NASA [END]

57. Pertemuan pertama

HAPPY READING-!!
•

•

•

Siang ini, Nadhira sangat bosan sekali. Nevan dan Revan tidak ada, mereka masih berada di sekolah.

Disini hanya ada Narendra. Ah, sedari-tadi Narendra sibuk berkutat dengan laptopnya. Mungkin masih ada sesuatu yang harus di selesaikan. Hal itu sungguh membuat Nadhira bosan.

Nadhira membuang nafas berat.

Narendra yang peka, mulai mematikan laptopnya, lalu menatap Nadhira. "Kamu bosan, ya?"

Nadhira mengangguk. "Bosen banget. Daritadi Bang Naren sibuk. Nana gak ada temen!"

"Gimana kalau kita jenguk Sagara? Abang ingin tahu, seganteng apa sih orang yang udah rebut hati adik Abang, hm?"

Mata Nadhira mulai berbinar-binar. "Beneran, bang?!"

Narendra mengangguk dengan senyum tipisnya. "Abang ambilin kursi roda dulu, ya." ucapnya. Setelah itu, Narendra bangun dari duduknya lalu mengambil kursi roda.

"Oke!!" jawab Nadhira dengan semangat.

Akhirnya, hal yang Nadhira tunggu-tunggu. Ia sangat merindukan Sagara. Ia cukup menyesal karena waktu itu ia bersikap cuek padanya.

Narendra segera menaruh kursi roda itu di samping brankar.

"Biar Abang bantuin, ya." ucap Narendra. Lalu ia menggendong tubuh Nadhira dengan perlahan, membawanya ke kursi roda.

"Sakit?" tanyanya.

Nadhira menggeleng. "Sedikit,"

Lalu Narendra mendorong sedikit tiang infusnya supaya sejajar dengan kursi roda.

"Ayo Abang!!"

"Iyaa, ayoo.."

Narendra pun mulai mendorong kursi roda, sementara Nadhira, ia mendorong tiang infusnya.

______________

Akhirnya mereka sampai di ruangan Sagara. Ini ruangan yang kemarin Nadhira lihat.

Perlahan, Narendra membuka pintunya.

Nadhira mulai melihat tubuh Sagara yang terbaring tak berdaya. Perlahan, air matanya mulai menetes.

Narendra kembali mendorong kursi roda itu mendekati brankar.

"Jadi ini, orang yang udah ngambil hati Nana?"

Nadhira tersenyum tipis dengan air mata yang mengalir. "Iya, dia yang udah ambil hati Nana."

"Mas Gara ganteng kan, Bang?"

Narendra mengangguk. "Pilihan Nana tidak pernah salah."

"Kami udah punya rencana buat tunangan, bahkan gaunnya udah siap.."

"Tapi karena omah gak restuin kita. Itu ngebuat Nana sakit hati. Makanya Nana milih buat bersikap cuek ke Mas Gara, karena disitu Nana ngerasa sadar diri. Nana ngerasa gak pantes buat Mas Gara."