07. Tentang Rasa

47 5 0
                                    

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

"Sebuah rasa itu datang memang tiba-tiba. Kita enggak bisa mengatur kita harus punya rasa untuk siapa. Hanya saja tinggal bagaimana kita akan menanggapi perasaan itu. Apakah dengan cara yang benar sesuai syariat-Nya atau jusru dengan cara salah yang malah akan mendatangkan murka-Nya."

Maulana Hasyim Fadlurrahman

"Jadi kesimpulannya?" tanya Fahmi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi kesimpulannya?" tanya Fahmi.

"Iya, gua suka sama Safiya,"

deg

"Lo gila, Bal? Akhh, lo tau kan klo Lana suka sama Safiya?" emosi Fahmi.

"Iya, Mi, iya, gua tau. Gila? Gua gila? Iya gua gila karena gua udah nekat suka sama perempuan yang gua sendiri tau klo sahabat gua juga suka sama perempuan yang sama,"

"Na! Liat sahabat lo ini! Dia diem-diem juga suka sama perempuan yang lo suka, Na!"

Perdebatan terjadi antara Fahmi dan Iqbal. Sedangkan Lana yang masih terduduk di brankar UKS hanya diam sambil memijat pelipisnya.

Iqbal yang mendapati Lana hanya diam setelah mendengar fakta darinya pun akhirnya mengambil sikap, ia mendekat ke tempat Lana walau sempat beberapa kali dihadang oleh Fahmi tetapi ia tidak menyerah.

"Na, gua minta maaf. Gua ngaku salah. Gu-gua khilaf, Na. Rasa itu tiba-tiba dateng gitu aja. Gu-gua janji gua bakal berusaha buat lupain rasa gua ini, Na. Gua enggak mau nyakitin lo," ucap Iqbal kepada Lana.

"Hahaha, Bal, cukup, Bal,"

Fahmi dan Iqbal dibuat terkejut dengan reaksi Lana yang justru malah tertawa. Mereka berdua kompak menatap heran sahabatnya itu.

"Bal, saya enggak masalah kalau kamu juga suka sama dia. Enggak masalah, Bal. Saya tahu sebuah rasa itu datang memang tiba-tiba. Kita enggak bisa mengatur kita harus punya rasa untuk siapa. Hanya saja tinggal bagaimana kita akan menanggapi perasaan itu. Apakah dengan cara yang benar sesuai syariat-Nya atau justru dengan cara salah yang malah akan mendatangkan murka-Nya. Jadi, saya enggak salahin kamu dengan kamu juga punya rasa yang sama seperti saya kepada Safiya,"

"Na, lo?" tanya Iqbal.

"Iya, Bal. Saya enggak masalahin hal ini, kita sahabat, jangan sampe masalah sepele seperti ini merusak persahabatan kita. Soal kita yang sama-sama suka sama dia, kita pasrahkan saja semuanya sama yang di atas,"

"Na, makasih banyak," ucap Iqbal yang kemudian ia berhambur memeluk Lana sahabatnya.

Melihat Lana dan Iqbal membuat Fahmi yang sedari tadi emosi akhirnya luluh. Air matanya tanpa ia sadari turun begitu saja.

"Bal, liat tuh, ada yang nangis," ujar Lana.

Iqbal pun merenggangkan pelukannya dan berbalik menghadap ke Fahmi.

Darbuka CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang