17. Tulisan Takdir

35 3 0
                                    

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

"Sungguh indah takdir yang Engkau tuliskan Ya Allah. Takdir yang Engkau tetapkan memang selalu menjadi yang terbaik bagi hamba-Mu."

Nyai Siti Halizah

~[VOTE DULU TEMAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~[VOTE DULU TEMAN.
YOK BISA YOK]~

==================================

Hari ini adalah hari ke 7 syawal, seperti yang sudah dijelaskan oleh Fahmi dan Arifah tentang mereka yang akan melangsungkan akad ulang, hari inilah pelaksanaannya.

Kini Safiya tengah bersama Arifah di salah satu kamar lantai atas vila milik keluarga Fahmi di daerah Gunung Kidul.

"Masyaallah, cantik banget sahabat aku," puji Safiya pada Arifah.

"Hihi, makasih, Fi. Kamu cepet-cepet deh nyusul. Nanti gantian aku yang dandanin kamu,"

"Doain aja ya,"

"Pasti, selalu. Entah siapa yang bakal duluan dateng nemuin abi. Zian duluan atau Lana duluan. Mau siapapun itu aku akan tetep bahagia kalau kamu bahagia,"

"Ehh, apaan si, Fah. Tapi makasih ya,"

"Sama-sama, Safiya ku sayang," ujar Arifah yang kemudian mereka berdua berpelukan.

Sementara itu di lantai bawah, di tempat akan berlangsungnya akad, Fahmi tengah sibuk menyiapkan kamera yang tersambung ke laptopnya. Fahmi sudah berjanji pada Lana bahwa ia akan menayangkan siaran langsung prosesi akad nikahnya pada Lana.

Pukul 08.00, penghulu dari kantor urusan agama tiba. Fahmi yang sudah siap di meja akad seketika merasa tegang. Padahal ini bukan untuk yang pertama kali baginya melakukan akad.

"Saya terima nikah dan kawinnya Arifah Putri Zahira binti almarhum Rohmat Ardiansyah dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," dengan satu tarikan napas Fahmi berhasil mengucap kalimat kabul.

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Sah,"

"Alhamdulillahirrabbil 'alamiin,"

Sementara penghulu memimpin jalannya doa, Safiya dan Arifah di kamar atas tengah dirundung haru. Sembari turut berdoa mereka berdua meneteskan air mata.

"Mbak Ifah, ayo sudah waktunya Mbak turun," seru Rania dari balik pintu kamar.

"Udah-udah, jangan nangis lagi. Malu sama suami kamu. Yuk, kita turun sekarang. Udah dipanggil adik ipar kamu tuh,"

Safiya akhirnya menggandeng Arifah turun bersama Rania. Fahmi yang sudah menanti istrinya sangat terkejut saat melihat Arifah berjalan menuruni tangga dengan pakaian gaun putih dan kerudung pashmina menutup dada yang membuatnya tampak sangat cantik dan anggun.

Darbuka CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang