Pagi hari tampak sangat indah. Burung-burung berkicau-an, bunga-bunga bermekaran. Bahkan terdapat dua kucing yang sedang bermain dengan asyiknya.
Namun berbeda dengan Nadhira. Suasana hatinya sedang sangat buruk. Nadhira menopang kepalanya di atas meja dengan sangat lesu.
"Lo kenapa?" tanya Nevan yang baru saja datang.
Nadhira menghela nafas panjang, "gak apa-apa" jawabnya.
"Dasar cewek, ditanya ada apa jawabnya malah gak apa-apa" gerutu Nevan.
"Gue gak apa-apa Nev, cuma sedikit pusing"
Nevan menatap Nadhira dengan sangat serius, "lo sakit? Tumben banget"
"Gue juga manusia kali"
Nevan terkekeh geli mendengarnya. "Kalo gue ajak lo ke kantin, lo bakal sembuh gak?"
Seketika mata Nadhira berbinar. Kepala yang semulanya di atas meja, menjadi naik dan duduk dengan sangat tegap.
"Lo mau traktir gue bakso?!"
Nevan tersenyum masam, "giliran diajak kantin, langsung sembuh"
"Biasalah"
"Iya deh gue traktir, apa sih yang enggak buat lo"
"Idih najis"
"Ayo" Nevan pun berdiri dan mengulurkan tangannya pada Nadhira.
Lalu Nadhira menerima uluran tangan tersebut, dan mereka pergi meninggalkan kelas menuju kantin. Kebetulan sekali Nadhira saat ini sangat lapar.
Dan akhirnya sampailah mereka di kantin, tempat pembuangan makanan ke dalam perut.
Kantin terlihat cukup ramai. Sepertinya banyak siswa-siswi yang belum sarapan.
"Lo cari tempat duduk, gue pesen makanan" titah Nevan kepada Nadhira yang tengah celingak-celinguk mencari seseorang.
"Sip" jawab Nadhira dengan mengacungkan kedua ibu jarinya tanpa menghadap Nevan.
Lalu Nevan pergi menuju stand bakso. Sementara Nadhira berjalan menuju kursi kosong.
"Dia gak ada?"
Lalu Nadhira duduk di kursi tersebut dan membuka handphonenya.
Sedang asyik-asyiknya memainkan handphone, Nevan datang dengan membawa dua mangkuk bakso beserta es teh yang berada di atas nampan.
"Nih bakso buat lo, gue kan baik hati dan tidak sombong"
Nadhira menoleh ke arah Nevan, "najis"
"Makasih ya, Nev"
"Sama-sama" jawab Nevan. Kemudian ia duduk di hadapan Nadhira.
Setelah itu Nadhira pun memakan baksonya dengan lahap.
Beberapa menit kemudian..
"Ra, gue mau ke toilet dulu ya, kebelet"
"Udah lo bayar belom, nih?"
"Udah, santai aja"
"Oke lah"
Lalu setelah itu, Nevan pergi meninggalkan Nadhira yang tengah menyeruput kuah baksonya dengan sangat lahap. Seperti tidak makan sebulan saja.
"Kringg.. kringg.."
Bel masuk telah berbunyi, namun Nadhira masih pada posisinya.
"Santai dulu lah, palingan gurunya belom masuk" gumamnya. Setelah itu ia masih dengan baksonya yang sekarang sudah tersisa dua biji.
Tak sadar, waktu sudah menunjukkan pukul 07:25. Nadhira masih pada posisinya. Ia duduk sembari meminum es teh manisnya, tak lupa membuka handphonenya untuk menggulir aplikasi tiktok.
"Ekhem" deham seseorang. Namun, tak digubris oleh Nadhira. Ia masih sibuk dengan layar handphonenya.
"Ekhem" sekali lagi, Nadhira masih pada posisi yang sama. Ia tak merasa terganggu sama sekali.
"Sudah jam berapa ini?"
"Jam tujuh lewat dua puluh enam" jawab Nadhira tanpa menoleh ke sumber suara.
"kenapa masih disini?"
"Kekenyangan, gak kuat jalan ke kelas"
"Mau diseret, hm?"
"Ya jangan dong, sadis amat"
Nadhira masih belum tahu siapa orang yang telah mengajaknya berbicara.
Sagara, dia lah orang yang sedari tadi bicara di belakang Nadhira. Tanpa basa-basi lagi, Sagara duduk di hadapan Nadhira sambil bersedekap dada.
Mata Nadhira masih terfokus pada layar handphonenya, ia masih belum menyadari bahwa yang berada dihadapannya ini adalah Sagara.
"Mau dijemur di lapangan sampai jam istirahat, atau bersihkan toilet?"
"Mager, emangnya lo siapa nyuruh-nyuruh gue?!"
"Saya guru kamu" jawaban dari Sagara mampu membuat Nadhira membulatkan matanya.
"Astaga Bapak, ngagetin aja. Kok Bapak disini?!"
"Harusnya saya yang tanya sama kamu, kenapa kamu ada disini? Jam pertama sudah dimulai"
Nadhira terdiam, ia bingung harus menjawab apa.
"Kenapa diam? Sekarang, ikut saya ke ruangan!" titah Sagara dengan sorot mata tajam.
Nadhira menghela nafas panjang, "hari-hari di hukum, kenapa sih gue gak bisa hidup bahagia?" gumamnya.
"Karena kamu selalu melanggar peraturan" ujar Sagara dengan malas.
"Pake denger segala lagi nih guru"
KAMU SEDANG MEMBACA
NASA [END]
Teen FictionNadhira Nasheera Aulia. Seorang gadis tomboy yang selalu buat ulah di sekolahnya. Tak jarang ia masuk ruang BK karena kasus yang ia lakukan. Suatu hari, ia mendapatkan wali kelas serta guru matematika baru. Dia adalah, Sagara Angga Algandara. Sagar...