18. Rencana Nadhira

2K 51 0
                                    

"Maksud lo apa, sih? Gue gak paham!"

"Hari dimana gue nembak Nevan, gue ngeliat Nevan lagi siapin bunga mawar buat lo" ujar Reva sambil mengingat-ingat kejadian tersebut. Rasanya sangat sakit jika hal itu terulang kembali.

Flashback on..

Saat ini, Reva tengah berada di taman sekolah. Ia, Nadhira, dan juga Nevan telah sepakat untuk main di taman sekolah.

"Bisa bisa!! Gue harus kasih tau ke Nevan tentang perasaan gue yang sebenernya!" seorang gadis dengan senyuman manis dan rambut yang diikat dua, sedang menyiapkan diri untuk memberi tahu perasaan sebenarnya pada 'Nevan'. Lelaki tampan dengan kedua gingsul yang melekat di dalam mulutnya.

Dia adalah Revanya Adirasya.

Reva berjalan menuju Nevan. Ia melihat Nevan tengah memperhatikan setangkai bunga mawar yang sangat cantik.

"Apa itu bunga buat gue?" tanyanya dalam hati.

Karena Reva tak ingin berlama-lama. Ia langsung berjalan menuju Nevan dengan senyuman yang masih terukir diwajahnya dengan sebatang coklat yang ia pegang di balik tubuhnya.

"Nevan" panggil Reva.

"Hm?"

"Itu bunga buat siapa?" tanyanya sambil menunjuk bunga dengan tangan kirinya.

"Ah, ini. Ini buat Nadhira"  jawabnya dengan tatapan hangat yang tertuju pada bunga.

Bagaikan disambar petir, saat itu juga hatinya hancur berkeping-keping. Perasaannya sangat besar kepada Nevan. Ternyata, Nevan malah menyukai temannya sendiri.

"Lo bercanda, Van?"

Nevan menggeleng, "gue gak pernah bercanda soal perasaan"

"Nevan.." lirih Reva.

"lo kenapa??"

Reva memberikan Nevan sebatang coklat yang tadi ia bawa, lalu ia tersenyum hambar. "Gue suka sama cowok. Tapi sayangnya.. orang yang gue suka malah suka sama cewek lain, dia cewek itu adalah temen gue sendiri. Ambil, anggap aja ini hadiah terakhir dari gue"

Nevan terkejut bukan main. Ia telah menghancurkan hati seseorang.

"Va? Sorry.. Gue gak tau"

Dengan rasa sesak yang menjalar ditubuhnya, Reva menggeleng. "Ini bukan salah lo kok, ini salah gue karena gue gak pernah mau jujur dari awal"

"Ah, iya. Besok gue mau terbang ke Landon. Daddy gue mau kerja disana. Gue harap, lo bisa memperlakukan Nadhira dengan baik" ucap Reva lalu pergi dari hadapan Nevan.

"Reva, gue minta maaf.." lirih Nevan. Dirinya juga tidak bisa melakukan apa-apa.

Nadhira yang tengah duduk dibawah pohon seraya mendengarkan lagu dari earphonenya pun melihat Reva yang tengah berlari.

"Reva!! Mau kemana??" tanya Nadhira setengah berteriak. Namun tak digubris oleh Reva.

Flashback off..

"Va? Gue gak tau kalo Nevan suka sama gue. Dan, gue juga gak mau kalo hubungan kita berantakan hanya karena cinta" ujar Nadhira. Ia juga sedikit terkejut tentang itu. Pasalnya, ia sudah menganggap Nevan seperti adiknya sendiri.

Reva menghela nafas panjang, "gue juga gak mau kayak gini.."

Nevan yang sedari tadi menunduk, mulai menaikkan kepalanya dan menatap wajah Reva. "Gue minta maaf Va. Tapi setelah kejadian itu, gue gak berani buat ungkapin perasaan gue ke Nadhira. Dan sekarang, perasaan gue ke Nadhira udah ilang" 

"Jadi kita masih tetep temenan bertiga kayak dulu, kan?"

Senyuman Reva mulai terukir, lalu ia mengangguk. "Maaf ya kalo gue berlebihan"

"Gak apa-apa"

"Oh, ya. Nadhira, tadi lo dipanggil ke ruangan disuruh ngapain?" tanya Reva dengan penasaran.

Nadhira mulai teringat kejadian tadi, hal itu sungguh membuatnya kesal. "gue disuruh nulis kata maaf sampai 20 lembar"

Reva tertawa mendengarnya. Bisa-bisanya ia dihukum seperti itu. Ia jadi teringat kejadian dimana Nadhira melakukan kesalahan lalu dihukum dengan hukuman yang sama, namun bukan 20 lembar. Melainkan satu buku.

"Kayaknya gue harus luluhin hati Pak Gara biar gue gak dihukum terus-menerus" ucap Nadhira, ia mulai menopang kepalanya diatas kedua tangan.

"Caranya?" tanya Reva dan Nevan secara bersamaan.

"Gue bakal bikin Pak Gara jatuh cinta sama gue" ujar Nadhira dengan senyuman yang terukir diwajahnya. Sepertinya cukup mudah membuat Sagara jatuh cinta padanya. Orang tua Sagara saja sudah menyukainya.

"APA?!!!"

NASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang