بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
"Masa kelam mungkin memang hampir semua orang memilikinya. Namun, tak semua orang bisa menyikapi masa kelamnya itu dengan baik dan menjadikannya sebagai pelajaran bagi masa depannya."
Darbuka Cinta by Muthaazz
"Aku mau kerja ke luar negeri, Mas, Mbak. Aku titipkan Iqbal ke kalian,"
"Ras, kamu?"
"Iya, Mas, Mbak. Aku memutuskan buat kerja di luar negeri. Aku titipkan Iqbal di sini boleh ya? Aku janji aku akan pulang setiap 6 bulan sekali, termasuk saat hari raya dan aku janji akan bawa Iqbal pergi dari sini setelah Iqbal lulus SMA,"
Perbincangan itu berakhir baik. Setelah Bu Laras menjelaskan alasannya, Paman Jaka dan Bibi Mirna mengizinkan Bu Laras untuk pergi.
•••
Rintik hujan kala pagi itu menambah suasana haru di halaman rumah Paman Jaka. Iqbal yang sejak semalam sudah diberi pengertian oleh ibunya akhirnya luluh dan mengizinkan ibunya pergi. Dipeluknya sang ibu sebelum sang ibu benar-benar pergi berjuang mencari nafkah untuknya di negeri jiran sana.
"Ibu pamit ya, sayang. Iqbal anak baik kan? Iqbal enggak akan ngerepotin paman sama bibi kan? Ibu pergi enggak lama kok, liburan sekolah nanti ibu janji akan pulang jengukin Iqbal dan kita main sama-sama lagi ya, Nak?"
Di dalam hangat peluk sang ibu, Iqbal tak bisa menahan air matanya untuk tidak turun. Bohong jika dibilang Iqbal dengan begitu saja rela melepas ibunya pergi. Iqbal dengan terpaksa merelakan sang ibu pergi hanya karena ia tak ingin bersikap egois. Ia tahu sang ibu pergi selain demi menghidupi dirinya, sang ibu juga memilih pergi untuk bisa melupakan semua kepahitan hidup yang diterima dari suaminya. Iqbal ingin sang ibu bisa lepas dari bayang-bayang keburukan suaminya.
"Ibu pergi ya, sayang. Ibu janji, ibu pergi hanya untuk kembali, kembali menemui kamu Iqbal, anak kesayangan ibu. Assalamu'alaikum, anak sholehnya ibu,"
Kalimat itulah yang terakhir kali di dengar oleh Iqbal dari lisan ibunya. Hingga tak terasa kini sudah dua tahun sejak kepergian sang ibu ke negeri jiran.
"Iqbal, sayang, ini bibi buatin susu coklat buat kamu," seru Bibi Mirna dari meja makan.
Tak lama kemudian keluar seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun dari kamarnya.
"Pagi, sayang, udah siap buat acara kelulusan nanti?" tanya Paman Jaka yang sedang menyantap sarapannya di meja makan.
Tak ada jawaban, hanya anggukan pelan saja Iqbal berikan pada pamannya.
Ya, hari ini adalah hari kelulusan Iqbal dari sekolah menengah pertamanya. Dengan kata lain, ini adalah 6 bulan ke sekian sejak kepergian ibunya.
"Paman, apa kali ini ibu akan pulang?" tanya Iqbal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darbuka Cinta
Acak[ꜰᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ ꜱᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ🦋] Maulana Hasyim Fadlurrahman, seorang laki-laki sederhana yang tengah berjuang mengusahakan bahagia sang ibu. Namun, tiba-tiba rasa kagum pada seorang perempuan menyeruak dari dalam hatinya. Tak ingin usahanya untuk memba...