Yok bisa yok, vote dan follow dulu sebelum lanjut baca
============🦋🦋🦋============
بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
"Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kamu jalani, yang akan membuatmu terpana hingga kamu lupa betapa pedihnya rasa sakit."
Ali bin Abi Thalib ra.
Rentetan bacaan dzikir tak pernah lepas diucapkan dari lisan Kyai Imran. Sebuah tasbih dengan manik kayu yang warna coklatnya mulai pudar senantiasa setia berada dalam genggaman sang kyai."Abah, Abah yang tenang ya? Insyaallah semuanya baik-baik saja," ucap Lana yang duduk bersebelahan dengan Kyai Imran. Sedangkan Dzaki ia fokus mengemudikan mobil dengan kecepatan cukup tinggi membelah jalanan tol yang cukup ramai kendaraan.
"Seharusnya Abah yang menenangkan dirimu, le. Tampak jelas sekali raut perasaan khawatir terpancar dari wajahmu. Kamu mengkhawatirkan Safiya, le?"
"T-tidak Abah. Apa hak saya hingga bisa mengkhawatirkan dirinya? Saya tidak pantas mengkhawatirkan perempuan yang tidak akan pernah bisa menjadi milik saya,"
Kyai Imran tersenyum mendengar jawaban Lana. Tentu hal itu malah membuat Lana keheranan. Bagaimana bisa gurunya ini tersenyum saat kondisi tengah kalang kabut. Istri, putra, calon menantu, dan bahkan salah satu santri kesayangannya tengah berada dalam bahaya. Berada dalam situasi antara hidup dan mati.
"Kamu jangan membohongi perasaanmu sendiri, le,"
"Abah...,"
"Abah lihat sendiri kamu begitu dalam menatap undangan pernikahan yang Safiya dan Zian berikan untukmu kemarin. Tampak jelas sekali kamu belum sepenuhnya mengikhlaskan Safiya. Sebesar itukah cintamu pada Safiya, le?"
"T-tidak Abah, saya percaya takdir. Takdir Safiya bukanlah saya, tapi Zian. Saya percaya Zian sudah dituliskan menjadi pasangan hidup Safiya oleh Allah. Zian yang terbaik untuk Safiya, Abah,"
"Abah mengerti, le. Tapi kamu harus ingat perkataan sahabat Ali radhiyallahu anha. Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kamu jalani, yang akan membuatmu terpana hingga kamu lupa betapa pedihnya rasa sakit,"
"Masyaallah, matur nuwun Abah sudah diingatkan,"
Perbincangan antara Kyai Imran dan Lana rupanya membuat mereka tak sadar jika mereka sudah memasuki halaman rumah sakit.
"Ngapunten, Abah. Kita sudah sampai di rumah sakit. Abah kersa Dzaki turunkan di lobi bersama Lana? Dzaki nanti menyusul setelah memarkirkan mobil,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Darbuka Cinta
Random[ꜰᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ ꜱᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ🦋] Maulana Hasyim Fadlurrahman, seorang laki-laki sederhana yang tengah berjuang mengusahakan bahagia sang ibu. Namun, tiba-tiba rasa kagum pada seorang perempuan menyeruak dari dalam hatinya. Tak ingin usahanya untuk memba...