Assalamu'alaikum
Selamat datang di prolog cerita aku
Semoga kalian suka cerita ini yah
Dan semoga cerita ini bisa memberi manfaat buat kalian para readers
Oh iya, mengingatkan juga buat selalu ambil baiknya dan buang buruknya dari cerita ini ya...
Jangan lupa buat follow dulu sebelum baca, juga vote dan komen di tiap partnya
Happy reading, all
===============================
بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
"Dunia ini hanya mimpi dan engkau akan terbangun ketika engkau mati."
Ali bin Abi Thalib r.a.
Rintikan hujan di luar bangunan rumah sakit menjadi latar mengiringi lantunan azan yang dilantunkan dengan merdu oleh Lana di tengah-tengah keheningan ruang ICU. Suasana haru dan lengang menyelimuti. Seorang perempuan dengan berbagai alat bantu di tubuhnya terbaring lemah di atas brankar rumah sakit menatap sendu ke arah lelakinya.
"Mas...," ucap Safiya memecah lengang.
"T-terima kasih, Mas, dan...," ucapan Safiya terjeda.
"M-maaf," lanjutnya kemudian.
"Untuk apa, Saf?" tanya Lana.
"T-terima kasih, atas semua hal yang telah kamu berikan selama ini buat aku, Mas,"
"D-dan maaf karena pada akhirnya aku belum bisa memenuhi permintaan kamu. A-aku udah enggak kuat lagi, Mas,"
"Enggak, Saf, kamu pasti kuat. Kalau bukan demi aku, kamu harus kuat demi mereka berdua. Aku mohon, Saf," Lana menjeda ucapannya, berusaha menghapus air mata di pipinya agar tidak sampai jatuh menetes.
"Untuk permintaanku, kamu enggak perlu terlalu memikirkannya, Saf. Aku masih bisa menunggu. Yang terpenting sekarang adalah kondisi kamu, kamu harus segera sembuh supaya kita bisa pulang dan kembali berkumpul sama abang di rumah. Berempat Saf, aku, kamu, abang, dan adek,"
"A-aku udah enggak kuat, Mas. M-Mas, pulanglah tanpa aku. A-aku mohon tolong jaga mereka berdua, ya,"
"Saf, dengerin aku. Kamu harus kuat. Aku akan lakuin apapun demi kamu, Saf. Aku mohon, kamu bertahan, ya. A-aku enggak bisa tanpa kamu, Saf," ucap Lana mulai terisak.
"Mas, m-maaf. Relakan aku pergi ya, Mas...," lirih Safiya dengan suara parau. Ia sempatkan mengangkat tangan kanannya yang masih terpasang infus untuk menghapus air mata di pipi lelakinya meskipun pipinya sendiri juga telah basah oleh air mata.
Beberapa detik kemudian deru nafas Safiya mulai tersengal, seakan alat-alat ventilator yang terpasang di tubuhnya tidak lagi bisa membantu.
"Saf, Safiya, aku mohon, jangan tinggalin aku,"
"Safiya...,"
Silau cahaya yang seakan menusuk mata membuat Lana membuka matanya. Dilihatnya sang ibu sedang membuka jendela kamar. Spontan saja Lana mengubah posisinya dari meringkuk di atas sajadah menjadi posisi duduk.
"Astaghfirullah...," gumam Lana lirih sambil mengusap wajahnya.
"Ya Allah, Lana, kamu habis subuh ketiduran? Pulang larut lagi? Jam berapa memangnya kamu semalam sampai rumah?" tanya sang ibu.
"Maaf buk, Lana enggak sengaja ketiduran. Iya, semalam Lana sampai rumah jam 11, buk," jawab Lana
"Jangan keseringan nerima tawaran nerbang ya, Na. Ibuk khawatir kamu sakit. Belum lagi soal sekolah kamu. Ibuk enggak mau sekolah kamu jadi terganggu, Na,"
"Iya buk, Alhamdulillah Lana sama temen-temen udah mulai ngurangin nerima tawaran nerbang akhir-akhir ini, ujian kenaikan kelas udah deket, buk,"
"Nahkan, kamu harus fokus belajar, Na. Sebentar lagi kamu naik kelas 12. Terus enggak sampai satu tahun lagi kamu udah lanjut kuliah. Oh iya, ngomong-ngomong soal kuliah, kamu udah tau mau kuliah dimana?"
"Lana belum...," jawab Lana lirih, kepalanya tertunduk. Terdengar suara helaan nafas kasar dari arah sang ibu.
"Na, ibuk enggak mau ya kamu ambil keputusan yang salah buat masa depan kamu. Jangan ngecewain ibuk ya, Na. Ibuk enggak mau kecewa lagi. Cukup orang itu aja yang buat ibuk kecewa, kamu jangan sampai mengikuti langkahnya," ucap sang ibu sembari berjalan keluar meninggalkan kamar Lana.
Gimana prolognya?
Semoga kalian suka yah
Jangan lupa buat vote dan komen di setiap part cerita aku, biar aku makin semangat nulisnya
Yuk langsung lanjut ke part berikutnya
Trimss🤍
Ahad, 4 Februari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Darbuka Cinta
Random[ꜰᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ ꜱᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ🦋] Maulana Hasyim Fadlurrahman, seorang laki-laki sederhana yang tengah berjuang mengusahakan bahagia sang ibu. Namun, tiba-tiba rasa kagum pada seorang perempuan menyeruak dari dalam hatinya. Tak ingin usahanya untuk memba...