18. Kotak Biru Muda

40 3 0
                                    

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

"Jika datang kepada kamu lelaki yang baik agama dan akhlaknya untuk melamar kamu menjadi pelengkap agamanya maka terimalah ia."

Ahmad Zauhari

Bandung, Jawa Barat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung, Jawa Barat

Seluruh mahasiswa dan mahasiswi sudah kembali aktif di fakultas masing-masing. Begitu pula dengan Safiya, Sekar, dan Zian yang juga sudah mulai kembali beraktivitas di fakultas mereka, fakultas agama islam.

"Eh, Fi, liat tuh Zian. Aku rasa-rasain nih ya dia berubah semenjak liburan dua bulan lalu," ucap Sekar menunjuk Zian yang duduk di bangku taman berjarak beberapa puluh meter dari tempatnya dan Safiya duduk saat ini.

"Berubah gimana?" tanya Safiya.

"Dia jadi lebih dingin gitu. Biasanya dia kalau ketemu kita nih ya dia pasti nyapa seadanya. Lah sekarang? Udah hampir dua bulan ini dia dingin banget bahkan kayak sengaja menghindar dari kita,"

Mendengar tuturan Sekar membuat Safiya berpikir kalau ucapan Sekar ada benarnya juga. Sudah dua bulan ini sejak kembali setelah liburan, Zian seakan bersikap menghindar dari dirinya.

"Heh, malah ngelamun. Aku mau nyamperin langsung deh ke orangnya," Sekar beranjak dari duduknya dan melangkah mendekat ke Zian.

"Eh, Sekar, jangan!" Safiya berusaha mencegah Sekar menghampiri Zian. Terlambat. Sekar sudah memanggil nama Zian dari kejauhan.

"Zian! Lo kenapa? Lagi galau?" tanya Sekar frontal.

"Eh, Sekar, S-safiya. Galau? Saya? E-enggak," jawab Zian.

"Lo aneh tau, Zi. Sejak liburan kemarin lo jadi ngehindar dari kita. Kita ada salah sama lo?"

"Enggak. Ka-kalian enggak ada salah sama saya. Sudah ya, saya izin pamit. Assalamu'alaikum," terang Zian singkat dan tergesa-gesa.

"Wa'alaikumsalam," jawab Sekar dan Safiya bersamaan.

"Nah, aneh kan?" ujar Sekar.

"Maaf, Saf, untuk saat ini saya harus menghindar dari kamu. Saya tidak ingin perasaan saya pada kamu membawa saya melakukan hal-hal yang melampaui batas. Tunggu saya, Safiya, sebentar lagi kita akan menjalankan sidang dan setelah itu saya akan menyampaikan niat baik saya pada orang tua kamu,"

•••

Ankara, Turki

Di negeri Ottoman, Lana dan Rizki tengah dalam perjalanan menuju kampus mereka. Setelah turun di halte terakhir, Lana dan Rizki berjalan kaki beriringan menuju gerbang kampus yang jaraknya sudah tak jauh dari halte.

"Eh, Na, lo beneran besok mau minta perpanjangan libur?" tanya Rizki.

"Iya, Ki," jawab Lana singkat.

"Enam minggu, Na? Lo serius? Itu sebulan lebih tau? Ada urusan penting apa lo di sana?"

Darbuka CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang