Chapter 26

60 20 10
                                    

"Jika memang ini adalah hari terakhir aku, maka ikhlaskan aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika memang ini adalah hari terakhir aku, maka ikhlaskan aku."

-Rakaditya Shaka Mahendra


🎵Lagu: Bunga Terakhir-Romeo🎵

Ketika langit sore yang sudah menampakkan keindahannya dengan Shaka yang sudah sedikit bisa berjalan seperti semula berkat bantuan dari Gemintang, Athala, Juan, Anka, dan Tian, hanya saja harus menunggu 2 jam untuk Shaka melakukan langkah per langkah yang maksimal. Shaka merasa bahwa dirinya saat itu di kelilingi oleh orang-orang baik dan Shaka bahagia karena wishlist yang dirinya tulis terpenuhi, seketika Shaka yang awalnya duduk kini mencoba untuk bangkit dari duduknya dan menarik tangan Gemintang untuk pergi dekat pantai yang menjadi saksi bahwa cinta seorang anak lelaki seperti Shaka tidak main-main dan menjadikan Gemintang adalah wanita setelah ibu yang sangat Shaka sayangi hingga akhir hayatnya nanti.

Sesampainya di depan pantai dan hanya suara ombak yang tenang, kini Shaka mulai ngusap kepala milik Gemintang dan hanya mengatakan pepatah kata saja dan dengan pelan Shaka memegang tangan Gemintang dan menghadap ke air laut yang di hiasi langit senja yang memiliki arti sebuah cinta tulus dan sederhana yang Shaka berikan untuk Gemintang. Setelah Shaka menghembuskan nafasnya kini Shaka memeluk tubuh Gemintang dengan erat karena Shaka tau mungkin umurnya sudah tidak akan lama lagi dan akan meninggalkan orang baik seperti mereka yang sangat Shaka sayangi.

Setelah berhenti memeluk tubuh Gemintang, Shaka mulai memegang kembali tangan Gemintang untuk mengatakan pesan untuk Gemintang agar nantinya kalau dirinya rindu dengan Shaka bisa mengobati rindu dengan kembali mendatangi pantai ini.

"Ntang..."

"Hm?"

"Pantainya bagus bukan? Dan langit sorenya juga cantik kaya kamu."

"Ck, apasih gombal deh." Dengan perasaan salah tingkah dan memukul pundak Shaka dengan pelan.

"Tapi memang benar kok."

Dengan rasa yang bahagia karena keberadaan Shaka di hidupnya yang sudah memberi warna cerah di hatinya, ketika Shaka terdiam dan memandangi air laut yang begitu indah membuat Gemintang merasa ingin hal ini harus di kenang. Tanpa mereka sadari ada Athala dan Tian yang merekam mereka berdua dilanjutkan oleh Juan dan Anka yang memotretnya untuk membuat jurnal yang sudah mereka berempat rencanakan untuk membuat Shaka bahagia karena adanya mereka.

Ketika sedang merekam, handphone yang sebelumnya Shaka titipkan kepada Athala kini bergetar karena notifikasi dari dokter yang pernah menangani kasus penyakit yang Shaka hadapi dan ketika Athala ingin meraih handphone Shaka, tiba-tiba Athala dan lainnya mendengar suara teriakan panik dari Gemintang karena Shaka kembali mengeluarkan cairan darah segar yang mengalir dari hidungnya dengan muka yang begitu pucat, tangan kiri yang sejak tadi Gemintang lihat terus mengecekeram perutnya dan tanpa aba-aba Shaka menjatuhkan kepalanya di pundak Gemintang lalu di susuli oleh keempat anak tersebut.

 Aku Kamu Dan Langit Senja✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang