23. Kabar Palsu

42 4 0
                                    

Yok bisa yok, vote dan follow dulu sebelum lanjut baca

============🦋🦋🦋============

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

"Jadikanlah akhirat itu di hatimu, dunia di tanganmu, dan kematian di pelupuk matamu,"

Imam Asy-Syafi'i

Para santriwan-santriwati juga para ustadz-ustadzah jamaah sholat duhur siang ini berhamburan meninggalkan masjid yang terletak di tengah-tengah area Pondok Pesantren Al-Akram seusai kegiatan sholat duhur berjamaah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Para santriwan-santriwati juga para ustadz-ustadzah jamaah sholat duhur siang ini berhamburan meninggalkan masjid yang terletak di tengah-tengah area Pondok Pesantren Al-Akram seusai kegiatan sholat duhur berjamaah. Kyai Imran, Zian, Lana, dan Fahmi yang keluar bersamaan pun berjalan beriringan kembali menuju ke ndalem.

"Kamu yakin sudah mau pulang ke Jogja, Fahmi?" tanya Kyai Imran.

"Iya, Abah. Masih banyak urusan di sana yang harus saya dan Arifah selesaikan. Insyaallah beberapa hari sebelum acara akad kami akan kembali ke sini, Abah,"

"Baiklah, semoga segala urusan kalian berdua di Jogja dilancarkan, ya,"

"Aamiin, matur nuwun, Abah,"

"Oh iya, Na. Lo enggak mau ikut pulang bareng kita?" tanya Fahmi pada Lana.

"Tidak perlu Fahmi. Saya masih mau berada di pondok ini hingga beberapa hari ke depan seperti permintaan Abah," jawab Lana diangguki oleh Fahmi dan Kyai Imran.

"Iya, Fahmi. Biarkan Lana menenangkan perasaannya dengan menyibukkan diri di sini. Kamu tidak perlu khawatir, Lana akan selalu berada dalam pengawasan Abah,"

"Nggih, Abah. Matur nuwun. Gus Zian?"

"S-saya tidak keberatan jika Lana tinggal di sini. Mau bagaimanapun juga Lana adalah santri Abah. Tentu dia berhak untuk tinggal di sini. Selain itu, kami berdua juga sudah berdamai. Ya kan, Na?"

"Iya, Mi, benar kata Zian. Eh, maksud saya Gus Zian,"

"Na, sudahlah, dari dulu kamu memanggil saya juga tidak pakai embel-embel 'Gus' kok, sekarang pun harusnya sama. Kamu juga Fahmi, mulai sekarang cukup panggil saya dengan nama saja,"

Setelah berjalan santai seraya berbincang-bincang, tak terasa mereka kini telah sampai di halaman ndalem. Di teras ndalem sudah menunggu Arifah, Safiya, juga Nyai Halizah.

"Baiklah, saya dan Arifah izin pamit pulang ke Jogja nggih, Abah, Umi,"

"Ngati-ati ten ndalan nggih, Fahmi? Istrimu dijaga baik-baik. Umi ndak sabar nunggu kalian kembali ke sini saat acara akad Zian dan Safiya, perut Arifah pasti sudah bertambah besar. Umi ndak sabar mau lihat cucu umi ini,"

Darbuka CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang