PH5 🔞

39.5K 1.7K 174
                                    

Jaemin dan Jeno menapaki anak tangga dengan jemari saling menggenggam. Di meja makan, sudah ada Goongmin yang menunggu sendirian. Bibirnya mengulum senyum melihat putranya turun bersama sang suami.

Sudah lama sekali dia tidak makan bersama putranya karena dia menghabiskan hari-hari di rumah sakit. Dia bertekad untuk setidaknya sedikit lebih baik, agar bisa menuntun putranya di altar. Dia ingin sekali, ada dalam acara sakral pernikahan putranya.

“Selamat pagi, Ayah.”

“Selamat pagi, Ayah Mertua.”

Pria itu tak melunturkan senyumnya. Padahal yang menikah putranya, tapi dia juga merasa bahagia bukan main.

Kini di meja makan, sudah ada anggota baru keluarganya. Sudah menerima ucapan selamat pagi dari sang menantu.

Pria itu melirik jam tangan yang ia kenakan lalu menatap putra dan menantunya yang tampak mengenakan turtle neck pagi ini.

“Kita terlambat sarapan selama setengah jam.” Ucap Goongmin membuat Jaemin dan Jeno yang duduk berhadapan, lantas saling tatap.

Detik berikutnya, pria itu tertawa karena seperti memahami ritual malam pertama untuk pengantin baru.

Goongmin mulai mengambil pisau dan garpu, di susul Jaemin dan Jeno. Mereka tampak menikmati hidangan dengan tenang tanpa pembicaraan.

Masih tak bisa Jeno percaya bahwa dia menikmati hidangan seperti restauran berbintang, bukan nasi dengan telur dadar gulung, kimchi, serta sup bayam dan jagung. Hidupnya berubah 180 derajat setelah menikah dengan Jaemin.

“Apa kalian ada rencana berbulan madu?” Tanya Goongmin di sela sarapan membuat keduanya menghentikan aksi makan dan saling tatap.

Jeno menaruh harapan pada sang suami, karena Jeno tak punya kuasa apa pun untuk menjawab. Posisinya di rumah ini, bukan kepala keluarga yang semestinya.

“Untuk saat ini tidak bisa, Ayah. Ayah tahu kan bahwa pernikahan di lakukan mendadak. Aku belum mengatur jadwalku.” Jawab Jaemin.

“Kurangilah kesibukanmu.”

“Akan aku usahakan Ayah.” Jawab Jaemin dengan senyum yang di ulas terpaksa.

“Ayah ada rencana hari ini?” Kali ini giliran Jaemin yang bertanya.

“Tidak. Ayah sangat merindukan rumah. Tapi mungkin, Ayah akan berkunjung ke makam ibumu.”

Jaemin menganggukkan kepalanya atas balasan sang Ayah, tak lagi menanggapi dan kembali menikmati sarapan. Sementara Jeno hanya menjadi pendengar yang baik.

Goongmin selesai lebih dulu, Bibi langsung membantu memapah sang Ayah yang masih sedikit lemas untuk ke kamar dan istirahat. Kini di meja makan, hanya menyisakan Jeno dan Jaemin.

“Jaemin.” Panggil Jeno, dia pandangi sang suami yang meneguk air mineral setelah menghabiskan sarapannya.

“Aku ingin ke rumah Ibuku setelah ini.”

“Tidak bisa.” Jawab Jaemin tegas membuat Jeno membulatkan matanya.

“Kenapa?”

Jaemin tak menjawab, dia menyeka bibirnya dengan sapu tangan lalu beranjak dari meja makan.

“Ayo.” Ajaknya.

Jeno hanya menghela nafas dan dengan malas mengikuti suaminya.

Pria itu menutup pintu kamar karena masuk paling akhir, dia lihat Jaemin sudah membuka kaosnya lalu menyambar kemeja putih di lemari membuat rahang Jeno jatuh.

Partner or Husband [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang