•
•
•"Zhenira!"
Zero cepat-cepat menghampiri gadisnya tersebut, memangku kepalanya pada lengan kokohnya. Oscars berjongkok di samping Zero, netranya menggelap melihat keadaan sepupunya yang tampak tidak baik-baik saja.
Marcell mengerutkan keningnya saat melihat pemandangan di depannya kini. Zhenira dan Tamara tidur di ranjang yang sama dengan posisi tangan seperti berdoa. Apa yang sebenarnya terjadi? Marcell lantas merangsek maju dan mendekati Zero juga Oscars di sana.
"Ada yang aneh."
Semua menatap Marcell dengan alis terangkat. "Kenapa Tamara tidur di samping Zhenira seperti itu? Kenapa keduanya sama sekali tidak terusik dengan kedatangan kita?"
Mereka terdiam hingga suara tawa Robert mengalihkan atensi mereka. "Hahaha, bodoh. Sudah saya bilang, 'kan? Percuma kalian repot-repot ke sini. Jiwa mereka tidak ada di dalam tubuh itu."
Zero membulatkan kedua matanya. "Jangan bilang kalau mereka masuk ke dunia mimpi."
"Hahaha, anak pintar. Cerdas sekali kamu bisa langsung membaca situasi." Robert terbahak-bahak dan itu membuat Oscars muak. Dengan cepat ia berlari ke arah pak tua itu dan memukulnya hingga tersungkur di lantai. Oscars memukulnya dengan brutal dan kali ini tidak ada yang ingin mencegahnya.
Bruk!
Setelah dirasa sudah cukup puas, Oscars melemparkan tubuh pak tua itu ke dinding dan menginjak perutnya dengan kuat hingga darah keluar dari sudut-sudut mulutnya.
"Uhuk, bocah sialan." Robert bahkan masih sempat-sempatnya mengumpat setelah dibuat babak belur oleh Oscars. Namun Oscars menyerahkan urusan pak tua itu pada anaknya sendiri, Shadow.
"Bawa Pak Tua itu keluar, muak gue lihatnya." Usai mengatakan itu, Oscars langsung kembali fokus ke sepupunya yang masih tertidur di pangkuan Zero. Tangan Zhenira terasa dingin. "Sialan, kita harus apa sekarang?" Oscars bertanya dan menatap satu per satu teman-temannya.
"Gue harus masuk dan bawa dia kembali." Zero berujar dengan tenang, padahal dalam hati dia sangat panik saat ini. Ia begitu takut Zhenira tidak akan bisa kembali lagi ke sisinya. Maka dari itu dia harus menjemputnya.
Maxime menggelengkan kepalanya tidak mengerti. "Maksud lo gimana? Masuk ke mana?" tanyanya.
Zero menghela napasnya. "Mungkin banyak dari kalian yang belum tau, tapi gue punya keistimewaan yang sama seperti Zhenira."
"Soal mimpi?" sahut Marcell yang membuat Zero mengangguk mantap.
Zero lantas melanjutkan penjelasannya. "Gue dan Zhenira bisa mengendalikan mimpi. Percaya atau tidak, dua tahun terakhir gue cuma kenal Zhenira lewat mimpi. Hampir tiap hari gue ketemu sama Zhenira di sana. Kalian mungkin nggak akan percaya, tapi ini nyata dan Zhenira dalam bahaya sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dream Adventure ✔
Fantasy[𝐌𝐲 𝐃𝐫𝐞𝐚𝐦 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 #𝟏] Genre : Fantasy - Teenfiction Tema : Dream World ⚠ [𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] ⚠ Follow dulu dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca❤ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚☂︎࣪࣪⋅ . Mimpi itu abs...