05. Canggung?

47 5 0
                                    

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

"Kata orang, bagi anak perempuan ayah adalah cinta pertamanya dan aku akui itu benar. Abi adalah cinta pertamanya aku, laki-laki pertama yang aku kagumi. Jika pun suatu saat nanti ada laki-laki lain yang menarik hatiku, aku janji akan tetap jadikan abi cinta pertamanya aku dan cinta itu enggak akan pernah berkurang sedikit pun,"

Safiya Humairah

Safiya Humairah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

22.05

Iring-iringan motor berhenti tepat di depan tenda warung pecel lele pinggir jalan bersamaan dengan mulai turunnya rintik hujan.

"Haa, pas banget ujan turun kita udah sampe sini," ucap Ifah.

"Iya, alhamdulilah," tanggap Safiya.

"Na, kamu duduk duluan aja di sana. Safiya, Ifah juga duduk dulu aja," ujar Iqbal menunjuk tikar lesehan yang masih kosong.

"Mau gua pesenin apa? Pasti belum pada makan malam juga kan?" tambah Iqbal.

"Aku mau lele aja, Fiya juga samain aja. Minumnya es teh," jawab Ifah.

"Lah, kenapa Fiya kamu yang pesenin? Kalau dia enggak mau lele gimana?" sergah Fahmi.

"Eh, enggak apa, saya mau kok lele," timpal Safiya.

"Nah kan, ya kali aku enggak tau apa pengennya sahabat aku," tanggap Ifah.

"Udah-udah, enggak usah ribut. Lana Fahmi mau makan apa?" tanya Iqbal lagi.

"Gua mau ati ampela, minumnya jeruk anget," jawab Fahmi.

"Saya samain aja sama Fahmi, Bal. Tapi sambelnya setengah aja sama minumnya teh hangat ya," jawab Lana.

Setelah menanyakan menu makan malam yang dipesan teman-temannya, Iqbal langsung pergi menghampiri mas-mas penjual pecel lele yang sedang sibuk menggoreng lele di wajan besar dengan minyak meletup-letup.

Tak menunggu lama akhirnya Iqbal kembali ke tempat di mana teman-temannya tadi duduk lesehan sembari membawa mangkuk berisi beberapa bongkahan es batu.

"Nih, sini Na, gua tempelin es nya di luka lo," ucap Fahmi yang langsung mengambil sebongkah es baru dari mangkuk yang dibawa Iqbal.

"Cepet, Na, dingin ini," seru Fahmi menahan dingin di tangannya.

"Iya-iya sini," timpal Lana. Fahmi pun mengarahkan tangannya hendak menempelkan es batu ke luka lebam Lana.

"Eh, tunggu dulu, Fahmi," ucap Safiya tiba-tiba membuat gerakan Fahmi terhenti.

"Kenapa, Safiya?" tanya Fahmi keheranan.

"Sebaiknya jangan langsung tempelin es batunya ke luka. Balut dulu pakai kain ini," tutur Safiya menyerahkan sehelai kain sapu tangan yang baru ia keluarkan dari tas selempangnya.

Darbuka CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang