37 ߷ Direct Warning

18 4 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Nahh, Zhenira. Perkenalkan, kami adalah The Guardian. Penjaga perbatasan kedua dunia. Kami sebenarnya ada delapan orang, yang dua lagi sedang menjalankan tugas." Geraldz berkata dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Pemuda itu memang yang paling terlihat berwibawa di antara lainnya.

Benar-benar karakter seorang pemimpin.

Zhenira berdiri dan membungkukkan badannya beberapa derajat, lantas bangun dan tersenyum tipis. "Salam kenal, saya Zhenira Silvanna Evans. Senang bertemu dengan kalian." Zhenira berujar dengan sopan, sungguh dia tidak pernah melakukan perkenalan sesopan ini sebelumnya. Namun, ia saat ini tengah berhadapan dengan makhluk yang bukan manusia. Jadi, dia harus sedikit menunjukkan rasa hormat.

"Manis sekali kamu."

Pemuda yang memiliki warna rambut ungu memandangnya dengan mata yang berbinar-binar. Zhenira sampai harus dibuat bergidik geli melihatnya.

"Jaga sikapmu Neutraz," tegur pemuda pemilik rambut coklat keemasan yang tadi menatapnya tajam.

"Ahh maaf, aku hanya berkata jujur."

Zhenira tersenyum kikuk.

Situasi macam apa ini?! Kalau di film-film, mungkin sudah ada perempatan sudut di pelipisku.

"Silakan duduk dulu, Zhenira."
Dengan senang hati Zhenira menuruti perintah Geraldz, gadis itu langsung mendudukkan dirinya kembali.

"Aku hanya akan mengatakan ini sekali padamu Zhenira. Jadi, dengarkan baik-baik."

Nada bicara Geraldz mulai terdengar serius, Zhenira sampai harus meneguk ludahnya yang terasa kering di kerongkongan. Ia memfokuskan dirinya menghadap Geraldz dan bersiap untuk mendengarkan.

"Kamu berada dalam bahaya. Keistimewaan yang kamu punya, sudah membuat kedua dunia tercampur aduk. Kami para Guardian hanya bisa memperingatkanmu. Selebihnya, hanya dirimu sendiri yang bisa memutuskan. Apakah tetap seperti itu, atau kamu mau berhenti."

"Tunggu, saya tidak mengerti."

"Wajar kalau kamu tidak mengerti. Aku akan memperjelasnya."

Geraldz berdiri dan berjalan ke arah sebuah dinding. Pemuda itu melayangkan tangannya pada dinding yang tertutupi tirai itu. Seketika Zhenira kembali dibuat takjub karena dinding tersebut mengeluarkan gambar. Mirip seperti bioskop, tapi ini lebih besar.

"Ini adalah alat yang kami gunakan untuk memantau kedua dunia."

Geraldz terlihat memejamkan matanya dan membaca mantra, kemudian pemuda itu mengayunkan tangannya lagi. Seketika dinding tersebut menayangkan dirinya, Kesya dan Linda yang memakai pakaian kerajaan. Ia ingat betul mimpi ini, saat mereka bertiga berada di Kerajaan Majapahit tempo hari yang lalu.

My Dream Adventure ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang