PH43

25.5K 1.5K 107
                                    


Pintu kamar hotel yang di tempati Jeno dan Jaemin terbuka.

Pria submissive yang mengenakan kaos merah muda dengan celana jeans itu melangkah perlahan karena kedua matanya di tutupi kain hitam oleh sang suami.

Kedua tangannya meraba ke depan, mencari tumpuan. Sementara Jeno di belakangnya, menuntun sang suami menuju sebuah meja di mana sudah tersaji makanan dan lilin aromaterapi di atasnya.

“Sebenarnya mau apa Sayang?” Tanya Jaemin

“Sudahlah, kau akan tahu nanti.”

“Ini pasti makan malam.”

“Ayolah, pura-pura tidak tahu saja.” Jeno mencebik membuat Jaemin tertawa.

Dia terus menuntun suaminya hingga tiba pada meja makan. Jeno mulai membuka penutup mata sang suami dan secara perlahan, Jaemin membuka matanya.

Bibirnya tersenyum melihat beragam sajian hidangan lezat, lengkap dengan makanan penutup serta lilin aroma terapi. Dia menoleh ke arah Jeno yang sejak tadi menunggu reaksinya.

“Kau suka?” Tanya Jeno yang di angguki Jaemin.

“Sangat, terima kasih.” Balasnya.

Jeno menarik kursi untuk Jaemin, setelah pria itu duduk, dia pun mengambil posisi duduk di depan suaminya. Mereka saling lempar senyum sebelum mulai menikmati makan malam.

Jeno memeriksa ponselnya dan menyalakan sebuah lagu. Tentu saja lagi kesukaannya membuat Jaemin tersenyum.

“Kau bosan dengan lagu ini?” Tanya Jeno di sela makan mereka membuat yang di tanya hanya menggeleng.

“Aku ingin lagu ini mengiringi setiap kebersamaan kita, agar kau selalu tahu bahwa kau, selalu menjadi bagian terbaik di hidupku.” Ujar Jeno membuat Jaemin tersenyum salah tingkah.

Mereka kembali melanjutkan makan romantis di temani lagu yang manis serta angin malam yang berembus sepoi-sepoi. Sesekali mereka akan saling siang kemudian tertawa.

“Mau berdansa?” Tawar Jeno selepas makan membuat pupil mata Jaemin sempat membelalak, tapi pada akhirnya dia mengangguk.

Pria dominan itu mengulurkan tangannya dan sang suami langsung menerimanya, mereka beranjak dan berdiri di sebelah meja makan.

Jeno menumpukan kedua jemari suaminya di atas pundaknya, sedangkan kedua tangannya memeluk pinggang sang suami. Saat alunan lagu berjudul ‘Like We Just Met' terputar, mereka mulai berdansa.

Bibir tipis Jeno melengkungkan sebuah senyuman, matanya tampak berbinar kala menatap wajah sang suami yang hanya beberapa Senti darinya. Ekspresi penuh cinta yang tergambar jelas di wajahnya, tak berbeda dengan Jaemin.

“Aku mencintaimu.” Jaemin membuka cerita di tengah manisnya suasana mereka.

“Aku juga.”

“Terima kasih sudah hadir di hidupku. Aku tak tahu akan seperti apa jadinya aku tanpamu. Atau bagaimana jadinya aku jika itu bukan kau. Aku tak ingin orang lain, aku tak ingin jika itu bukan kau.” Ujarnya.

“Aku juga tak ingin jika itu bukan dirimu. Pahit, manis, asam, garam hubungan ini, seperti apa pun kita ke depan nanti. Aku tetap ingin dirimu.” Balas Jeno.

“Aku juga. Aku berharap bahwa perasaan kita tidak akan memudar, meskipun diri kita berubah, aku berharap, cinta kita masih membara, masih seperti pertama kali kita jatuh cinta.”

“Aku ingin, menghabiskan sisa hariku bersamamu, dengan perasaan yang sama seperti saat ini. Seiring berjalannya waktu, aku akan selalu mencintaimu. Bahkan di kehidupan selanjutnya, aku tetap ingin bersamamu.”

Partner or Husband [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang