02. Hujan dan Payung

89 6 0
                                    

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

"Jangan sampai mulai munculnya pemikiran tentang cinta membuat masa-masa berharga kita menuntut ilmu terganggu. Apalagi jika sampai menyalahkan makna dari cinta itu sendiri dan membawa pada ranah maksiat. Ilmu itu cahaya dari Allah dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang-orang yang bermaksiat."

Safiya Humairah

Jumat pagi hari ini masih sama dengan hari kemarin, suasana syahdu nan sejuk menyelimuti area pinggir kota setelah semalaman hujan mengguyur dengan cukup deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jumat pagi hari ini masih sama dengan hari kemarin, suasana syahdu nan sejuk menyelimuti area pinggir kota setelah semalaman hujan mengguyur dengan cukup deras. Lana yang hari ini berhasil menyalakan mesin motor matic merahnya sedang melaju santai di jalanan.

Jarak sekolah Lana dari rumah sebenarnya tidak terlalu jauh. Hanya saja sekolah Lana yang berada di kota cukup kontras dengan area pemukiman tempat tinggal Lana. Jalanan antara area pinggir kota dengan pusat kota cukup jauh berbeda. Semakin ke pinggir semakin rusak. Di saat-saat setelah hujan seperti ini banyak sekali lubang jalanan yang tergenang sehingga akan membahayakan pengguna jalan. Begitulah jalanan yang harus dilalui Lana. Rupanya pemerintah belum mampu meratakan fasilitas warganya.

Rintik hujan tiba-tiba terasa menghujam wajah yang tak ikut tertutup kaca helm. Menepi Lana ke pinggir jalan raya. Sekian detik kemudian hujan deras turun. Segera Lana keluarkan jas hujan hitam andalannya dari jok motor dan dengan cepat ia kenakan.

Saat hendak mengenakan kembali helmnya tiba-tiba netra Lana menangkap sesosok perempuan yang ia kenali sedang kebingungan di depan toko fotocopy di seberang jalan sana. Langkah kaki Lana membawa sang awak menerobos hujan menyeberang jalanan yang sepi. Dihampiri olehnya perempuan tadi, Safiya.

"Assalamu'alaikum, Safiya. Sedang apa kamu di sini? Meneduh karena hujan?"

"Eh, wa'alaikumsalam. I-iya, saya sedang meneduh di sini, seperti apa yang kamu lihat sekarang," jawab Safiya.

Pandangan Lana menangkap sebuah jilidan kertas di tangan kanan Safiya. Lana pun langsung paham mengapa Safiya bisa sampai berteduh di sana.

"Sebentar lagi bel masuk sekolah berbunyi, saya rasa kamu tidak mungkin jika harus terus berteduh di sini sampai hujan berhenti. Apalagi ada dokumen penting yang harus kamu serahkan hari ini bukan? Ini silakan," ujar Lana yang kemudian menyodorkan sebuah payung lipat kepada Safiya.

"Dan saran saya sebaiknya kamu meminta sebuah plastik kresek kepada mas-mas fotocopy untuk melindungi proposal itu agar tidak basah, Safiya," lanjut Lana.

Melihat Safiya hanya bergeming di tempat membuat Lana spontan melangkah ke arah toko fotocopy dan memintakan plastik kresek untuk Safiya.

"Terima kasih, Mas," ujar Lana kepada mas-mas fotocopy.

"Ini Safiya, silakan, payungnya juga,"

"Maaf, tidak perlu repot-repot, Lana. Saya bisa meneduh di sini menunggu hujan berhenti,"

Darbuka CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang