19. Bapak mau gak jadi pacar saya?

2.3K 54 0
                                    

Hari Pertama PDKT.

Pagi ini, Nadhira tengah berbahagia. Ia akan mencoba meluluhkan hati Sagara. Ia bahkan sudah menyiapkan bekal untuk Sagara. Bekal Mie goreng dengan tambahan telur diatasnya.

"Pak Sagara!!" panggil Nadhira saat melihat Sagara yang tengah berjalan di koridor.

Langkah Sagara langsung terhenti. Melihat Sagara yang menghentikan langkahnya, ia pun langsung berlari menuju Sagara.

"Hai Bapak!" sapa Nadhira dengan senyum manis yang terukir diwajahnya.

"Apa?" tanya Sagara dengan malas.

Tanpa basa-basi lagi, Nadhira memberikan bekalnya pada Sagara. "Ini buat Bapak, saya udah masakin capek-capek lho"

Alis kanan Sagara terangkat. Mengapa bocah ini tiba-tiba baik padanya?

"Kamu ingin sogok saya?"

"Yeuu si Bapak, saya kan anak baik. Saya gak pernah lakuin hal itu. Ini! Ambil!!"

Lalu Sagara pun menerimanya dan membukanya. "Mie goreng?"

"Hehee, abisnya saya cuma punya itu di rumah" jawabnya dengan cengengesan.

"Kalau begitu, ini untuk kamu saja" ucap Sagara lalu menutup kotak bekal tersebut dan kembali ia berikan pada Nadhira.

"E-eh gak usah, ini kan buat Bapak. Khusus untuk Pak Sagara Angga Algandara"

"Terimakasih"

Setelah itu, Sagara pergi meninggalkan Nadhira. Namun Nadhira tidak tinggal diam, dia kembali berlari mengejar langkah Sagara.

Sagara menghentikan langkahnya kembali. Ia menghela nafas panjang, "ada apa lagi?"

"Saya mau ikut Bapak ke ruangan" jawab Nadhira dengan santai.

"Saya tidak ingin hukum kamu"

"Enggak, saya cuma mau pijit Bapak" jawabnya.

"Gak!"

"Pak, ayolah Pak.. Boleh yaaa??" ucapnya dengan mata memelas.

Sagara menghembuskan nafas berat, "untuk apa?"

"Untuk menarik perhatian Bapak!! Saya tuh suka sama Bapak. Bapak mau gak jadi pacar saya?"

Sejujurnya Nadhira agak grogi mengatakan hal ini. Namun, ia mencoba untuk tetap bisa mengatakannya.

Sagara mengerutkan keningnya, "saya gak tertarik" balasnya. Setelah itu ia pergi dari hadapan Nadhira.

"Awas aja!! Gue bakal bikin lo luluh sama gue!! Kalo bisa, gue bakal pelet elo Sagara!!!!"

......

Di Kantin, Nadhira tengah bercerita kepada Nevan dan Reva tentang kejadian yang tadi ia alami. Ia bercerita dengan perasaan yang menggebu-gebu.

Sementara, sedari tadi keduanya hanya diam menyimak sambil menahan tawanya mendengar cerita Nadhira.

"Bukan temen gue, bukan temen gue" gumam Reva sambil memijat keningnya.

"Ra, jelas aja Pak Gara gak mau sama lo. Lo tuh kayak cegil tau ga" ujar Nevan. Ia tak habis pikir pada temannya yang satu ini. Brutal sekali kelakuannya sedari dulu.

Brakkk

"Ini tuh namanya usaha!" jawabnya setelah menggebrak meja.

Kemudian, Nadhira mulai menyedot kembali minumannya.

"Ra, saran gue sih, awal-awal sikap lo harus manis. Tapi kalo Pak Gara masih gak mau ngeliat ke arah lo, lo harus diem dan coba buat hindarin dia. Di tarik ulur gitu deh" ujar Reva. Meskipun ia malu memiliki teman seperti Nadhira, ia tetap mendukung apapun yang Nadhira lakukan asalkan tidak merugikan orang lain.

"Ide yang bagus, kayaknya nanti bakal gue coba"

"Ra, liat. Ada Pak Sagara masuk kantin!" seru Nevan sembari menunjuk Sagara yang tengah berjalan.

Nadhira mulai merapikan pakaiannya dan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Udah cakep, belum?" tanya Nadhira dengan senyuman yang semakin mengembang.

"Udah" jawab Reva sambil mengangkat kedua ibu jarinya.

"Gih, keburu pergi orangnya" titah Nevan.

Nadhira mengangguk, kemudian ia buru-buru berjalan menuju Sagara yang tengah memesan bakso.

"Hai Pak Sagara!" sapa Nadhira dengan senyuman yang masih terukir diwajahnya.

Sagara menengoknya sekilas, kemudian ia kembali seperti sedia kala.

Hal itu sungguh membuat Nadhira berdecak sebal. Kakinya sengaja ia hentak-hentakkan untuk mencari perhatian Sagara.

"Kenapa kakinya? kesemutan?" tanya Sagara tanpa melihat wajah Nadhira.

"Iya nih, udah berdiri disini tapi gak di tengok, jadinya kesemutan deh!" ketus Nadhira.

"Oh" jawabnya ber-oh ria.

Nadhira semakin kesal dengan jawaban Sagara yang sangat singkat. Ia menghela nafas panjangnya, "emangnya panci bakso lebih cantik daripada saya, ya?"

Sagara mengangguk. "Tentu"

"Ihhhhh sebel deh!!!!!!!" gerutu Nadhira.

Sagara memutar kedua bola matanya dengan malas, "kenapa? Pengen minta saya traktir?"

"Enggak!!"

"Lalu?"

Sungguh, Sagara sangat tidak mengerti. Biasanya, Nadhira selalu meminta traktiran padanya. Namun mengapa kali ini tampak berbeda?? Apakah ada yang salah dengan otak Nadhira??

"Pak, saya tuh suka sama Bapak!! Masa Bapak gak paham?! Udah deh gak usah sok-sokan kayak gitu. Kita jadian sekarang!!"

"Tidak, saya tidak mau punya istri ataupun pacar seperti kamu"

"Lho, emang kenapa? Kata temen saya aja saya cantik!"

"Itu kata temenmu, bukan saya"

"Ih, terus kenapa Bapak gak mau punya pacar kayak saya?!"

"Karena kamu tidak pintar matematika" jawabnya.

Sungguh, dari semua mata pelajaran, mengapa harus matematika yang menjadi patokan?

"Bapak mah gak aci!!"

"Kalo gitu saya tidak mau"

Kemudian, Sagara memberikan uang pada Bu Neni dan membawa semangkuk bakso tersebut ke ruangannya.

"Pak Sagara!!! Yaudah mana uangnya?!! Saya mau jajan!!" ucapnya setengah berteriak.

Sagara mengulas senyum tipis tanpa berbalik. "Saya masih ada kembalian disana, pakai saja" jawabnya. Setelah itu ia pun pergi.

Kemudian mata Nadhira langsung berbinar dengan cerah.

"Bu Neni, kembalian Pak Sagara berapa?" tanya Nadhira.

"Delapan puluh ribu" jawab Bu Neni.

"Ah, saya mau mentahannya aja deh. Saya minta tiga puluh ya Bu. Ntar kalo pak Sagara tanya kenapa kurang tiga puluh, bilang aja Nadhira yang minta"

"Siap deh"

Kemudian Bu Neni memberikan selembar uang berwarna ungu dan selembar uang berwarna hijau.

"Gak apa-apa gak dapet cintanya, yang penting gue dapet duitnya"

NASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang