52 ߷ Zhenira was Kidnapped

14 2 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Tamara menggeram kesal setelah melihat drama yang terjadi barusan. "Tuh anak kok malah jadian sama Zero, sih?! Makin bahagia dong si Zhenira. Sialan! Nggak bisa gue biarin."

Tamara terus menggerutu dan mengumpat kesal. Ia mengambil ponselnya pada tas yang sedari tadi dibawanya. Masih dengan perasaan kesal, ia mencoba menghubungi papanya.

"Pa! Mana orang suruhan Papa? Kok belum dateng juga, sih?! Kelamaan tau kalo nunggu pulang!" Tamara menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Terdengar geraman rendah dan helaan napas di seberang sana.

"Kalo kamu mau menang, kamu harus sabar. Tidak mungkin juga mereka bergerak saat ramai orang kayak gitu. Nanti pasti ada celah, tunggu aja."

"Ck, ya udah iya. Pokoknya suruh anak buah Papa stand by di belakang."

"Pasti, pokoknya kamu tenang aja. Tunggu sampai acaranya selesai dan kesempatan akan datang pada kita."

"Hmm, aku tutup dulu."

Tut!

Tamara mematikan panggilan secara sepihak. Karena tidak ingin terlihat mencurigakan, ia langsung kembali ke area lapangan dan berbaur dengan orang-orang di sana. Netranya tak berhenti menatap benci pada Zhenira yang masih berdiri dan nge-mc di atas panggung sana.

Silakan, lo boleh bahagia sekarang. Karena setelah ini gue bakal rampas semua kebahagiaan itu dari lo, Zhenira.

Tamara tersenyum miring, ia mengangkat kaki kanannya dan duduk menyilang dengan angkuh. Tamara ingin menikmati beberapa pertunjukan bakat, sebelum pertunjukan utama dimulai.

🌌🌌🌌

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Semua tamu satu per satu sudah pulang. Yang tersisa hanya beberapa orang tua dan guru saja. Juga para anak OSIS, Zhenira, Zero dan kawan-kawan juga. Ya, mereka masih ingin membantu bersih-bersih.

"Kamu yakin gamau ikut Bunda sama Ayah pulang duluan?"

Zhenira tersenyum dan menggeleng mantap. "Zhe mau bantuin yang lain dulu, Bunda. Tenang aja, Zhenira nanti bisa pulang sama Oscars."

"Kenapa sama Oscars? Kenapa nggak pacar baru kamu itu yang nganterin?" tanya sang ayah.

Zhenira menggaruk tengkuknya dengan gelisah. "A-ano, iya aku nanti coba minta antar sama dia."

Duag!

Dhian menginjak kaki Darren dengan keras hingga membuat sang empunya mengaduh sakit. "Apa, sih?!" Darren jelas tidak terima, orang dia tidak salah apa-apa.

"Diem ya kamu!" Dhian mengancam, netranya kembali menatap putrinya yang menatap kedua orang tuanya dengan bingung.

"Ya udah, kalo gitu Bunda sama Ayah pulang dulu. Nanti kalo udah selesai langsung pulang pokoknya. Nggak penting mau dianter sama siapa, yang penting kamu sampe di rumah dengan selamat. Oke, cantik?"

My Dream Adventure ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang