ENJOY THE STORY-!!
••
•
Jam pulang sekolah telah tiba. Sepertinya hari ini Nadhira akan kembali bekerja di cafe. Soal mencari kost-an, biarlah ia cari nanti. Ia juga tidak enak pada Raden karena selalu meminta cuti.
"Ra, hari ini mau nyari kost-an?" tanya Nevan seraya memakai tasnya.
Nadhira mengambil handphonenya dari meja, lalu menggeleng. "Gue mau kerja. Mungkin nanti gue cari sendiri." balasnya.
"Tenang, Ra. Gue bisa bantu lo cari kost-an. Atau kalau perlu, lo tinggal di rumah gue aja." celetuk Revan dengan senyuman manisnya.
Nevan langsung melemparkan tatapan tajam pada Revan. "Itu mah maunya elo!!"
"Udah-udah!! Nanti gue cari kost-an, kok. Sekarang gue mau kerja dulu!!" seru Nadhira sambil menggendong tasnya, lalu bangkit dari kursi.
Nevan juga ikut bangkit, begitu juga dengan Revan.
"Lo kenapa masih kerja sih, Ra? Lo tuh sering kecapekan!!" ujar Nevan. Ia tidak tega pada Nadhira.
Nadhira langsung berjalan mendahului mereka. "Gue kerja buat penuhin kebutuhan gue. Apalagi sekarang gue bener-bener tinggal sendiri. Gue aja gak tau gaji gue bakal cukup buat ngekost atau enggak."
Nevan dan Revan juga ikut berjalan mensejajarkan langkah Nadhira.
"Gue bisa nafkahin lo kok, Ra." balas Revan.
Mendengar itu, Nadhira langsung menghentikan langkahnya, lalu menoleh pada Revan. "Lo gila?!"
Nevan juga ikut melemparkan tatapan tajam pada Revan. "Lo mau ke rumah sakit atau kuburan?" tanya Nevan dengan kedua tangan yang terkepal kuat.
Sang empu hanya bisa cengengesan dengan kedua jarinya. "Peace!!"
Lalu ketiganya kembali berjalan menuju parkiran.
"Lo pada gak usah ikutin gue, ya. Gue mau kerja! Kalian balik ke rumah masing-masing." titah Nadhira.
"Iya-iya. Gue gak bakal ganggu lo." jawab Nevan pasrah.
"Tenang, Ra. Gue gak bakal ikutin lo. Palingan, gue cuma mampir buat beli kopi."
Kedua mata Nadhira langsung melotot ke arah Revan. "Beli di warkop!! Gak usah ke tempat kerja gue!!!" ketusnya.
"Lah, suka-suka gue. Gue kan pembeli."
"Jaga sikap lo." ujar Nevan dengan mata tajamnya. Ia sangat tidak suka pada Revan. Wajahnya mengesalkan.
"Ya elah, bercanda."
"Terserah deh!! Gue cabut dulu!!" ucap Nadhira lalu menaiki motornya, lalu memakai helm miliknya.
"Hati-hati, Ra."
________________
Dan sekarang, Nadhira telah berada di cafe tempatnya bekerja. Setelah beberapa kali mengambil cuti, akhirnya ia bisa bekerja juga.
Nadhira segera masuk ke dalam cafe dengan tote bag yang ia bawa.
"Halo Nadhira.." sapa Gea.
"Hai, Kak!" balasnya. Lalu berjalan menuju ruang ganti.
Gea ikut berjalan membuntuti Nadhira. "Akhir-akhir ini lo sering cuti. Ada apa, nih?"
"Biasalah, Kak. Urusan gue banyak."
Gea terkekeh. "Urusan apa lagi? Lagian gue bingung deh. Kok lo sering minta cuti, tetep di izinin sama Pak Raden? Dia potong gaji lo atau gimana, sih?"
"Gue ada orang dalem, hahaa" balasnya diselingi tawa.
"Gue serius, Ra. Lo gak kena omel Pak Raden gitu?"
"Gak! Udah, ah. Gue mau ganti baju dulu!! Bye!!" Nadhira langsung menutup pintu.
"Aneh, masa sih dia punya orang dalem?" gumam Gea.
_______________
"Mau pesen apa, kak?"
"Caramel macchiato satu, sama Vanilla latte nya satu."
Nadhira mengangguk. "Ada tambahan dessert?"
"Gak ada."
"Yakin gak ada? Cookies Nya lagi promo, lho. Beli satu gratis satu." tawar Nadhira.
"Boleh, deh. Tambah cookies satu, ya!"
Nadhira mengangguk. "Di tunggu, ya kak. Ini struknya. Setelah selesai, bisa langsung bayar di kasir."
"Terimakasih."
Nadhira pun berjalan untuk memesan pesanan tadi.
Kegiatan ini sudah sering kali ia lakukan. Jika sedang tidak ada pesanan, biasanya ia bertugas membersihkan meja ataupun kaca.
Setelah itu, Nadhira mengantarkan pesanan yang sebelumnya.
"Hai, Nadhira." sapa Raden.
Nadhira menaruh pesanan itu di atas meja. Lalu membungkuk hormat. "Iya, Pak."
"Bisa bicara sebentar?"
Nadhira mengangguk. "Bisa, Pak."
"Ikut saya ke ruangan." ujar Raden, lalu berjalan mendahului Nadhira. Nadhira mulai merapikan pakaiannya, lalu berjalan membuntuti Raden.
Saat sudah masuk ke dalam ruangan Raden..
Raden duduk di kursinya. "Silakan duduk, Nadhira."
Nadhira mengangguk, kemudian duduk dihadapan Raden. "Mau bicara apa, Pak?"
"Nadhira, saya rasa.. Kamu tidak perlu bekerja lagi bersama saya."
Nadhira kaget bukan main. "Kenapa, Pak? Apa karena saya jarang masuk?"
Raden menggeleng. "Tidak, bukan karena itu."
"Terus kenapa, Pak?"
"Kamu sudah kelas dua belas. Sebentar lagi kamu akan melaksanakan ujian. Saya gak mau konsentrasi kamu jadi buyar."
"Pak, saya masih bisa fokus kok. Lagian, saya sudah lama kerja sama Bapak. Masa hanya karena itu, bapak tega pecat saya?"
"Maaf Nadhira, kamu sudah saya anggap seperti adik saya sendiri. Lagian, kamu kan pacarnya teman saya. Tidak mungkin saya terus-terusan mempekerjakan kamu."
"Gak, Pak. Saya mohon, saya mau kerja sama Bapak!! Saya udah betah kerja disini."
"Tugas kamu itu sekolah, bukan bekerja."
"Pak!! Kalau saya gak kerja, saya mau makan pakai apa? Saya gak punya siapa-siapa lagi."
Raden terkekeh. "Bukannya sebentar lagi kehidupan kamu akan dibiayai?"
Nadhira menaikkan sebelas alisnya. "Maksudnya?"
"Saya akan segera melamar kamu, Nadhira." ujar seseorang dari belakang.
Sagara. Dia adalah Sagara.
Nadhira menoleh ke belakang. Dengan perasaan bingung. "Lamar?"
Sagara tersenyum tipis. "Sebaiknya saya cepat-cepat mengikat kamu supaya kamu tidak lari."
Raden terkekeh geli mendengarnya. "Bagus, Gar. Nanti undang gue."
"Apa, sih? Aku belum jawab apa-apa, lho. Lagian, aku kan masih sekolah!"
"Kita tunangan. Setelah kamu lulus, baru kita menikah." jawab Sagara dengan santai.
"Gak mau!! Pokoknya aku tolak!! Aku masih mau kerja!!"
"Saya tidak memberikan pertanyaan. Saya hanya memberitahu."
-------------
MAAF GESSS LAMA UP HEHEEE
JANGAN LUPA KLIK TOMBOL VOTENYA!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
NASA [END]
Teen FictionNadhira Nasheera Aulia. Seorang gadis tomboy yang selalu buat ulah di sekolahnya. Tak jarang ia masuk ruang BK karena kasus yang ia lakukan. Suatu hari, ia mendapatkan wali kelas serta guru matematika baru. Dia adalah, Sagara Angga Algandara. Sagar...