45 ߷ Score Book

81 67 181
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Bagaimana? Sudah menemukan apa yang saya perintahkan?"

Seorang pria berbadan besar dan berpakaian serba hitam tampak mengangguk, kemudian menyerahkan sebuah dokumen yang terbungkus rapih di dalam map cokelat kepada seorang pria yang tengah duduk di kursi kebesarannya.

Revalino Reyhan.

Dengan sikap tegas dan angkuhnya, menerima dokumen tersebut sambil menurunkan kacamata hitamnya. Lengan kekarnya yang masih tampak kuat di usianya yang sudah kepala empat, tidak membuatnya menjadi lemah. Justru latihan bela diri masih dilakukannya dengan rutin.

Reyhan membuka dokumen yang dibawa oleh salah satu orang kepercayaannya barusan. Membaca dengan cepat dan teliti laporan yang dia terima. Melihat foto-foto untuk memperkuat bukti dan dugaan. Senyuman puas terpatri di bibir duda beranak satu itu. Dengan gerakan cepat, ia segera menghubungi Darren untuk membawa kabar gembira ini.

"Kerja bagus, ini upah kalian."

Hap!

Amplop coklat yang lumayan tebal tersebut berhasil ditangkap oleh orang suruhan Reyhan. Setelah membungkuk dan berpamitan, pria berpakaian serba hitam tadi langsung keluar dari ruangan sang atasan. Setelah orang suruhannya itu keluar, suara Darren membuat atensi Reyhan teralihkan kembali pada ponselnya.

"Apa? Kau tidak lihat ini belum jam makan siang? Saya sedang sibuk."

Reyhan berdecak kesal. Adik iparnya ini memang tidak tahu sopan santun. "Aku sudah menemukan bukti yang cukup kuat untuk membongkar kebusukan Roberto Artzilla."

Darren di seberang sana terdiam. Beberapa saat Reyhan menunggu hingga suara Darren kembali terdengar. "Jangan gegabah, kita harus cari waktu yang pas untuk membongkar semuanya."

Reyhan melebarkan seringaiannya. Ia sudah menduga Darren akan berkata seperti itu, ia sangat hafal tabiat adik iparnya yang satu itu dan tentu Reyhan akan menghargai keputusan Darren. "Hm, tapi ... bukankah memberi sedikit peringatan dan ancaman akan terdengar seru?"

Darren di seberang sana tampak berpikir dan menimbang-nimbang. Bibirnya tertarik ke atas, tidak buruk juga pikirnya. "Saya setuju, beri tau saja kapan tanggal mainnya."

Tut!

Darren langsung memutuskan panggilan tersebut secara sepihak. Reyhan hanya bisa mendengkus kesal. Punggungnya ia hempaskan ke sandaran kursi, memutar-mutarnya dengan kaki yang sudah naik ke atas meja kerjanya. Senyuman puas masih tidak hilang dari bibir Papa Oscars tersebut.

My Dream Adventure ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang