain dirinya juga mulai menyukai Raina.
Raina menghela nafas berat, "Kejar orang yang kamu cintai,"
"Seharusnya kalau kamu memang benar cinta pada Zena, kejar dia dan memohonlah agar dia tetap bersamamu."
"Tapi, mengapa kamu memohon padaku? Kan sudah jelas aku bukan orang yang kamu cintai bukan? Aku hanya wanita yang kamu cari saat dibutuhkan saja,"
"Bu-bukan seperti itu Raina," sela Gibran.
"Seharusnya jika kamu memang tidak mencintaiku, mengapa tidak lepaskan saja aku? Dan kamu bisa sepuasnya mengejar Zena," ucap Raina dengan nada dingin.
"Harusnya kamu juga berusaha agar hubunganmu dan Zena mendapatkan restu kedua orang tuamu,"
Raina menatap Gibran dingin, dirinya benar-benar sudah lelah dengan sikap Gibran yang selalu semenah-menah padanya.
"Ta-tapi a-aku me-menyukaimu," ucap Gibran terbata-bata.
Raina yang mendengar itu tersenyum miring dibalik cadarnya.
"Jadi, hanya menyukai bukan? Bukan mencintai. Itu berbeda mas rasa suka itu hanya sesaat kamu suka padaku itu hanya karena kamu kagum padaku," jelas Raina.
"Ti-tidak! Tapi kali ini aku benar-benar mencintaimu! Aku mencintaimu Raina!" pekik Gibran.
Raina yang mendengar itu tertegun, dirinya menatap Gibran.
"Lalu, bagaimana dengan Zena?"
"A-aku--"
Raina tersenyum, "Sudah kuduga kamu masih menyimpan rasa pada Zena, tapi kamu berani mengatakan kamu mencintaiku?"
"Jangan serakah mas,"
"Kamu masih mencintai Zena bukan?" tanya Raina.
"Y-ya, aku masih mencintainya aku sudah berusaha untuk melupakannya tapi itu tidak berhasil,"
"Kamu bilang kamu mencintaiku tapi kamu juga mencintai Zena? Apa yang kamu pikirkan Mas!"
Raina yang sudah kalut dalam emosi dirinya memutuskan untuk keluar meninggalkan Gibran.
Dirinya berhenti diambang pintu lalu menatap Gibran.
"Jangan mencintai dua orang dalam satu hati,"
𝐇𝐚𝐥𝐨 𝐡𝐚𝐥𝐨 𝐡𝐚𝐥𝐨!! 𝐀𝐩𝐚𝐤𝐚𝐛𝐚𝐫 𝐧𝐢𝐡? 𝐒𝐨𝐫𝐫𝐲 𝐛𝐚𝐫𝐮 𝐮𝐩 𝐬𝐨𝐚𝐥𝐧𝐲𝐚 𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐬𝐢𝐛𝐮𝐤 𝐮𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧.
𝐒𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐛𝐢𝐚𝐬𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐧𝐞𝐱𝐭 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐤 "𝐍𝐚𝐝𝐢𝐧𝐞 𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐌𝐚𝐫𝐯𝐞𝐥"
𝐈𝐠:@Zyndinne3
𝐖𝐚𝐭𝐭𝐩𝐚𝐝:@Zyndinne3//𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐜𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐜𝐞𝐨 𝐩𝐨𝐬𝐞𝐬𝐢𝐟
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Bercadar Ceo Posesif
Подростковая литератураCerita ini menceritakan tentang perjalanan cinta wanita bercadar yang bernama Raina.