VOTE! VOTE! VOTE! Vote gratis loh sayang, kalau ini cerita tamat ntar aku buat cerita baru deh, cuma aku gatau mau buat cerita apa. Mungkin cerita antara cowok tuli sama cewek brandal kali
🗻Kebrutalan Rakta🗻
Dengan santainya Rakta masuk ke gedung apartemen tempat Velysa tinggal, suasana begitu sepi, ya, wajar itu sudah jam 2 malam.
Masuk ke gedung apartemen itu perlu kartu akses, sebab gedung apartemen itu termasuk apartemen milik orang-orang berduit banyak.
Tapi tenang, Rakta sudah memikirkan semuanya, kebetulan sejak dia tau Velysa adalah salah satu orang gila yang terobsesi pada Gyna, Rakta langsung mencari tau keberadaan dan tempat tinggal Velysa.
Jadi Rakta sengaja membeli satu kamar apartemen yang berada di lantai yang sama dengan Velysa, dan tentunya Rakta punya kartu aksesnya.
Begitu cerdik, dan tersusun.
Rakta berjalan masuk dengan santai ke dalam lift, dia sudah berhasil masuk ke dalam lift menggunakan kartu akses.
Dia menekan tombol lantai 10, dan menanti lift naik ke lantai tersebut.
Rakta tau pasti Gyna sudah mengosongkan sekitar kamar Velysa, jadi Rakta bisa leluasa menyiksa Velysa.
"Jadi makin cinta sama Gyna, aw," kekeh Rakta dengan rona merah dipipinya.
Gila emang.
Rakta membuka ponselnya selagi menunggu lift sampai di lantai 10, melihat banyak berita bunuh diri dengan surat wasiat dan segala berita kebakaran, suhu ekstrim, berita perang Israel dan Palestina, dan berita-berita viral di sosial media.
Rakta mengambil earphone yang dia bawa dari mansion, lalu memasangkannya ke kedua telinganya.
Dan memutar lagu dj atau jedag-jedug, itu untuk merangsang gelora dalam jiwa Rakta untuk menyiksa Velysa.
Gila emang.
Setelah lift berhenti di lantai 10, Rakta menyimpan ponselnya di saku hodie kemudian berjalan keluar.
Dia bersenandung pelan, berjalan dengan tenang kearah kamar Velysa, kamar 221.
"Mimi sungguh cinta pipi, cuma pipi, pipi jangan main-main~" gumamnya pelan kemudian mengetuk pintu apartemen Velysa.
Tak menunggu waktu lama, pintu apartemen Velysa terbuka dan yang membukanya adalah Velysa sendiri.
Belum sempat Velysa bereaksi, Rakta sudah menendang dada Velysa kuat.
"Akh!" Velysa terjatuh kebelakang.
Rakta berjalan masuk, kemudian menutup pintu apartemen dan menguncinya, dia menaikan volume Dj yang ada di earphonenya.
"Hehe, its time for the party, bitch." Rakta mengeluarkan parfum dan juga sebuah pisau buah kecil dari balik aku hodienya.
Velysa menatap geram Rakta, dia berusaha melawan, namun tenaga Rakta sebagai laki-laki lebih besar.
"Say goodbye to your pretty face," Rakta terkikik geli kemudian menyemprotkan banyak dari isi parfum tersebut tepat ke wajah dan tubuh Velysa.
Velysa terbatuk keras, dia berusaha lari, tapi Rakta menginjak kepalanya.
Dia sengaja menaikan volume Dj nya agar tak mendengar suara jalang sialan dibawahnya ini.
Rakta mengambil pisau buah kecil tadi kemudian menjambak rambut Velysa sampai dia mendongak keatas.
Dengan seringai mengerikan diwajah Rakta, dia memasukan ujung pisau itu ke sudut bibir kiri Velysa, kemudian menarikan perlahan sampai sudut bibir kirinya robek panjang.
Berhenti ketika robekannya hampir mencapai telinga Velysa.
Rakta tertawa kuat melihat darah mengucur deras dari mulut Velysa.
Dengan iringan musik Dj, dan dendam kesumat Rakta pada Velysa, malam itu, dia benar-benar tak membiarkan Velysa lolos begitu saja.
🗻Bersambung🗻
KAMU SEDANG MEMBACA
The Contract [End]
RomanceDia cantik, tapi kecantikannya itu membunuh. Gyna sengaja membeli seorang Pria dari rumah bordil untuk menjadi tameng agar 2 orang gila itu tidak mengusiknya, tapi, Gyna salah, ternyata pria itu lebih gila dari 2 orang sebelumnya. "Aku milikmu, Gyna...